Senin, 06 Juli 2015

lebih KASIHAN kepada siapa

Seringkali kita mengkasihani orang lain. Ketika melewati pengemis anak-anak di trotoar, ketika bertemu mereka yang sudah tua renta masih meminta-minta di tengah kemacetan, ketika melihat orang-orang tua ditelantarkan anaknya di panti jompo, ketika mendapati anak balita yang sudah tidak punya ayah ibu lagi, ketika mendengar anak-anak SD harus bekerja dan putus sekolah karena tak ada biaya. Ketika semua berita itu sampai melalui indra kita, kita merasa kasihan. Ada perasaan terenyuh, sedih, ingin menolong. Orang bilang, ini perasaan empati. Rasa empati ini menandakan kita adalah satu sebagai umat manusia. Kita dan mereka yang setiap harinya mengemis di jembatan penyebrangan hakikatnya adalah sama. Sama-sama manusia. Mereka yang masih memiliki rasa kemanusiaan pasti merasakan empati, merasakan kasihan, tatkala mendapati manusia lain yang jauh kurang beruntung dibanding dirinya. Mereka yang hatinya tak tersentuh, mereka yang tak merasa kasihan atau minimal terenyuh. Mungkin perlu dipertanyakan lagi rasa kemanusiaannya. Kita merasa kasihan karena kita merasa sama-sama manusia. Rasa kasihan yang kita punya menandakan kalau kita masih manusia.

Rasa kasihan yang sebelumnya saya ungkapkan adalah rasa kasihan karena kekurangan hal-hal yang sifatnya fisik. Kekurangan uang, kekurangan makanan, kekurangan tempat tinggal, kekurangan perhatian. Namun ada jenis rasa kasihan lain yang seringkali terlupakan. Adakah dari kita yang pernah merasa kasihan kepada mereka yang kekurangan dalam hal spiritual, dalam hal hubungannya dengan Allah. Pernahkah kita merasa kasihan kepada seorang direktur yang sering melalaikan shalat? Pernahkah kita merasa kasihan kepada orang kaya yang belum juga mengunjungi tanah suci Mekkah? Pernahkah kita merasa kasihan kepada pejabat yang jarang berkunjung ke masjid? Mungkin masih sedikit orang yang mengkasihani golongan orang yang seperti itu. Golongan orang yang jauh dari Allah, golongan orang yang lalai dalam ibadah, golongan orang yang lemah imanya.

Rasa kasihan memberi kita dorongan untuk bertindak membantu mereka lepas dari kondisi keprihatinannya, kondisi yang membuat kita merasa kasihan. Jika kita kasihan terhadap orang yang lapar, kita terdorong untuk memberinya makanan. Jika kita kasihan terhadap orang yang jarang ke masjid, tindakan apa yang lantas kita lakukan? Jika kita kasihan terhadap orang yang melalaikan shalat, lalu apa yang kita perbuat? Jika tidak ada tindakan nyata yang kita perbuat, maka jangan-jangan kita ini belum kasihan kepada golongan orang-orang yang kekurangan secara spiritual. Atau malah kita ini justru termasuk orang-orang yang patut dikasihani secara spiritual.

Padahal kekurangan dalam hal duniawi adalah kekurangan yang sifatnya sementara dan dapat dimaklumi Allah. Jika seorang manusia sakit-sakitan, kelaparan, miskin, hidup terlunta-lunta, sendirian, ditinggalkan, Allah masih tidak marah. Allah masih sayang selama orang tersebut masih taat. Namun jika kekurangannya dalam hal keimanan dan ibadah, maka kekurangan itu akan menjadi masalah besar bukan hanya di dunia namun terlebih lagi di akhirat. Orang yang kekurangan dalam hal iman dan ibadah, di dunia akan merasakan kegelisahan, di akhirat akan merasakan penderitaan yang abadi. Jika seseorang lalai terhadap shalatnya, jarang ke masjid, berakhlak buruk, mengambil yang bukan haknya, menyakiti orang lain, maka Allah akan marah. Tidakkah kita lebih kasihan kepada orang tersebut dibanding orang yang hanya kekurangan masalah dunia.


Sekarang ini, jika kita boleh memilih. Apakah kita lebih kasihan terhadap pengemis yang duduk di trotoar, tiap hari terpapar sinar matahari yang tajam, ketika malam tidur hanya beralaskan tikar dan beratapkan langit, namun ketika adzan berkumandang ia beranjak ke masjid? Ataukah kita lebih kasihan kepada eksekutif muda yang tampan dan mapan, tinggal di apartemen elite, mengendarai mobil keluaran terbaru, namun ketika waktu shalat hampir habis ia tak kunjung beranjak dari kursi kantornya yang empuk? Atau justru kita malah kasihan terhadap diri sendiri karena tak punya keduanya?

0 komentar:

Posting Komentar