Jumat, 11 Desember 2015

menjadi KONSULTAN

Paling tidak enak ketika kita menganggur lalu ada orang bertanya 'Pekerjaan bapak apa?', sepertinya ada harga diri kita yang hilang disitu ketika kita tidak punya pekerjaan, khususnya bagi kaum pria yang memang fitrahnya mencari nafkah melalui berbagai profesi. Meskipun saya sudah berhenti dari pekerjaan lama saya sebagai manajer koperasi, dan belum diterima di perusahaan manapun, saya bisa menjawab pertanyaan 'Pekerjaan bapak apa?'. Karena saya menciptakan pekerjaan bagi diri saya sendiri, dan insyaallah kedepannya bisa juga membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.

Pekerjaan saya saat ini adalah konsultan koperasi dan penulis, itu profesi saya sekarang. Konsultan koperasi, tidak kalah bergengsi dari manajer koperasi. Justru kata Pa Mario Teguh, konsultan adalah puncak dari segala profesi. Orang kalau sudah ahli, maka ujung-ujungnya menjadi konsultan. Menjadi konsultan itu mulia, membantu banyak orang keluar dari masalah-masalah yang dihadapi, membantu menjawab persoalan-persoalan orang banyak. Tidak seperti kita bekerja pada satu perusahaan yang manfaatnya terbatas pada perusahaan tersebut. Menjadi konsultan memungkinkan kita untuk memberi manfaat kepada lebih banyak orang. Orang yang bahkan belum kita kenal sebelumnya, orang yang jauh di seberang pulau sana.

Bahkan bisa dibilang saat ini saya sedang memulai pekerjaan impian saya. Meskipun awalnya uangnya tidak seberapa atau bahkan mungkin tidak cukup untuk kehidupan sehari-hari, tapi tidak apa-apa namanya juga baru merintis. Kata pepatah start small, dream big; think global, act local. Saya yakin usaha konsultan koperasi yang saya rintis ini, insyaallah dapat memberi manfaat bagi banyak orang, dapat menjadi sumber penghasilan yang cukup bagi saya dan keluarga. Saya bermimpi, melalui profesi konsultan koperasi ini saya bisa bertemu banyak orang dari seluruh penjuru nusantara, mendatangi tempat-tempat di pelosok Indonesia yang belum pernah saya kunjungi. Mimpi saya adalah travelling while working; sharing while you earn money. Profesi konsultan koperasi sangat memungkinkan untuk itu.

Alhamdulillah, semua sudah ada jalannya, semua sudah tertulis dalam takdir. Dan profesi baru yang saya jalani ini semoga berkah, semoga memberi manfaat bagi banyak orang, semoga saya diberi kekuatan untuk bertahan dan melewati segala tantangan yang pasti ada kedepannya. Semoga siapapun juga yang membaca tulisan ini diberi keberanian, diberi kesempatan untuk menjalani pekerjaan impiannya. Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan pada pekerjaan yang salah, hidup ini terlalu singkat untuk tidak mengikuti kata hati. Uang hilang bisa dicari lagi, waktu hilang takkan pernah kembali. Lebih baik kita kehilangan uang daripada kehilangan waktu menjalani pekerjaan yang tidak sesuai kata hati.

Kamis, 10 Desember 2015

officially NGANGGUR

Hari Rabu tanggal 02 Desember 2015 ini saya resmi dipecat dari pekerjaan dari koperasi dimana saya telah bekerja selama tiga tahun. Singkatnya alasan saya dipecat adalah karena sudah tidak ada kecocokan dengan pengurus. Pendirian, sudut pandang, cara berpikir, cara bertindak saya dan pengurus sudah tidak sejalan. Jadi daripada diteruskan tapi satu sama lain gontok-gontokan, lebih baik berpisah secara baik-baik. Dan sejak hari itu saya secara resmi menjadi pengangguran.

Ini yang ke tiga kali saya menjadi pengangguran. Yang pertama ketika putus kuliah di tahun 2004, saya sempat menganggur hampir satu tahun. Masa itu bisa dibilang adalah masa-masa terpahit dalam hidup saya. Karena itulah pengalaman pertama saya sebagai pengangguran, yang ternyata sangat tidak enak. Stress karena tidak kunjung mendapat pekerjaan, tidak punya kegiatan, tidak punya aktivitas, hidup seakan tidak ada makna, ditambah stress karena harus DO dari kuliah.

Kemudian pengalaman kedua ketika saya memutuskan berhenti dari pekerjaan karena atasan dengan sewenang-wenang menurunkan gaji saya dan rekan-rekan, itu terjadi di tahun 2012. Waktu itu saya menganggur sekitar 3 bulan sebelum akhirnya bekerja sebagai staf marketing di salah satu developer perumahan. Meski cuma menganggur 3 bulan, namun pengalaman menganggur yang satu ini juga cukup berat. Karena posisi saya sudah punya istri dan anak yang harus dinafkahi, cicilan rumah dan motor yang harus tetap dibayar, dengan hanya mengandalkan uang tanda terima kasih (bukan uang pesangon)

Pekerjaan saya sebagai staf marketing hanya bertahan selama tiga bulan sebelum saya diterima sebagai staf di koperasi yang bisa dibilang belum punya apa-apa. Dari staf saya diangkat menjadi manajer koperasi, berhasil mengembangkan koperasi selama tiga tahun. Sampai akhirnya ada pergantian pengurus yang ternyata kami tidak mampu bersinergi karena sama-sama punya cara masing-masing yang berbeda. Dan akhir dari ketidakharmonisan tersebut berujung dengan pemecatan saya dari posisi manajer koperasi.

Sekarang saya menganggur lagi, pengalaman yang tidak mudah memang. Tapi menganggur kali ini beda dengan menganggur sebelum-sebelumnya. Lebih ringan kalau boleh dibilang, karena sebelumnya saya sudah punya pengalaman menjadi pengangguran, jadi sudah tidak kaget. Di tambah usaha-usaha untuk mendekatkan diri kepada Allah, itu terutama yang membuat hati menjadi tenang. Plus saat ini saya sudah lebih siap dengan wawasan, keterampilan, dan pengalaman dari pekerjaan sebelumnya.

Semoga pengalaman nganggur kali ini banyak hikmahnya, bisa kami (saya dan keluarga) jalani dengan sabar, ikhlas, dan tetap optimis. Dan yang paling penting, semoga pengalaman menganggur ini berakhir dengan pekerjaan yang lebih baik dari pekerjaan sebelumnya, dari sisi pekerjaannya itu sendiri maupun dari sisi penghasilannya.

Oh ya, satu lagi untuk kali ini saya menganggur cuma satu hari loh. Hari Rabu saya dipecat, hari Jumat saya sudah dapat klien untuk jasa saya sebagai konsultan koperasi. Now I'm officially working as cooperative consultant (konsultan koperasi).

Rabu, 04 November 2015

Workplace PRODUCTIVITY

Istilahnya keren 'Workplace Productivity", yang kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya produktivitas di tempat kerja. Emangnya penting? Penting banget, masalah produktivitas di tempat kerja bukan hanya urusan dunia tapi menyangkut urusan akhirat juga loh. Masa iya? Iya beneran, kalo ga percaya baca aja artikel ini sampe abis.

Produktivitas menurut saya pribadi, tanpa googling di internet, adalah terkait dengan hasil dan bagaimana kita menghabiskan waktu. Produktif itu kalau ada hasilnya, kalau ga da hasilnya, meskipun kelihatan sibuk, tetep aja ga bisa dibilang produktif. Betul ga gan? Seumpama ente disuruh bos buat bikin surat, terus sibuk browsing format surat di internet, cari format surat paling bagus, unduh format surat, di revisi, di rapihin paragraf, hurufnya, tanda bacanya, di cetak sampai akhirnya dua jam kemudian surat itu jadi. Setelah itu disodorin ke bos, pas itu bos bilang "Kelamaan lu, gue udah bikin sendiri suratnya udah gue email juga!". Nah produktif ga waktu dua jam yang tadi dihabisin untuk bikin surat?

Kedua 'dan'. Loh kok 'dan'? Iya soalnya 'dan' itu penting, beda dengan 'atau'. 'Dan' menandakan dua hal tersebut harus terpenuhi untuk mencapai suatu tujuan. Contohnya produktif itu mencapai hasil yang diinginkan dan menggunakan waktu secara efisien. Artinya kalaupun hasilnya tercapai tapi penggunaan waktunya ga efisien tetep ga bisa dibilang produktif. Kedua komponen tersebut harus ada.

Ok, jadi komponen yang kedua adalah menggunakan waktu dengan efisien. Waktu itu digunakan atau ga digunakan ya habis habis juga, lewat lewat juga. Contoh, jam kerja di kantor jam 07.00 sampai 16.00, dengan waktu istirahat 12.00 sampai 13.00. Itu berarti ada 8 jam kerja, tapi ga mungkin dong 8 jam itu full kita pake buat kerja, kan selama jam kerja (diluar jam istirahat) itu kita perlu ibadah sholat, perlu pergi ke toilet, perlu mungkin ngopi sesekali, merenggakan otot-otot badan yang pegel di bawa duduk, dan lain-lain. Para peneliti (ga tau ini peneliti yang mana n dari mana) menyatakan bahwa dari 8 jam kerja, 5 sampai 6 jam yang digunakan untuk melakukan aktivitas yang berhubungan langsung dengan pekerjaan, itu sudah ideal. Jadi kalau kita kerjanya menghasilkan, eh ternyata setelah kita itung-itung, jam kerja riil kita di kantor cuma 3 jam, 5 jam lainnya digunakan untuk hal-hal yang tidak terkait dengan kerjaan, mungkin terlalu sering ke toilet (ga tau ngapain), terlalu sering ngopi (malemnya begadang mungkin), kelamaan browsing (mumpung di kantor numpang internetan gratis), atau aktivitas lain yang perusahaan tidak membayar kita untuk itu. Itu tetap dibilang ga produktif meskipun hasil pekerjaannya ada.

Terus tadi dibilang produktivitas di tempat kerja itu ada hubungannya dengan akhirat, mana? Jadi begini, kita bekerja itu sama seperti orang berdagang. Cuma yang kita jual bukan barang tetapi jasa dan waktu. Kita menjual kemampuan dan waktu kita untuk perusahaan. Waktu kita yang 8 jam dari jam 7 sampe jam 4 sore sudah kita jual ke kantor, anggaplah tadi itu ga full 8 jam cuma 5 jam, karena emang kita perlu melakukan hal-hal yang sifanya manusiawi, ke toilet, bersosialisasi, makan/minum, dan lain-lain. Maka dari 8 jam itu kita harus bisa menjamin 5 jam benar-benar kita alokasikan untuk aktivitas terkait pekerjaan, work related activities kalo bahasa kerennya. Entah itu bener-bener ngerjain kerjaan, belajar supaya bisa mengerjakan pekerjaan dengan lebih cepat dan cerdas, belajar supaya bisa bantu kerjaan orang lain, berinovasi agar proses kerja lebih simple dan efisien, berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan di tempat kerja, atau hal-hal lainnya yang memberi nilai tambah bagi perusahaan. That's what we are hired for, untuk itu kan kita dipekerjakan.

Hubungannya dengan akhirat? Kerja itu berdagang, kalau kita tidak menggunakan waktu kita yang udah dibeli sama kantor untuk kepentingan kantor, tapi untuk kepentingan pribadi. Maka sama aja kita mengurangi takaran/timbangan. Iya kan? Dan mengurangi takaran/timbangan itu kan bisa menjerumuskan seseorang ke neraka. Jadi orang yang waktu produktifnya di kantor cuma 2 atau 3 jam, sisanya buat ngegosip, tidur, main game, browsing, ngerjain tugas kuliah or else. Coba merenung, introspeksi, jangan sampai waktu kerja kita justru dihitung dosa bukannya pahala.

TARGET 3 BUKU November 2015 ini

Bismillah, bulan November 2015 ini saya mentargetkan selesai menulis tiga buah buku mengenai koperasi. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan mendapat ridho Allah. Ke tiga judul buku tersebut yaitu :

1. Jangan jadi koperasi ecek-ecek
Berisi tentang karakteristik yang dimiliki oleh koperasi yang tidak berkembang, atau istilahnya ecek-ecek. Jadi untuk koperasi yang ingin maju dan berkembang hindari karakteristik yang saya jelaskan dalam buku ini.

2. Kualitas seorang manajer koperasi yang oke bingits
Berisi tentang pengalaman, pengamatan, dan hasil pemikiran saya selama tiga tahun menjadi manajer koperasi. Semoga mereka yang saat ini menjadi pengelola koperasi dapat mengambil pelajaran dari buku ini sehingga dapat menjadi manajer koperasi yang TOP BGT. Syukur-syukur bisa menambah dan memperkaya isinya.

3. #KoperasiBungHatta
Buku ini rencananya berisi ringkasan pemikiran Bung Hatta yang tertuang dalam bukunya Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun. Buku aslinya tebal dan penuh berisi teks, buku ini mencoba meringkas dan menyajikan pemikiran Bung Hatta dengan lebih ringkas dan reader friendly, tentu dengan mempertahankan gagasan asli beliau, ditambah dengan pemikiran saya pribadi.

Isi dari buku-buku tersebut pada hakikatnya adalah dari Allah. Yang baik dan bermanfaatnya dari Allah dan yang kurang serta salahnya adalah dari kebodohan diri saya yang masih perlu banyak belajar. Buku tersebut terinspirasi dari pengalaman saya selama mengelola koperasi karyawan, sebagian terinspirasi karena kesalahan yang saya buat, sebagian terinspirasi dari kesalahan yang dibuat orang lain, sebagian lagi terinspirasi dari pemikiran dan renungan pribadi.

Doakan semoga bulan ini ke-tiga buku tersebut terealisasi, dapat bermanfaat bagi gerakan koperasi pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Syukur-syukur ada penerbit yang mau menerbitkannya, kalaupun belum ada maka akan saya terbitkan secara self-publishing. Edisi softcopy dari buku ini rencananya akan saya publish full version secara gratis di internet melalui web konsultankoperasi.com.

Semoga Allah meridhoi usaha saya ini. Amiin

Senin, 02 November 2015

TAK TERASA sudah bulan November

Tidak terasa, frase yang kerap kali terucap ketika kita menginjak bulan baru, atau tahun baru. Tidak terasa sepertinya baru kemarin merayakan tahun baru 2015, sekarang sudah mau beranjak tahun 2016. Tidak terasa sepertinya baru kemarin nikah, sekarang dah punya anak. Tidak terasa sepertinya baru kemarin punya anak, sekarang anaknya sudah masuk SD. Begitulah hidup makin hari makin 'tidak terasa'. Entah apa tandanya ini, apakah ini tanda-tandanya kiamat sudah dekat? Waktu menjadi berlalu semakin cepat.

Sekarang sudah bulan November, dua bulan lagi sudah berganti tahun. Berbagai macam rasa bercampur jika mengingat bergulirnya waktu yang sedemikian cepat. Ada rasa menyesal, karena tidak sanggup menggunakan waktu yang terlanjur lewat dengan sebaik mungkin. Ada rasa kangen, mengenang momen-momen indah di masa lalu. Ada rasa optimis, menyongsong kemungkinan-kemungkinan baru di masa depan. Ada pula rasa 'sudah tua', ketika melihat anak tumbuh semakin besar. Setidaknya rasa-rasa itu menandakan kita masih manusia, masih bisa merasa menyesal yang pada akhirnya membuat kita berintrospeksi. Rasa kangen yang membuat kita sadar bahwa semanis apapun sesuatu hal yang kita miliki suatu saat akan menjadi masa lalu dan sirna, mengajarkan kita untuk ikhlas. Rasa optimis yang membuat kita menatap masa depan dengan senyuman dan kepala tegak. Rasa 'sudah tua' yang semoga membuat kita semakin bijak.

Tidak terasa sudah bulan November, dua bulan lagi pergantian tahun. Masihkah resolusi awal tahun berisi resolusi tahun ini yang belum terlaksana? Jika iya, mungkin kita kan melewati pergantian tahun dengan rasa sedih. Rasa sedih yang semoga membuat kita insaf, bahwa banyak hal salah, tidak perlu, sia-sia yang selama ini kita lakukan. Rasa sedih yang semoga menyadarkan mata batin kita bahwa waktu itu sedemikian berharga, lebih berharga dari Lamborgini Aventador sekalipun, karena tak ada seorangpun di dunia ini, sekaya apapun, yang mampu membeli waktu.

Doakan saya semoga bisa memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sedemikian baiknya. Kalaupun ada kesalahan dan kekeliruan yang saya buat, semoga itu merupakan kesalahan baru dimana saya bisa mempelajari pelajaran baru darinya.

Sebagai Atasan, JANGAN Sampai TERLIHAT PUSING

Sudah beberapa kali saya berganti atasan. Saya baru menyadari hari ini bahwa ada suatu sikap dari atasan yang menarik, yang selama ini tidak disadari baik oleh yang melakukan maupun yang menyaksikan. Yang selama ini saya temui pada semua orang yang pernah menjadi atasan saya. Sikap yang Allah tunjukkan kepada saya hari ini, dimana Allah ingin agar saya belajar untuk tidak memiliki sikap seperti itu ketika menjadi atasan.

Sikap yang saya maksud adalah 'terlihat pusing'. Anda tahu tampang orang yang pusing? Pusing disini bukan cuma sakit kepala, namun memikirkan sesuatu yang rumit yang seolah tanpa jalan keluar. Orang yang pusing biasanya jauh dari senyum, tampang serius, memegang kepala, terkadang gampang emosi, moodnya jadi jelek, yaa macam model iklan paramex. Hari ini saya sadar ketika melihat atasan saya terlihat seperti itu, padahal saya sudah melihatnya berulang-ulang kali melalui atasan saya yang sekarang maupun yang dahulu. Hanya saja baru hari ini saya tersadar.

Bahwa 'terlihat pusing' itu sikap yang jelek, apalagi sebagai atasan. Efeknya sebagai bawahan, yang mungkin juga punya masalah, jadi ragu untuk mengkonsultasikan permasalahannya, karena sudah ciut duluan melihat tampang atasan yang tak bersahabat. Padahal fungsi atasan adalah tempat berkonsultasi, tempat curhat jika ada masalah, tempat mencari jawaban. Bagaimana bawahan mau mencari jawaban lewat atasan, jika sebelum bertanya saja wajah atasan sudah seperti tanda bintang dan tanda pagar, ruwet.

Semoga saya diberi kesadaran senantiasa oleh Allah agar selalu memperlihatkan wajah periang, santai, tenang kepada rekan-rekan dan terutama bawahan saya. Betapapun rumit permasalahan dunia yang kita hadapi, toh itu hanya dunia, suatu saat pasti berakhir. Kalau tidak selesai dengan adanya jalan keluar, akhirnya pasti selesai juga dengan jalan masuk, masuk ke liang kubur. Kalau kita orang soleh, liang kubur berarti taman-taman surga, selesai permasalahan. Ngapain dipusingin, ngapain pasang tampang pusing. Kalo kata almarhum Gus Dur, gitu aja kok repot!

Senin, 21 September 2015

orang BESAR


Seseorang tidak bisa menjadi 'orang besar' dengan hanya melihat apa yang ada dihadapannya. Semua orang besar melihat jauh daripada apa yang ada di depannya. Orang besar melihat kedamaian terwujud, ketika di depannya berkecamuk peperangan. Orang besar melihat meratanya kesejahteraan, ketika di hadapannya kesenjangan ekonomi dan sosial begitu timpang. Orang besar melihat pendidikan berkualitas dan terjangkau, ketika kondisi yang ada pendidikan berkualitas begitu mahal harganya.

Seseorang tidak bisa menjadi 'orang besar' hanya dengan menyelesaikan permasalahan jangka pendek. Orang besar tidak peduli besok ia makan atau tidak, yang ia khawatirkan apakah orang lain bisa makan juga. Orang besar tidak peduli apakah sakitnya akan sembuh, yang ia pikirkan bagaimana dalam sakitnya ia masih bisa memperjuangkan mimpinya. Orang besar tidak peduli orang lain mengkritiknya, yang ia pedulikan bahwa apa yang ia lakukan adalah hal yang benar dan untuk orang banyak.

Seseorang tidak bisa menjadi 'orang besar' jika ia hanya berani bermimpi sesuatu yang mungkin terjadi pada masa hidupnya. Orang besar bermimpi suatu saat nanti, orang besar bermimpi kelak pada masa anak cucunya, orang besar bermimpi untuk generasi-generasi selanjutnya. Tidak terpikirkan baginya untuk memetik buahnya sebelum ia meninggal. Karena jauh dalam lubuk hatinya ia tahu mimpinya terlalu sulit dan sukar untuk diwujudkan dalam satu masa hidup. Namun bagi orang besar, sulit dan sukar tidak sama dengan tidak mungkin.

Seseorang tidak bisa menjadi 'orang besar' jika hanya bermimpi untuk dirinya sendiri. Orang besar bermimpi untuk orang lain, untuk orang banyak, untuk masyarakat, negara dan agamanya. Bagi orang besar, sungguhlah sia-sia hidup ini jika dijalani hanya untuk menyenangkan diri sendiri. Kebahagiaan diri sendiri bagaimanapun akan selesai dengan kematian. Tetapi membahagiakan orang lain akan terkenang hingga anak cucu. Sejatinya orang lain adalah saudara, karena manusia semua sama-sama bersaudara, sama-sama ciptaan Allah.


Jadilah salah satu dari 'orang besar', pelajari kisah-kisahnya, teladani kehidupannya, jadikan panutan salah satunya. Para nabi dan rasul, para sahabat, para ulama, para pahlawan, para ilmuwan, para pengusaha yang membuka banyak lapangan pekerjaan. Jadilah 'orang besar', jadilah orang yang membaca catatan sejarah sekaligus mencatatkan sejarah. Jadilah orang besar.

Sabtu, 19 September 2015

Menjadikan PERBUATAN SEDERHANA menjadi bermakna


Besar kecilnya makna suatu tindakan bukan ada pada tindakan itu sendiri. Lebih kepada niatnya, tujuannya. Bisa saja dua orang melakukan tindakan yang sama, namun maknannya berbeda. Atau bisa jadi satu orang melakukan tindakan yang sama dalam dua waktu yang berbeda, namun karena tujuan ke dua tindakan tersebut berbeda maknannya berbeda. Sebagai contoh, ada dua orang tukang bangunan, disaat yang sama mereka sedang menyusun bata untuk membuat tembok. Proses yang dijalani kedua orang tersebut sama, cara menyusun batanya sama, dan hasilnya pun sama. Sebuah tembok yang berdiri kokoh. Namun ada makna yang berbeda yang dirasakan dua orang tukang tersebut, yang memberi perbedaan mendalam atas kerja dan tindakan yang mereka lakukan.

Tukang bangunan yang pertama, setelah menyelesaikan temboknya, ia melihat sejenak hasil kerjanya, memastikan temboknya kokoh dan lurus. Keringatnya bercucuran namun merasa cukup puas. Ia dibayar untuk membangun rumah seorang pengusaha. Tukang bangunan yang kedua, setelah menyelesaikan temboknya, ia memandang hasil kerjanya, sama seperti tukang yang pertama, memastikan temboknya kokoh dan lurus, kemudian benar-benar ia pastikan lagi kalau tembok ini benar-benar kokoh dan dapat bertahan lama. Keringatnya pun sama bercucuran, namun ada yang menetes selain keringat, yaitu air matanya. Tukang yang kedua, ia bukan hanya cukup puas, ia terharu, ia bahagia. Bedanya, tukang yang kedua ini tidak dibayar untuk melakukan pekerjaanya. Ia tidak dibayar untuk membangun bangunan untuk panti asuhan. Karena ia merasa tidak punya uang untuk disumbangkan, maka ia menyumbangkan apa yang ia bisa, yaitu tenaga dan keahliannya.

Tembok yang dibangun sama kokohnya, usaha yang dikeluarkan sama kerasnya, waktu yang dibutuhkan sama lamanya. Namun makna yang ada dibaliknya terpaut jauh. Bukan nilai uang yang dijadikan ukuran. Semata-mata karena apa yang dikerjakan diniatkan bukan hanya untuk diri sendiri, namun juga untuk orang banyak, orang lain yang membutuhkan. Cerita fiksi diatas, terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Dari ribuan buruh yang bekerja di pabrik, mereka melakukan pekerjaan rutin yang sama dari hari ke hari, gajinya sama, produk yang dihasilkan pun sama. Yang membuat berbeda adalah niat dibalik hati masing-masing pekerja. Ada yang niat bekerja untuk menafkahi anak istri, ada yang niat bekerja untuk orang tua, ada pula yang bekerja untuk membayar cicilan motor ninja.

Pernahkah kita terpikir bahwa apa yang kita lakukan kurang bermakna. Bahwa kita perlu melakukan hal-hal besar untuk membawa perubahan kepada masyarakat. Bahwa kita perlu menjadi 'seseorang yang dianggap' untuk memberi dampak yang luas kepada masyarakat banyak. Tenanglah sebentar, bukan tindakan kecilmu yang tidak bermakna, namun niat yang ada dalam dirimu yang menjadikannya kurang bermakna. Niatkan perbuatan kita bukan hanya untuk diri kita pribadi, bukan hanya untuk keluarga kecil kita. Niatkan pula untuk kepentingan orang banyak.

Contoh kecilnya, jika kita rajin beribadah pasti kita terpikir untuk menjadi orang yang soleh. Agar hidup kita tenang, agar kita semakin dekat dengan Allah, agar doa-doa kita diterima. Dengan ibadah kita yang sama, coba tambahkan niat dan tujuan baru disitu. Jika kita rajin beribadah, insyaallah doa-doa kita lebih mudah diterima, sehingga saya bisa berdoa untuk saudara-saudara saya sesama muslim. Jika kita rajin beribadah, insyaallah hidup kita tenang, sehingga ketenangan ini bisa kita pancarakan dan tularkan kepada orang-orang yang dekat dengan kita. Bukankah di setiap akhir shalat kita menengok ke kanan dan ke kiri sambil mengucapkan salam. Mengucapkan doa keselamatan kepada orang yang ada di kanan dan di kiri kita. Itu artinya segala perbuatan baik, kita niatkan juga untuk orang lain. Insyaallah jadi lebih bermakna.

Kamis, 17 September 2015

ALLAH selalu memberi jalan keluar


Allah tidak pernah menjanjikan selamanya langit cerah membiru
Allah juga tidak berjanji sepanjang jalan hidupmu bertabur bunga
Tetapi dia menjanjikan kekuatan dan pertolongan-Nya
Jangan sekali-kali memimpikan hidup enak tanpa ujian dari Allah, karena bagaimana pun ujian itu sendiri merupakan konsekuensi logis dari keberimanan kita
Sejauh kita yakin bahwa ujian merupakan jalan bagi diangkatnya derajat keimanan ktia, insya Allah, apa pun yang menimpa kita akan menjadi ladang nikmat
Kesengsaraan sebelum kebahagiaan seperti lapar sebelum kenyang, momentnya tepat dan rasanya nikmat
Di penghujung segala ujian, pertolonganNya pasti menjelma

Dikutip dari buku 'Allah selalu memberi jalan keluar' karangan Abu Firly Bassam Taqiy
Semoga Allah memberikan penulisnya pahala dan keberkahannya ya

Susah - senang, kaya - miskin, lapang - sempit, sama halnya dengan siang - malam, musim panas - musim hujan, bangun - tidur
Semua sunatullah yang dipergilirkan kepada semua hambanya
Yang semakin kita dewasa semakin tidak aneh lagi kita menghadapinya
Tidak gamang lagi, tidak kaget lagi, sudah biasa
Ketika susah kita bersabar, ketika senang kita bersyukur
Ketika kaya kita bersedekah, ketika miskin kita menahan diri untuk tidak meminta-minta
Ketika lapang mendzikirkan hamdalah, ketika sempit kita beristighfar
Jika seperti itu , ruginya dimana? Semua untung, semua berpahala
Subhanallah, Maha Suci Allah

Rabu, 16 September 2015

jangan remehkan DOSA

Jangan meremehkan dosa, meskipun hanya melihat sehelai rambut wanita yang bukah muhrim. Balasannya adalah tetap neraka, yang bukan engkau rasakan di akhirat saja namun juga di dunia. Apa bukan neraka namanya jika, hatimu hitam tertutup dosa. Yang karenanya kakimu tak sangup melangkah ke masjid ketika adzan berkumandang, yang karenanya matamu tak sanggup terbuka ketika subuh tiba, yang karenanya hatimu tak tergetar ketika nama Allah disebut. Balasan atas dosa yang engkau lakukan bukan hanya di akhirat saja, tapi juga disini, di dunia.

Ya Allah lindungilah kami dari perbuatan dosa, sekecil apapun. Berikanlah kami hidayah untuk menyadari segala kekhilafan-kehkhilafan kami. Berikanlah kami mata yang tertunduk sebagaimana tertunduknya mata ini ketika berdiri dalam salat. Berikanlah kami tubuh yang taat sebagaimana taatnya tubuh kami ketika ruku. Berikanlah kami pikiran yang berserah sebagaimana kami menyerahkan kepala kami ketika sujud. Ya Allah, hampir-hampir dosa ini menghitamkan seluruh hati kami, sebegitu hitamnya sehingga kami merasa tak punya dosa. Naudzubillah.

Kiamat itu bukanlah nanti ketika dunia di gulung. Kiamat itu adalah sekarang, saat ini ketika kita melakukan perbuatan dosa sambil tersenyum tertawa. Kematian itu bukanlah besok ketika jasad kita pucat pasi. Kematian itu adalah hari ini, saat ini ketika hati merasa tak terbebani dengan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang tak diridhai. Ya Allah kami telah mati, kiamat telah datang kepada kami. Namun dengan belas kasihMu, Engkau beri kami kesempatan lagi.

Gunung itu ringan, air laut itu sedikit. Tahukah engkau apa yang berat? Tahukah engkau apa yang banyak? Kedurhakaan kita kepada Allah Sang Maha Pencipta, itulah yang berat, maha berat. Dosa-dosa kita kepada Allah Yang Maha Pemurah, itulah yang banyak, teramat banyak. Terlalu beratnya sampai-sampai jikalau sampai mati kedurhakaan itu masih ada, bumi akan menolaknya. Terlalu banyaknya

kepada siapa engkau berbuat DURHAKA

Jangan coba-coba mendustai Allah
Bahkan dengan kedurhakaan yang kecil sekalipun
Bukan masalah besar kecil dosa yang kamu buat
Tapi masalahnya kepada siapa engkau menentang
Kepada Raja di Raja, Pemilik Seluruh Alam
Sebagaimana seorang hamba sahaya
Takkan berani sedikitpun mengusik tuannya
Jangan berani mendurhakai Allah sedikitpun
Walaupun sesaat, meskipun hanya satu helaan nafas
Tidak dengan perbuatan, perkataan bahkan pikiran
Ingat, bukan seberapa besar engkau berbuat dosa
Tapi kepada siapa engkau berbuat durhaka

Pengalaman Patah Tulang Selangka (Clavicula)

Hari Jumat tanggal 31 Juli 2015 lalu saya mengalami kecelakaan sepeda motor saat berangkat kerja. Yang mengakibatkan patah tulang selangka (collarbone) sebelah kiri, atau istilah medisnya tulang clavicula. Sesaat setelah kecelakaan saya merasakan sakit di bagian pundak dan terasa ada tonjolan di tulang selangka.Tidak ada luka luar yang parah  saat itu, hanya sedikit lecet. Awalnya saya mengira hanya pergeseran sendi. Pagi itu juga saya dibawa ke tukang urut tulang yang direferensikan oleh salah satu teman yang pernah mengalami pengobatan tulang di tempat yang sama. Oleh tukang urut tulang, saya didiagnosa mengalami patah tulang selangka, ada 2 patahan katanya. Kemudian posisi tulang saya dibetulkan, diberi gips dari pelepah pohon pisang (atau apa saya kurang tahu) dan di gips di lokasi tulang clavicula yang patah.

Proses meluruskan tulang sangat menyakitkan, perlu dua orang laki-laki dewasa untuk memegangi saya supaya tidak berontak. Bagaimana tidak, tulang yang patah di tekan, di urut dan di geser. Saya berharap patahnya tidak terlalu parah. Waktu itu saya belum terpikir untuk berobat ke rumah sakit, karena terbayang harus melalui operasi. Hari Jumat saya diurut dan seninnya harus kontrol lagi ke tukang urut tulang tersebut. Setelah di urut untuk ke dua kalinya kok perasaan ga enak. Akhirnya saya memutuskan untuk rontgen di Biomed. Dan ternyata patahan tulangnya runcing serta ada serpihan, sehingga diputuskan untuk meminta rujukan ke dokter spesialis.

Ketika minta rujukan dari dokter umum, saya sempat ditegur dengan keras oleh dokternya karena tidak langsung ke rumah sakit pada saat kejadian. Memang sih yang namanya dokter sebagian besar tidak setuju dengan pengobatan tradisional untuk mengobati patah tulang. Tapi kebanyakan orang, termasuk saudara-saudara saya, menganjurkan berobat pengobatan alternatif penyembuhan patah tulang. Namun saya ragu, karena tidak ada jaminan dan juga resiko ketika sudah pulih struktur tulang ada yang bengkok tidak seperti semula.

Pada hari kamis berikutnya saya putuskan untuk periksa ke dokter spesialis orthopedi di rumah sakit Sari Asih Serang. Dan hasil pemeriksaannya sudah seperti yang diduga: harus di operasi. Karena khawatir patahan tulang yang runcing bisa menusuk syaraf atau bahkan organ penting jika ada gerakan yang salah. Karena kecelakaannya terjadi pada saat pergi kerja, maka pengobatannya tidak ditanggung oleh BPJS kesehatan, tapi ditanggung oleh BPJS ketenagakerjaan dengan sistem reimburse. Setelah mendaftar kamar, akhirnya hari minggu saya sudah bisa masuk rumah sakit untuk di opname.

Berhubung kamar kelas 1 nya penuh, daripada harus menunggu maka saya putuskan untuk mengambil kelas utama. Masuk rumah sakit minggu sore, dan operasi dijadwalkan pada senin sore. Ini adalah kali pertama saya di operasi, jadi lumayan deg-degan menjelang operasi. Khawatir ketika operasi berjalan tiba-tiba biusnya habis. Membayangkan tubuh saya disayat sampai ke tulang membuat sedikit merinding. Mungkin ini alasan mengapa jarang orang yang mau di operasi jika ada tulang yang patah. Padahal operasi itu tidak semengerikan yang dibayangkan.

Hari dan jam yang ditunggu tiba juga, senin pukul 3 sore saya dibawa ke ruang operasi. Masuk ke ruangan dengan suhu layaknya lemari es. Jantung berdebar, tangan direntangkan, dokter dan perawat berdatangan. Bersiap untuk operasi penyambungan tulang dan pemasangan pen. Dan dokter anestesi mulai memasukkan obat bius melalui selang infus. 'Biusnya sudah masuk ya, kalau pusing merem aja...' Itu kata-kata terakhir yang saya dengar sebelum akhirnya saya tidak sadarkan diri beberapa detik kemudian. Sangat cepat layaknya komputer yang di shutdown. Bangun-bangun sudah di ruang pemulihan, dengan selang oksigen di mulut, dan rasa perih di pundak kiri. Setelah beberapa menit saya baru menyadari kalau operasinya sudah selesai dilaksanakan. Pukul 03.40 masuk ruang operasi, pukul 18.30 keluar ruang operasi langsung disambut dengan keluarga yang sudah menunggu dengan harap harap cemas. Dengan masih terbaring di bed tempat tidur saya langsung di bawa ke ruang radiologi untuk di rontgen, baru kemudian di bawa ke kamar. Malam itu saya tidur dengan nyenyaknya, mungkin karena masih ada pengaruh bius. Ternyata di operasi tidak seburuk yang dibayangkan, hampir tidak terasa.

Hari Kamis pagi saya sudah diperbolehkan pulang, total empat malam merasakan ranjang rumah sakit, dengan total biaya 27 juta. Biaya yang tidak murah jika dibandingkan dengan pengobatan alternatif. Dibekali obat penghilang rasa nyeri, antibiotik dan tablet kalsium untuk mempercepat penyembuhan pasca operasi. Terasa bedanya sebelum dan sesudah operasi, jika sebelum operasi ketika menggerakkan tangan kiri yang dirasakan ngilu, sakit dan terasa ada tulang yang bergeser. Setelah operasi, yang dirasakan adalah rasa perih di bekas jahitan dan rasa kaku (mungkin karena dipasang pen), tapi tidak terasa lagi ada tulang yang bergeser. Hanya saja kekuatan tangan belum pulih. Satu minggu setelah operasi kekuatan tangan sudah mulai bertambah dan fungsi tangan mulai berangsur normal. Dua minggu setelah operasi terus bertambah baik dan perban serta jahitan sudah bisa dilepas, bekas jahitan sudah bisa kena air. Tiga minggu setelah operasi sudah bisa masuk kantor dan beraktivitas ringan. Menurut dokter proses pemulihan, sampai dengan kembali normal membutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Jadi selama tiga bulan disarankan tidak banyak melakukan aktivitas yang terlalu membebankan tangan. Untuk satu atau dua bulan setelah operasi juga disarankan untuk tidak mengendarai kendaraan sendiri.

Kesimpulan :
- Jika ada indikasi patah tulang setelah kejadian kecelakaan, sebaiknya langsung dirujuk ke rumah sakit untuk di rontgen. Untuk mengetahui seberapa parah patah tulang yang diderita dan kemungkinan komplikasi lainnya.
- Untuk kasus patah tulang sebaiknya ditangani dengan pengobatan medis. Dan tidak menggunakan pengobatan alternatif.
- Banyak-banyak mengkonsumsi asupan kalsium selama masa pemulihan (tablet/pil kalsium, susu yang mengandung kalsium, multivitamin kalsium)
- Jaga pola makan dan olahraga ringan secara rutin
- Jangan melakukan aktivitas yang membebani tulang, atau aktivitas yang beresiko menghadapi hentakan/tekanan pada tulang yang patah. Seperti mengendarai kendaraan
- Lakukan kontrol rutin ke dokter spesialis orthopedi sesuai jadwal
- Buat pengingat/alarm untuk jadwal melepas pen. Jangan ditunda terlalu lama
- Cuti kerja yang cukup. Walaupun kita merasa sudah sehat, namun tetap jangan dipaksakan. Karena terkadang di tempat kerja kita melakukan gerakan refleks tanpa menyadari bahwa gerakan tersebut bisa menyebabkan tekanan berlebih pada bekas tulang yang patah
- Jangan khawatir. Tubuh Anda punya mekanisme penyembuhan dan pemulihannya sendiri
- Berdoa. Semoga Allah mempercepat proses pemulihannya, semoga tidak ditimpa musibah yang sama lagi.
- Bersabar. Proses pemulihan membutuhkan waktu sampai dengan tulang Anda berfungsi normal dan punya kekuatan
- Bersyukur. Karena kecelakaan yang Anda alami hanya mengakibatkan patah tulang, tidak sampai meninggal dunia
- Berserah. Menyerahkan proses penyembuhan dan pemulihan pada Allah SWT, jangan mengeluh.

- Sisi positif dan negatif pengobatan medis :
+ Kondisi struktur tulang bisa kembali seperti semula
+ Proses pengobatan (operasi) tidak terlalu sakit. (hanya perih luka bekas operasi)
+ Proses pemulihan cepat (2 s/d 4 minggu), sampai dengan fungsi dasar tulang kembali seperti semula. Karena sambungan tulang didukung oleh pen
+ Ada surat keterangan sakit dan istirahat dari RS (bagi yang berstatus karyawan)
+ Ada jaminan dari rumah sakit, bisa klaim secara resmi jika ada malpraktek
- Biaya pengobatan yang mahal (Tapi bisa dibiayai dengan BPJS atau asuransi)
- Perlu dua kali operasi (minimal), pada saat memasang dan melepas pen

- Sisi positif dan negatif pengobatan alternatif :
+ Biaya pengobatan lebih murah dari pengobatan medis
+ Tidak perlu ada operasi
+ Praktis, terutama untuk kasus patah tulang ringan
 - Ada kemungkinan struktur tulang tidak kembali seperti semula (bengkok atau lebih pendek)
 - Proses pengobatan (diurut, diluruskan) sangat sakit. Dan proses pengobatan sebagian besar tidak cukup satu kali. Bisa beberapa kali melalui proses pengobatan yang sangat menyakitkan
 - Proses pemulihan bisa sangat lambat, karena hanya mengandalkan pemulihan alami tubuh
 - Tidak ada surat keterangan sakit (bagi yang berstatus karyawan)
 - Biaya pengobatan tidak ditanggung BPJS atau asuransi
 - Biasanya tidak ada jaminan, atau hak komplain jika struktur tulang nantinya tidak sempurna atau ada komplikasi
 - Ada resiko patahan tulang bisa mengenai syaraf atau organ penting jika salah penanganan

Demikian pengalaman pribadi saya, semoga berguna bagi Anda yang juga mengalami ujian yang sama. Segala sesuatu ada hikmahnya, begitupun patah tulang clavicula.

willing TRAVEL while needed


Salah satu persyaratan pekerjaan yang paling saya suka adalah 'willng travel while needed'. Well, saya tidak hanya bersedia berpergian jika dibutuhkan, tidak dibutuhkan pun saya bersedia berpergian. Seolah-olah saya ingin berkata kepada HR reruitment 'Are you crazy, this is what I'm apply to! It's better than travelling for free, I'll paid while travelling'. Ya, mungkin HR rekruitment beranggapan ada orang yang tidak suka berpergian, saya sendiri tidak tahu apakah ada orang seperti itu di dunia. Kalaupun ada, betapa membosankan hidupnya.

Saya suka berpergian, travelling. Bahkan saya sampai rela bekerja jadi kru pit stop F1, hanya agar bisa berpergian keliling dunia. Tidak masalah sama sekali jika seorang sarjana hanya ditugaskan untuk ganti baut ban dengan bayaran rendah asal bisa ikut jadwal balapan F1.

ketika anakku bertanya KOMA ITU APA


Ini gara-gara penyiar radio itu, yang berulang kali mengucapkannya berulang-ulang. Anakku tahu sembilan itu apa dan satu itu apa, hanya saja ada satu kata yang terselip diantara sembilan dan satu yang mengganggu otak kecilnya. Satu kata itu adalah 'koma'. Koma itu... Sambil berpikir. Koma itu... Istriku juga ikut berpikir. Baru kita berdua tersadar kalau kita mengerti suatu konsep tanpa bisa menjelaskannya kepada orang lain, yaitu konsep 'koma'. Bagaimana menjelaskan konsep koma kepada anak usia 5 tahun. Akhirnya pikiranku menemukan jawaban simpel yang pasti bisa dimengerti oleh semua anak. 'Kalau koma lima itu artinya setengah, separuh' aku bilang begitu. Lantas malaikat kecil itu menyahut lagi 'kalau koma satu sembilan artinya apa?'. Ooow, jawaban yang salah dari seorang ayah. Pertanyaan yang terakhir itu aku pura-pura tak mendengarnya, dan mengalihkan perhatiannya pada makanan, strategi yang kemungkinan besar berhasil.

Perjalanan kali ini sudah usai, rumah sudah dikunci, ia pun sudah tertidur lelap sedari di mobil tadi. Tapi pertanyaan itu masih saja menggantung di kepalaku. Pertanyaaan tentang koma. Aku sadar aku masih punya PR untuk menjelaskan koma itu apa. Aku tak bisa membayangkan anakku besar tanpa ia tahu konsep koma. Anehnya aku juga lupa kapan dan bagaimana aku pertama kali belajar konsep koma. Bagaimana guru-guru dulu menjelaskan kepada anak-anak mengenai konsep koma? Ajaib. Mereka, para guru, dapat mengajar sampai kita tahu tanpa kita ingat bagaimana mereka mengajarkannya. Luar biasa. Dan sekarang aku disini, terbaring di tempat tidur tanpa bisa tertidur pulas. Mencoba menarik kembali memori tentang pelajaran koma dan bagaimana menjelaskannya kepada anak TK.

Inilah rasanya menjadi ayah. Tidak bisa tidur hanya gara-gara anakmu bertanya 'koma itu apa?' Tak terhitung berapa banyak pertanyaan pertanyaan-pertanyaan serupa lainnya seperti 'kenapa abis satu, dua? Kenapa polisi bajunya coklat? Emang Allah dimana? Kok aku belum punya ade?' dan sederet pertanyaan lain yang jawabannya entah ada atau tidak jika dicari di google. Ajaib, seorang tanpa pendidikan sekolah dan logika sederhana bisa menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang begitu brilian namun sederhana. Yang membuat seorang sarjana S1 kebingungan mencari jawaban yang tepat. Tapi tidak usah takut, dia yang bertanya takkan mencapmu sebagai 'orang bodoh' jika kamu tak bisa menjawabnya, ia akan tetap menganggapmu ayah. Itulah letak keajaiban yang kedua, ketika ia bertanya tanpa menghakimi. Tanpa memberi label 'bodoh' pada siapa yang tak sanggup menjawab pertanyaannya.

Kelak ia akan tahu, atau akan lupa akan pertanyaannya sendiri. Seiring dengan pendidikan sekolah yang penuh pertanyaan dangkal dan rumit. Terkadang seorang ayah pernah terpikir agar kau tak tumbuh besar. Tetap kecil, tetap lugu, tetap menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa dijawab seorang ayah. Tetapi kamu tahu itu tak mungkin, ia akan tumbuh besar, tumbuh dewasa, menjadi seorang ayah juga yang sama tak bisa menjawab pertanyaan anaknya.

aku TAHU


Ketika aku berkata 'aku sudah bertobat, aku sudah berubah menjadi lebih baik sekarang'. Aku tahu, aku bisa membaca matamu dan wajahmu yang tertunduk itu. Aku tahu ini seharusnya kabar gembira, namun bagimu kalimat ini justru mengungkit luka lama. Jantungku mendengar jantungmu yang ragu akan kalimat barusan. Tidak, aku sama sekali tidak menyalahkanmu karena aku tahu. Aku tahu benar cerita dibalik keraguanmu sekarang. Cerita yang aku buat, lebih tepatnya cerita kejahatan. Sayang... Meski tidak terucap olehmu, aku tahu.

Aku tahu kamu takut. Takut aku kembali seperti dulu. Berbuat bodoh, menyakiti hatimu, menyakiti hati orang tua ku juga. Aku juga tahu ingatan itu masih menghuni sel-sel dalam otakmu, ingatan yang entah mengapa, bangkit ketika aku berkata 'aku sudah berubah'. Tapi tahukah kamu apa yang kamu tidak tahu? Bahwa aku juga takut, lebih takut dari kamu. Takut aku kembali seperti dulu. Berbuat bodoh, menyakiti hatimu, menyakiti hati orang tua ku, menyakiti hatiku sendiri, membawa diriku ke jurang neraka. Engkau hanya merasakan sakit di dunia ini, sedang aku akan merasakan sakit di dua alam jika saja Allah tak mengampuniku. Ingatan itu pun sama masih menghuni sel-sel dalam otakku, ingatan yang aku kunci di sel terdalam dalam otakku. Tapi ingatan itu tetap ada, suaranya juga terkadang masih terdengar menyesakkan.

Jelas aku tidak punya kekuatan untuk menyuruhmu menghapus ingatan akan cerita itu. Kau pun sama tiada daya menghilangkan rasa sakit yang dulu itu. Yang terbaik yang bisa kita lakukan hanyalah menjalani hidup seperti biasa, tidak terjatuh ke lubang yang sama, berdoa agar itu tidak terjadi lagi. Mungkin hanya waktu dan istiqomah yang bisa mengobati luka yang dulu. Sayangnya aku tak bisa berjanji lagi, karena janji bisa dan pernah kuingkari. Bahkan janji yang terucap di hari itu ketika orang tua kita duduk sebagai saksi. Dan bukanlah janji yang ingin kuberikan padamu, karena janji itu ternyata murah, mudah sekali untuk pecah. Aku ingin memberikanmu, memperlihatkan kepadamu diriku yang baik. Diriku yang menjalani hari demi hari sebagai pribadi yang engkau dan Sang Pencipta inginkan.

Bukan emas, bukan permata, bukan segalanya yang masih bisa dinilai rupiah yang kutahu kau inginkan dariku. Aku tahu persis itu. Aku tahu kamu menginginkan aku, seorang yang dulu pernah membuatmu jatuh cinta. Seseorang yang dahulu tak pernah terpikirkan olehmu melakukan perbuatan seperti itu. Tapi itu dulu, tolong jangan sebut lagi, jangan ingat lagi perbuatan itu. Itu sama menyakitkannya bagimu, terlebih bagiku.

Sayang... Apakah kamu tahu siapa yang memiliki hatiku? Bukan aku, bukan juga kamu, tapi Ia Yang Maha Pencipta, Dialah yang memiliki dan mengendalikan hatiku. Jangan engkau memelas memohon kepadaku untuk menjaga hati, itu diluar kuasaku. Berdoalah kepadaNya, bersimpulah, menangislah, merengeklah di hadapanNya agar Ia senantiasa menjaga hati ini. Aku yang pria ini pun sempat menitikkan air mata untuk mengemis padaNya agar hati ini tidak dibolak balikkan lagi.

surat untuk istri ketika MOBIL DIJUAL


Aku harap engkau sabar atas kondisi kita saat ini. Dahulu kita pernah memimpikan punya kendaraan roda empat, lantas Allah kabulkan, meskipun sekarang diambil kembali. Wajar, karena kendaraan roda empat itu bukan milik kita, dan sejatinya memang tidak ada yang milik kita, semuanya milik Allah, kita hanya dikasih pinjam. Sebaik apapun itu, sesayang apaun kita dengan hal itu, ketika waktunya diambil oleh Allah tidak ada yang bisa menghalangi. Meskipun itu engkau, engkau juga milikNya, bukan milikku. Sebaik apapun engkau, seindah apapun dirimu, sesayang apapun aku padamu, suatu saat ada waktunya kita kan berpisah. Aku dan kamu boleh bersedih ketika nanti saatnya dipisahkan, namun dalam hati kita sudah mengantisipasi memang akan begini akhirnya, semua yang ada di dunia adalah titipan, pinjaman dari Allah, yang cepat atau lambat akan ditarik kembali. Diganti dengan yang lebih indah dan kekal di surga sana.

Tidak usah khawatir jika sekarang yang mengantar kita kemana-mana hanyalah kendaraan roda dua. Meskipun kata 'hanya' tidak pantas untuk diucapkan, karena masih ada mereka yang mimpinya bisa mengendarai kendaraan roda dua. Bukankah dulu kita juga pernah berpanas-panasan, kehujanan, terkena debu dan angin jalanan. Jika sekarang harus seperti itu lagi, toh kita pernah merasakannya sekali, anggap saja nostalgia. Bukankah kita dulu juga pernah meraskan sejuknya AC di tengah kemacetan, mendengarkan musik sementara diluar gaduh, merasakan amannya berteduh di tengah kepungan hujan. Bagiku bukan itu yang membuatku nyaman, bagiku kehadiranmu lah yang membuat perjalananku nyaman. Selama bersamamu, dengan roda dua atau roda empat sama nyamannya.

Percayalah Allah mengambil kendaraan roda empat kita, kendaraan yang pajaknya telat dibayar, kendaraan yang bannya sudah mulai botak, kendaraan yang lecet disana sini. Allah mengambil itu semata untuk memberikan kita yang lebih baik, yang lebi luas dan warnanya merah, seperti yang kamu mau. Dulu kita beranggapan yang penting punya roda empat, lalu kita beli yang second. Tapi Allah bilang kita layak untuk mendapat yang baru, karenanya ia mengambil roda empat second tadi untuk diganti dengan yang baru. Roda empat kita yang baru sedang disiapkan oleh Allah, tidak lama lagi, jadi bersabarlah. Kapannya jangan kau tanya aku, tanyalah pada Allah di setiap tahajud mu. Aku yakin Allah takkan rela lama-lama membiarkan bidadari surganya kehujanan, kepanasan, terkena debu jalanan diatas roda dua.

Entah Allah memberinya lewat aku, lewat kamu atau lewat siapa. Bukankah Allah senang jika memberi rezeki dari jalan yang tak terduga-duga. Tak perlu kau menabung rupiah untuk uang muka, cukuplah engkau menabung kesabaran dan keikhlasan. Kelak, tak lama lagi, insyaallah roda empat yang baru akan terparkir di halaman rumah kita. Yang lebih bagus dari punya kita dahulu.

terlanjur KECEWA di tempat kerja


Apa jadinya jika hati dan pikiran sudah tidak ada di tempat kerja.
Semangat loyo, produktivitas menurun, ide-ide pudar, pikiran hang, engagement hilang.

Apa jadinya jika situasi kerja menjadi sedemikian buruknya hingga logika sempat mempertimbangkan 'lebih baik nganggur daripada kerja kaya gini'.
Masuk kerja tapi ga kerja, browsing-browsing, ngaskus, cari lowongan pekerjaan, tidur di masjid, magabut (makan gaji buta).

Apa jadinya jika perasaan sudah bilang 'saya harusnya ga disini lagi'
Orang mau bilang 'syukurin aja masih punya kerjaan, banyak orang lain yang nganggur', dalam hati yang terucap malah 'bukan itu masalahnya, ini bukan soal bersyukur apa ngga'

Apa jadinya jika kita sudah tidak betah di perusahaan
Kantor bukan lagi tempat kerja, kantor menjadi 'tempat ga tau mau ngerjain apa'

Hati dan pikiran susah dipaksakan. Kalau sudah tidak betah di tempat kerja, entah karena atasan, aturan, rekan, tekanan, atau bayaran. Sama sekali tidak bisa dipaksa, meskipun orang bilang bersyukur aja, kerja yang ikhlas, anggap aja ibadah, bla bla bla. Tetap susah. Bisa tapi susah, atau susah tapi bisa. Intinya tetap susah untuk bekerja dengan sepenuh hati lagi.

Biasanya orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang dikecewakan, orang-orang yang disia-siakan. Oleh perusahaan, oleh atasan. Sudah memberi lebih malah mendapat sedih. Tadinya niat mengabdi tanpa pamrih jadinya malah menghitung budi.

atasan yang menyorot KESALAHAN


Saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya saat ini. Meskipun menurut orang jabatan saya saat ini sudah lumayan enak. Menjadi seorang manajer dengan gaji hampir 8 juta rupiah per bulan bukanlah pekerjaan yang mudah didapat. Namun bagi seorang laki-laki, ada hal lain yang jauh lebih penting dibanding materi, jauh lebih penting daripada gaji, yaitu harga diri. Jika di tempat kerja kita sudah tidak dianggap, lebih banyak dilihat kesalahannya dibanding kelebihannya, jasa-jasa terhadap perusahaan dilupakan (yang diungkit hanya kekurangannya), ditegur di depan umum, dicuekin, itu sudah tanda-tanda yang jelas kalau kita harus segera resign dari kantor. Mencari pekerjaan lain yang lebih baik, lebih menghargai kita sebagai manusia, lebih dapat melihat kelebihan dibanding kekurangan.

Ketika bekerja kita sambil belajar, ketika belajar maka adalah wajar kita melakukan kesalahan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Kesalahan adalah salah satu harga yang harus dibayar atas proses pembelajaran. Tapi bagaimana jika di tempat kerja, atasan tidak memberikan ruang bagi kesalahan, no room for error. Mungkin atasan yang seperti itu cocoknya bekerja dengan mesin yang terprogram dengan sempurna, yang kemungkinan salahnya kecil sekali. Selama seseorang bekerja dengan manusia, ia harus bersedia berhadapan dengan kesalahan. Jangan anak buah sudah mengepel seluruh ruangan, lantas ada satu keramik yang masih kotor, kemudian ia disalahkan. Si atasan hanya melihat satu keramik yang kotor, tanpa melihat ratusan keramik lain yang mengkilap.

Ketika Anda di tempat kerja lebih banyak di lihat kesalahannya daripada kebaikannya. Itu isyarat dari Allah kalau Anda harus mulai berpikir untuk mencari tempat kerja baru, mencari tempat baru untuk berkarya. Dimana hasil kerja Anda, karya Anda lebih dihargai. Meskipun tujuan utama kita bekerja dan berkarya bukan untuk dihargai orang. Tapi ketika kita berada di suatu lingkungan dimana hasil kerja Anda kurang dihargai, maka itu tidak sehat, apalagi secara jangka panjang. Terlebih lagi di tempat kerja, Anda menghabiskan kurang lebih sepertiga waktu. Bagaimana jadinya jika Anda menghabiskan sepertiga waktu, bahkan lebih, di tempat yang tidak sehat. Bisa-bisa Anda ikut tidak sehat, bahkan jatuh sakit. Yang tadinya punya banyak ide dan semangat untuk berkarya jadinya melempem dan mentok karena terlalu sering disorot kekurangannya.

Minggu, 12 Juli 2015

sekolah DAKWAH

Ujiannya setiap hari
Gurunya adalah para nabi, sahabat dan ulama
Kepala sekolahnya adalah Allah SWT
Buku panduannya adalah Alquran dan hadist
Masa belajarnya adalah seumur hidup
Poin penilaiannya adalah iman dan amal saleh
Pengawasnya adalah Rokib Atid
Hadiah kelulusannya adalah surga dan ridho Allah
Wisudanya adalah kematian
Ruang kelasnya adalah seisi bumi
Teman sekelasnya adalah seluruh umat manusia

Sabtu, 11 Juli 2015

fresh air of SAWAH LUHUR

Orang-orang kota rela menghabiskan jutaaan rupiah hanya untuk menghirup udara segar, merasakan hawa yang sejuk dan melihat hijaunya hampran padi di wilayah persawahan seperti di wilayah Ubud, Bali. Bagi orang-orang yang tinggal dan beraktivitas di perkotaan, pemandangan dan udara persawahan terutama di pagi hari sangat-sangat memukau dan berharga. Yang dihadapi orang-orang itu setiap harinya adalah bisingnya deru mesin kendaraan, penatnya mobil dan motor yang berhimpit-himpitan di tengah kemacetan, dan udara kotor serta beracun hasil buangan ribuan knalpot. Karenanya ketika dihadapkan dengan suara merdu dari gesekan-gesekan tanaman padi yang dihembus angin, hijau dan kuningnya tanaman padi yang tersusun rapih di petak-petak sawah, dan oksigen yang berlimpah hasil produksi begitu banyak tumbuhan hijau di pagi hari. Itu semua, begitu bernilai harganya di mata orang-orang kota. Sesuatu yang langka, dan karenanya berharga.

Saya beruntung setiap hari dapat memandangi areal persawahan yang luas dan indah, menghirup limpahan oksigen segar pagi hari hasil produksi jutaan tanaman padi, dan mendengar tenangnya dunia setiap pergi kerja. Sesuatu yang indah dan langka bagi banyak orang. Sesuatu yang sayangnya baru saya sadari akhir-akhir ini. Karena terlalu terfokus pada tujuan, yaitu tempat kerja. Pikiran yang sibuk mengantisipasi masalah yang timbul dikantor menghalangi momen-momen ajaib melewati areal persawahan yang luar biasa. Areal persawahan tersebut bernama sawah luhur, salah satu daerah penghasil padi terbesar di Banten yang berlokasi di Kabupaten Serang, Banten.

Jumat, 10 Juli 2015

S1 jurusan SABAR

Apa yang benar-benar kita perlukan dalam hidup, jarang diajarkan di sekolah. Saya tidak mengerti mengapa kurikulum sekolah lebih banyak mengajarkan hal-hal yang teoritis. Bukan hal-hal yang sifatnya praktis seperti manajemen emosi, manajemen pikiran, manajemen waktu dan hal-hal yang kemungkinan besar dapat digunakan oleh setiap orang di hampir setiap keadaan. Berapa banyak dari kita yang menggunakan rumus trigonometri setelah lulus sekolah atau lulus kuliah? Jika kita tidak bekerja di bidang engineering atau bekerja sebagai ilmuwan mungkin hal terakhir yang kita lakukan dengan ilmu trigonometri adalah mengajarkannya ke anak kita yang masih sekolah! Yang anak kita gunakan kelak untuk mengajari anaknya lagi dan seterusnya.

Lalu bagaimana dengan ilmu-ilmu yang justru penting dalam hidup, seperti bagaimana menjaga kesabaran dalam setiap situasi? Atau belajar tentang kebahagiaan? Belajar untuk senantiasa bersyukur? Ilmu yang sejak dipelajari hingga nanti di akhir hayat diperlukan oleh hampir semua manusia. Mengapa tingkah laku, attitude jarang sekali dijadikan kuriklum resmi di sekolah atau di kampus. Saya bermimpi kelak ada sekolah atau kampus yang membuka jurusan kebahagiaan. Mata kuliahnya adalah kebahagiaan 101, kesabaran dasar, ilmu syukur dan semacamnya. Jadi entah sepuluh atau dua puluh tahun lagi, saya bermimpi ada sarjana dengan gelar sarjana kesabaran. Yang melahirkan orang-orang yang benar-benar patut menjadi suri teladan bagi masyarakat tentang kesabaran.

Tapi bagaimana dengan pekerjaannya nanti? Mungkin itu yang akan ditanyakan banyak orang tentang sarjana S1 jurusan kesabaran. Pekerjaan apa yang akan dikerjakan oleh lulusan S1 kesabaran? Saya jawab, pekerjaannya adalah menjadi teladan bagi masyarakat banyak. Karena saat ini kita sudah cukup banyak memiliki dokter, enjinir, manajer, bankir, dll. Namun teladan? Masih segelintir orang yang pekerjaannya adalah menjadi teladan. Lalu siapa yang gaji kalau begitu? Saya jawab, Allah langsung yang akan menggajinya.

Kamis, 09 Juli 2015

ibadah SEADANYA

Pernahkah terlintas dalam pikiran kita. Ketika akan berangkat kerja, kebetulan di hari itu ada meeting penting dengan bos besar atau klien penting.  Pagi itu kita mandi lebih lama dari biasanya, memilih kemeja dan celana terbaik, tidak lupa deodoran dan parfum, rambut diberi pomade dan disisir rapih, sepatu dipastikan semengkilat mungkin, ditambah pengharum nafas. Memastikan penampilan kita adalah penampilan terbaik. Sadarkah kita bahwa apa yang kita lakukan tersebut, semata-mata karena untuk berhadapan dengan sesama manusia. Yang pada hakikatnya tidak mampu memberi manfaat dan mudharat tanpa izin Allah. Demi berhadapan dengan manusia kita rela mengalokasikan setengah jam lebih untuk benar-benar memperhatikan penampilan.

Lalu bagaimana ketika kita akan menghadap Allah, untuk meeting denganNya. Sholat adalah pertemuan Allah dengan hambaNya. Sholat adalah meeting antara kita dan bos besar seluruh alam semesta. Penampilan fisik apa yang biasanya kita siapkan untuk meeting maha penting tersebut. Kalau sholat subuh biasanya bangun tidur, wudhu, pakai sarung, gelar sajadah, langsung sholat. Tidak peduli bahwa pakaian yang kita pakai adalah pakaian yang sudah kusut sehabis dipakai tidur semalaman, tidak peduli bau badan kita setelah semalaman tidur, tidak peduli rambut yang masih acak-acakan, nafas yang bau belum sikat gigi, ditambah sarung kumal yang sudah berapa hari tidak diganti.

Betapa berbeda 360 derajat penampilan kita ketika akan bertemu manusia dan bertemu Allah, Sang Raja Manusia.

Rabu, 08 Juli 2015

peperangan INTERNAL

Telah menjadi kebenaran universal bahwa pertempuran paling besar adalah pertempuran melawan diri sendiri. Peperangan antar suku, antar kubu dan antar negara berawal dari orang-orang yang tak mampu mengalahkan dirinya sendiri. Orang-orang yang kalah oleh nafsu dan ambisinya. Peperangan yang membuat banyak orang terbunuh bermula dari orang-orang yang tak bisa memenangi pertempuran antara bisikan malaikat dan bisikan iblis dalam dirinya. Begitupun banyak impian manusia yang tak kunjung terwujud adalah bukan karena kondisi external. Berapa banyak kita pernah melihat atau membaca berita mengenai penyandang cacat yang mampu berprestasi, memainkan simfoni musik yang indah, melukis karya lukisan yang indah atau menulis buku yang menginspirasi. Sekali lagi, bukan kondisi external seperti cacat tubuh, keterbatasan materi atau lingkungan yang menghalangi kita mencapai impian. Namun apakah kita mampu untuk memenangi peperangan dalam diri yang menentukan apakah kita mampu mencapai impian?

Selasa, 07 Juli 2015

yang penting SELAMAT

Pernahkah kita membaca berita tentang seorang ayah yang berangkat kerja namun tidak pernah sampai di kantor. Atau seorang ibu yang pulang dari kantor namun tak pernah sampai ke rumah. Orang tadi mengalami kecelakaan di perjalanan ketika menuju rumah atau kantor. Kecelakaan fatal yang merenggut nyawa. Orang yang ditunggu-tunggu ternyata tak kunjung datang. Meninggalkan kesedihan mendalam di benak keluarga dan rekan kerja. Pernahkah kita merenung bahwa bisa jadi orang tersebut adalah kita. Pernahkah kita merasa beruntung sampai di rumah atau di kantor dengan selamat?

Seringkali kita mengeluh dengan pelayanan transportasi umum yang buruk, mengeluh mengenai kemacetan di jalan-jalan, mengeluhkan lamanya perjalanan pergi pulang kerja. Coba sesekali kita merenung, berpikir dan bersyukur bahwa tiba di rumah atau di kantor dengan selamat saja sudah menjadi berkah tersendiri. Meskipun harus menempuh perjalanan 2 jam, walaupun harus menembus belantara kemacetan, itu semua hampir tidak ada artinya dengan keselamatan jiwa kita yang bisa saja terenggut di tengah perjalanan.

Dari ribuan perjalanan yang pernah kita tempuh menuju kantor atau rumah, berapa kali kita mengalami kecelakaan? Dan kalau Anda masih bisa membaca tulisan ini berarti anda masih hidup. Bahwa rasio celaka di perjalanan yang Anda tempuh kurang dari 0.01% dan rasio meninggal karena kecelakaan di perjalanan adalah 0%  adalah hal yang sangat patut disyukuri. Kita lebih banyak diselamatkan oleh Allah daripada diberi cobaan berupa kecelakaan.

Mari mulai sekarang kita bersyukur ketika tiba di kantor, ketika sampai di rumah. Bersyukur karena kita telah sampai tempat tujuan dengan selamat. Apa-apa yang terjadi selama di perjalanan adalah kurang penting dan karenanya tidak pantas untuk dikeluhkan. Kita pastinya lebih memilih bermacet-macet ria atau melewati jalan jelek daripada harus dikafankan kan? Jadi syukuri saja fakta bahwa kita masih selamat.

Senin, 06 Juli 2015

lebih KASIHAN kepada siapa

Seringkali kita mengkasihani orang lain. Ketika melewati pengemis anak-anak di trotoar, ketika bertemu mereka yang sudah tua renta masih meminta-minta di tengah kemacetan, ketika melihat orang-orang tua ditelantarkan anaknya di panti jompo, ketika mendapati anak balita yang sudah tidak punya ayah ibu lagi, ketika mendengar anak-anak SD harus bekerja dan putus sekolah karena tak ada biaya. Ketika semua berita itu sampai melalui indra kita, kita merasa kasihan. Ada perasaan terenyuh, sedih, ingin menolong. Orang bilang, ini perasaan empati. Rasa empati ini menandakan kita adalah satu sebagai umat manusia. Kita dan mereka yang setiap harinya mengemis di jembatan penyebrangan hakikatnya adalah sama. Sama-sama manusia. Mereka yang masih memiliki rasa kemanusiaan pasti merasakan empati, merasakan kasihan, tatkala mendapati manusia lain yang jauh kurang beruntung dibanding dirinya. Mereka yang hatinya tak tersentuh, mereka yang tak merasa kasihan atau minimal terenyuh. Mungkin perlu dipertanyakan lagi rasa kemanusiaannya. Kita merasa kasihan karena kita merasa sama-sama manusia. Rasa kasihan yang kita punya menandakan kalau kita masih manusia.

Rasa kasihan yang sebelumnya saya ungkapkan adalah rasa kasihan karena kekurangan hal-hal yang sifatnya fisik. Kekurangan uang, kekurangan makanan, kekurangan tempat tinggal, kekurangan perhatian. Namun ada jenis rasa kasihan lain yang seringkali terlupakan. Adakah dari kita yang pernah merasa kasihan kepada mereka yang kekurangan dalam hal spiritual, dalam hal hubungannya dengan Allah. Pernahkah kita merasa kasihan kepada seorang direktur yang sering melalaikan shalat? Pernahkah kita merasa kasihan kepada orang kaya yang belum juga mengunjungi tanah suci Mekkah? Pernahkah kita merasa kasihan kepada pejabat yang jarang berkunjung ke masjid? Mungkin masih sedikit orang yang mengkasihani golongan orang yang seperti itu. Golongan orang yang jauh dari Allah, golongan orang yang lalai dalam ibadah, golongan orang yang lemah imanya.

Rasa kasihan memberi kita dorongan untuk bertindak membantu mereka lepas dari kondisi keprihatinannya, kondisi yang membuat kita merasa kasihan. Jika kita kasihan terhadap orang yang lapar, kita terdorong untuk memberinya makanan. Jika kita kasihan terhadap orang yang jarang ke masjid, tindakan apa yang lantas kita lakukan? Jika kita kasihan terhadap orang yang melalaikan shalat, lalu apa yang kita perbuat? Jika tidak ada tindakan nyata yang kita perbuat, maka jangan-jangan kita ini belum kasihan kepada golongan orang-orang yang kekurangan secara spiritual. Atau malah kita ini justru termasuk orang-orang yang patut dikasihani secara spiritual.

Padahal kekurangan dalam hal duniawi adalah kekurangan yang sifatnya sementara dan dapat dimaklumi Allah. Jika seorang manusia sakit-sakitan, kelaparan, miskin, hidup terlunta-lunta, sendirian, ditinggalkan, Allah masih tidak marah. Allah masih sayang selama orang tersebut masih taat. Namun jika kekurangannya dalam hal keimanan dan ibadah, maka kekurangan itu akan menjadi masalah besar bukan hanya di dunia namun terlebih lagi di akhirat. Orang yang kekurangan dalam hal iman dan ibadah, di dunia akan merasakan kegelisahan, di akhirat akan merasakan penderitaan yang abadi. Jika seseorang lalai terhadap shalatnya, jarang ke masjid, berakhlak buruk, mengambil yang bukan haknya, menyakiti orang lain, maka Allah akan marah. Tidakkah kita lebih kasihan kepada orang tersebut dibanding orang yang hanya kekurangan masalah dunia.


Sekarang ini, jika kita boleh memilih. Apakah kita lebih kasihan terhadap pengemis yang duduk di trotoar, tiap hari terpapar sinar matahari yang tajam, ketika malam tidur hanya beralaskan tikar dan beratapkan langit, namun ketika adzan berkumandang ia beranjak ke masjid? Ataukah kita lebih kasihan kepada eksekutif muda yang tampan dan mapan, tinggal di apartemen elite, mengendarai mobil keluaran terbaru, namun ketika waktu shalat hampir habis ia tak kunjung beranjak dari kursi kantornya yang empuk? Atau justru kita malah kasihan terhadap diri sendiri karena tak punya keduanya?

Minggu, 05 Juli 2015

PINDAH kerja itu seperti pindah masjid

Jika bekerja itu adalah ibadah, dan bisa dianalogikan seperti sholat. Maka pindah kerja itu tidak lain seperti halnya pindah masjid. Ketika kita pindah masjid, sholat yang kita lakukan tetap sama. Mulai dari niatnya, takbiratul ikhramnya, berdirinya, rukuknya, sujudnya sampai dengan salamnya. Begitupun ketika kita pindah kerja, yang kita lakukan pun harusnya tetap sama. Bekerja dengan niat yang lurus, amanah, bekerja sepenuh hati, menguasai kompetensi yang dibutuhkan, terencana, terkendali dan seterusnya.

Jawaban dari pertanyaan mengapa kita pindah kerja hampir sama jawabannya dengan jawaban dari pertanyaan mengapa kita pindah masjid. Kita pindah masjid mungkin karena rumah kita pindah atau di masjid yang baru kita lebih mendapat kenyamanan beribadah dibanding masjid yang lama. Masjid yang baru mungkin gerakan shalatnya lebih tuma'ninah, bacaan imamnya lebih fasih, shaf shalatnya lebih rapat, jamaahnya lebih banyak, fasilitas di masjidnya lebih lengkap dan sebagainya. Begitu pun ketika kita pindah kerja. Di tempat yang baru yang kita cari adalah antara lain manajemennya yang lebih rapih dan profesional, visi dan tujuan perusahaan yang lebih jelas, teamwork yang lebih solid, skala perusahaan yang lebih besar dan penghasilan serta fasilitas yang lebih dibanding pekerjaan sebelumnya.


Tidak salah orang yang pindah masjid, yang salah adalah orang yang tidak pernah ke masjid. Tidak ada yang salah dari pindah kerja. Yang salah adalah orang yang punya kemampuan dan kesempatan untuk bekerja tapi tidak bekerja. Jika bekerja itu adalah ibadah, maka kantor adalah tempat ibadah. Mari kita mencari tempat ibadah dimana kita bisa beribadah lebih khusyu. 

Sabtu, 04 Juli 2015

khutbah mengenai KEJUJURAN

Jumat, 3 Juli 2015. Tidak biasanya saya menyimak khutbah Jumat. Biasanya belum lima menit khotib memberikan khutbah, saya sudah terseret kantuk. Kantuk yang sekonyong-konyong hilang ketika bilal mengumandangkan iqomat. Saya punya keyakinan bahwa apapun yang terjadi pada kita. Apa yang kita dengar, apa yang kita baca, orang yang kita temui, kantor tempat kita bekerja dan semua yang menjadi bagian dari hidup kita. Adalah bukan suatu kebetulan. Itu semua memang sudah ditakdirkan seperti itu. Ada hikmah dan pelajaran yang bisa dan perlu diambil dari setiap moment. Termasuk tema khutbah kali ini pun bukan suatu kebetulan.

Khutbah Jumat ini, dimana saya gagal untuk terbawa kantuk. Bertemakan kejujuran. Meskipun khutbah itu disampaikan untuk umum. Ada pesan pribadi yang memang ditujukan untuk saya, baik secara gamblang atau tersirat. Pelajaran dari Allah kepada saya melalui sang khatib. Apa makna kejujuran? Apakah jujur berarti tidak berkata bohong? Belum tetntu. Contoh: Jika seorang pedagang ditanya oleh pembeli. Apakah barang dagangan Anda ada cacatnya? Pedagang menjawab tidak, karena memang barang dagangan tersebut tidak cacat. Ia telah berkata benar, tidak bohong. Namun jika disaat yang sama pedagang tersebut menyembunyikan informasi dari pembeli. Yang kemungkinan jika informasi tersebut disampaikan ke pembeli akan menjadi pertimbangan pembeli apakah jadi membeli barang tersebut atau tidak. Seperti barang tersebut meskipun tidak cacat namun ada barang lain yang lebih bagus kualitasnya dengan harga yang tidak terlalu berbeda yang tidak ditawarkan ke pembeli semata-mata karena ingin menghabiskan stok barang yang pertama. Dalam kasus ini si pedagang tidak bohong, namun juga tidak jujur.

Jadi menurut saya, kejujuran itu adalah full disclosure. Keterbukaan penuh. Persis seperti yang dicontohkan Rasulullah. Yaitu ketika beliau menjual barang dagangannya beliau berkata: Sekian harga dari majikan saya, sekian biaya operasional saya dan terserah pembeli mau memberi saya keuntungan berapa. Jadi disitu tidak ada yang ditutup-tutupi, termasuk margin yang didapatkan oleh pedagang. Semua informasi yang berpotensi memengaruhi keputusan pembelian diungkapkan sepenuhnya. Tidak hanya informasi yang menunjukkan keunggulan produknya, tapi juga informasi tentang kelemahan produknya. Jadi dalam hal ini, apakah strategi-strategi pemasaran merupakan bentuk ketidakjujuran? Bisa iya dan bisa tidak. Hal tersebut memerlukan pembahasan lebih dalam lagi tentunya.

Begitu juga dalam pernikahan. Kejujuran adalah full disclosure. Seorang suami yang memiliki kedekatan dengan wanita selain istrinya mungkin tidak pernah berbohong bahwa ia memiliki teman wanita, karena ia kebetulan tidak pernah ditanya. Namun apakah suami tersebut telah berperilaku jujur? Kita sepakat untuk memberikan jawaban tidak. Kejujuran adalah ketika kita siap memberikan jawaban jujur untuk semua pertanyaan yang mungkin timbul. Baik pertanyaan itu ditanyakan atau tidak. 

Jumat, 03 Juli 2015

BEKERJA itu ibadah

Kerja itu ibadah ...
Jika diniatkan untuk mencari ridha Allah
Jika diniatkan menjemput rezeki untuk menafkahi keluarga
Jika diniatkan agar punya penghasilan yang darinya kita bisa berzakat dan bersedekah
Jika diniatkan untuk memberikan nilai tambah bagi perusahjaaan dan masyarakat

Kerja itu ibadah ...
Jika kehadiran kita di tempat kerja dapat menjadi teladan bagi orang lain
Jika kehadiran kita di tempat kerja memberikan manfaat bagi orang banyak
Jika kehadiran kita di tempat kerja dianggap sebagai aset bagi perusahaan
Jika kehadiran kita di tempat kerja membuat suasana menjadi lebih baik

Kerja itu ibadah...
Jika dilaksanakan dengan amanah
Jika dilaksanakan dengan ilmu yang benar
Jika dilaksanakan sepenuh hati, pikiran dan tenaga
Jika dilaksanakan dengan penuh rasa syukur

Kerja itu tidak lagi menjadi sebuah ibadah ...
Jika diniatkan untuk sekedar mencari harta, posisi atau gengsi
Jika kehadiran kita di tempat kerja tidak diharapkan
Jika dilaksanakan dengan keluh kesah dan ketidakjujuran

Jika kita tidak menyadari bahwa pekerjaan adalah rezeki sekaligus ujian

Kamis, 02 Juli 2015

hidup untuk BERKARYA

Hidup memang Cuma sekali, namun jika kita bisa menjalaninya dengan benar. Sekali saja cukup. Salah satu indikator kita menjalani hidup dengan benar adalah dengan adanya hasil karya. Berkarya itu seperti seorang pelukis yang menghasilkan lukisan. Ada hasil atau output dari kerja kita. Hasil yang tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri namun juga untuk orang lain. Begitu banyak bentuk karya yang bisa dibuat oleh berbagai macam orang dari berbagai jenis profesi. Dokter berkarya dengan membantu orang agar menjalani hidup yang sehat, pengusaha berkarya dengan memberikan nilai tambah dan membuka lapangan pekerjaan, petugas pemerintahan berkarya dengan memberikan pelayanan kepada masyarakat, kepala daerah berkarya dengan memakmurkan daerah yang dipimpinnya, dan ada kemungkinan tak terbatas lainnya dalam berkarya. Bahkan buruh pun berkarya dengan menghasilkan produk sesuai target dan kualitas. Bagi penulis, jelas karyanya tidak lain adalah sebuah tulisan yang bermanfaat, memberi informasi, menggugah, menginspirasi, atau menghibur.

Ada cerita mengenai seorang cleaning service terowongan yang dilalui oleh kereta bawah tanah. Yang telah bekerja di pekerjaan tersebut selama puluhan tahun. Dan ia menyukai pekerjaan tersebut. Menurut Anda karya apa yang ia hasilkan dari pekerjaan membersihkan sampah dan membunuh tikus di terowongan bawah tanah yang gelap dan pengap? Orang itu berkarya dengan memberikan tempat tinggal yang lebih bersih bagi mereka yang tidak punya tempat tinggal. Tempat tinggal bagi mereka yang sangat-sangat miskinnya sehingga harus tinggal di terowongan bawah tanah.


Mari kita merenung. Apakah selama ini kita menjalankan profesi kita hanya karena mencari rupiah atau terbelenggu rutintas tanpa makna. Atau kita telah memutuskan untuk membuat suatu karya. Lebih lagi, bukan hanya karya tapi mahakarya.

Rabu, 01 Juli 2015

seakan di SURGA

Di masa kecil...
Ketika kita bermain dengan teman-teman
Ketika ayah membelikan mainan yang kita idam-idamkan
Ketika ibu meninabobokan kita sambil memberikan pelukan hangatnya

Di masa sekolah...
Ketika kita mampu ranking 1
Ketika pulang cepat karena ada rapat guru
Ketika kita satu-satunya yang mendapat nilai ujian 10 di kelas

Di masa kuliah...
Ketika wanita yang kita sukai ternyata menyukai kita juga
Ketika orang tua memberikan kiriman uang lebih dari biasanya
Ketika prosesi wisuda dan menyaksikan orang tua menangis bahagia

Di masa dewasa...
Ketika dapat bekerja sepenuh hati
Ketika selesai akad nikah dengan wanita yang kita cintai
Ketika menyaksikan kelahiran sang buah hati dengan kondisi sehat

Di sepanjang usia kita...
Ketika menitikkan air mata di rakaat shalat tahajud
Ketika menulis dan membaca di perpustakaan yang tenang
Ketika duduk di pinggir pantai memandangi matahari terbenam

Di sepanjang perjalanan kehidupan
Di antara waktu kelahiran dan kematian
Sang pencipta alam telah sangat bermurah hati
Menyisipkan waktu-waktu di bumi yang membuat kita seakan di surga

Selasa, 30 Juni 2015

Ketika UBP menjadi UJP

Fenomena menarik terjadi beberapa bulan belakangan di PT. Indonesia Power. Anak perusahaan PLN yang bergerak di bidang operasi dan pemeliharaan pembangkit listrik. PT. Indonesia Power, atau dalam tulisan ini saya singkat IP, mengelola beberapa pembangkit listik. Seperti di Suralaya, Priok, Kamojang, Saguling, Perak-Grati, dan lain-lain. Sebelumnya masing-masing pembangkit listrik tersebut diberi nama UBP (Unit Bisnis Pembangkitan) kemudian diganti nama menjadi UJP (Unit Jasa Pemeliharaan). Hanya diganti satu kata, dari 'bisnis' menjadi 'jasa'. Saya akan mengulas perubahan nama ini dari sudut pandang orang luar, karena saya bukan karyawan IP.

Perubahan kata 'bisnis' menjadi 'jasa' ini apakah IP tidak lagi mengharapkan profit dari pembangkit yang dikelolanya dan hanya berorientasi pada jasa atau pelayanan. Apakah ada pergeseran paradigma dari tadinya 'profit oriented' menjadi 'service oriented'? Jika dilihat dari status kepemilikan IP yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh PLN, memang fungsi IP harusnya sebagai supporting PLN. Bukan justru mencari profit setinggi-tingginya dari PLN. Bahkan jika perlu IP tidak harus mengambil untung dari PLN, secukupnya saja untuk menutupi biaya operasional.

Secara korporat IP mungkin bisa memutuskan untuk mencari profit dari customer non PLN. Sehingga uang yang berputar di luar PLN sebagai holding bisa masuk ke PLN holding melalui IP. Jika IP hanya berfokus pada customer PLN, maka uang yang berputar ya disitu situ saja. Saya pikir memang sudah waktunya IP tidak lagi mencari profit dari PLN dan mulai mencari profit dari customer non PLN. Atau kalau perlu, ekspansi ke luar negeri menjual jasa pengoperasian dan pemeliharaan di unit pembangkit di luar negeri. Menyambut MEA, maka peluang IP untuk ekspansi lebih besar. Jangan justru IP menjadi pihak yang tergusur dengan masuknya perusahaan penyedia jasa pemeliharaan dan operasi pembangkit dari luar negeri.

Lagi pula sebenarnya bisnis dan jasa itu saling terkait. Jika kita memberikan service yang maksimal, hampir dapat dipastikan profit yang dihasilkan juga maksimal. Memberikan service terbaik adalah alat pemasaran utama untuk meningkatkan profit sebanyak-banyaknya.

Jumat, 19 Juni 2015

Perusahaan Indonesia menjadi sponsor utama di film JURRASIC WORLD

Menonton film Jurrasic World layaknya menonton film Indonesia yang disisipi iklan produk di sepanjang alur filmnya. Mulai dari Mercedez, Samsung dan Starbuck. Ada satu produk yang mungkin luput dari perhatian penonton. Produk ini memang tidak menampilkan logonya di film tersebut. Namun berulang kali namanya disebutkan oleh para aktor. Justru teknik marketing ini yang lebih ampuh. Penonton tidak merasa dicekoki dengan iklan, namun tanpa sadar langsung masuk ke dalam pemikiran bawah sadar penonton. Produk tersebut, kalau menurut saya, justru menjadi sponsor utama film Jurrasic World ini. Melebihi sponsor dari Mercedez dan Samsung. Mercedez dan Samsung meskipun muncul dengan frekuensi yang sering di film ini, namun perannya hanya sebatas pelengkap. Tapi produk ini justru menjadi inti cerita. Bangganya produk ini berasal dari Indonesia. Penasaran?

Anda masih hapal apa nama dinosaurus yang menjadi pokok cerita film Jurrasic World? Kalau Anda memiliki ingatan sebagaimana orang rata-rata, Anda pasti masih hapal. Nama dinosaurus yang menjadi inti cerita ini adalah: Indominus Rex. Bagi kita orang Indonesia nama Indominus Rex seakan terdengar familiar, begitupun saya. Di awal sampai dengan pertengahan film otak saya terganggu dengan pertanyaan. Dari mana asal-usul nama 'Indominus Rex'? Bukankah setiap pertunjukkan di Jurrasic World disponsori oleh produk tertentu. Apakah nama Indominus Rex merupakan titipan sponsor? Baru di pertengahan film saya menyadari bahwa ada perusahaan tertentu yang telah mensponsori dinosaurus hybrid ini sejak awal hingga perusahaan ini berhak menamainya dengan salah satu produknya. Perusahaan itu adalah Indofood, dan produknya adalah indomie.


Suatu ide yang jenius, brilian. Penonton Jurrasic World di seluruh dunia, puluhan juta orang, tanpa sadar menjadi mengenal merek Indomie, tanpa mereka sadar telah dipengaruhi oleh brand tersebut. Indofood melakukan terobosan dalam strategi pemasaran dengan ikut mensponsori film Hollywood kelas dunia. Selamat kepada Indominus Rex, or may I say 'Indomie-nus Rex'.