Selasa, 30 Juni 2015

Ketika UBP menjadi UJP

Fenomena menarik terjadi beberapa bulan belakangan di PT. Indonesia Power. Anak perusahaan PLN yang bergerak di bidang operasi dan pemeliharaan pembangkit listrik. PT. Indonesia Power, atau dalam tulisan ini saya singkat IP, mengelola beberapa pembangkit listik. Seperti di Suralaya, Priok, Kamojang, Saguling, Perak-Grati, dan lain-lain. Sebelumnya masing-masing pembangkit listrik tersebut diberi nama UBP (Unit Bisnis Pembangkitan) kemudian diganti nama menjadi UJP (Unit Jasa Pemeliharaan). Hanya diganti satu kata, dari 'bisnis' menjadi 'jasa'. Saya akan mengulas perubahan nama ini dari sudut pandang orang luar, karena saya bukan karyawan IP.

Perubahan kata 'bisnis' menjadi 'jasa' ini apakah IP tidak lagi mengharapkan profit dari pembangkit yang dikelolanya dan hanya berorientasi pada jasa atau pelayanan. Apakah ada pergeseran paradigma dari tadinya 'profit oriented' menjadi 'service oriented'? Jika dilihat dari status kepemilikan IP yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh PLN, memang fungsi IP harusnya sebagai supporting PLN. Bukan justru mencari profit setinggi-tingginya dari PLN. Bahkan jika perlu IP tidak harus mengambil untung dari PLN, secukupnya saja untuk menutupi biaya operasional.

Secara korporat IP mungkin bisa memutuskan untuk mencari profit dari customer non PLN. Sehingga uang yang berputar di luar PLN sebagai holding bisa masuk ke PLN holding melalui IP. Jika IP hanya berfokus pada customer PLN, maka uang yang berputar ya disitu situ saja. Saya pikir memang sudah waktunya IP tidak lagi mencari profit dari PLN dan mulai mencari profit dari customer non PLN. Atau kalau perlu, ekspansi ke luar negeri menjual jasa pengoperasian dan pemeliharaan di unit pembangkit di luar negeri. Menyambut MEA, maka peluang IP untuk ekspansi lebih besar. Jangan justru IP menjadi pihak yang tergusur dengan masuknya perusahaan penyedia jasa pemeliharaan dan operasi pembangkit dari luar negeri.

Lagi pula sebenarnya bisnis dan jasa itu saling terkait. Jika kita memberikan service yang maksimal, hampir dapat dipastikan profit yang dihasilkan juga maksimal. Memberikan service terbaik adalah alat pemasaran utama untuk meningkatkan profit sebanyak-banyaknya.

Jumat, 19 Juni 2015

Perusahaan Indonesia menjadi sponsor utama di film JURRASIC WORLD

Menonton film Jurrasic World layaknya menonton film Indonesia yang disisipi iklan produk di sepanjang alur filmnya. Mulai dari Mercedez, Samsung dan Starbuck. Ada satu produk yang mungkin luput dari perhatian penonton. Produk ini memang tidak menampilkan logonya di film tersebut. Namun berulang kali namanya disebutkan oleh para aktor. Justru teknik marketing ini yang lebih ampuh. Penonton tidak merasa dicekoki dengan iklan, namun tanpa sadar langsung masuk ke dalam pemikiran bawah sadar penonton. Produk tersebut, kalau menurut saya, justru menjadi sponsor utama film Jurrasic World ini. Melebihi sponsor dari Mercedez dan Samsung. Mercedez dan Samsung meskipun muncul dengan frekuensi yang sering di film ini, namun perannya hanya sebatas pelengkap. Tapi produk ini justru menjadi inti cerita. Bangganya produk ini berasal dari Indonesia. Penasaran?

Anda masih hapal apa nama dinosaurus yang menjadi pokok cerita film Jurrasic World? Kalau Anda memiliki ingatan sebagaimana orang rata-rata, Anda pasti masih hapal. Nama dinosaurus yang menjadi inti cerita ini adalah: Indominus Rex. Bagi kita orang Indonesia nama Indominus Rex seakan terdengar familiar, begitupun saya. Di awal sampai dengan pertengahan film otak saya terganggu dengan pertanyaan. Dari mana asal-usul nama 'Indominus Rex'? Bukankah setiap pertunjukkan di Jurrasic World disponsori oleh produk tertentu. Apakah nama Indominus Rex merupakan titipan sponsor? Baru di pertengahan film saya menyadari bahwa ada perusahaan tertentu yang telah mensponsori dinosaurus hybrid ini sejak awal hingga perusahaan ini berhak menamainya dengan salah satu produknya. Perusahaan itu adalah Indofood, dan produknya adalah indomie.


Suatu ide yang jenius, brilian. Penonton Jurrasic World di seluruh dunia, puluhan juta orang, tanpa sadar menjadi mengenal merek Indomie, tanpa mereka sadar telah dipengaruhi oleh brand tersebut. Indofood melakukan terobosan dalam strategi pemasaran dengan ikut mensponsori film Hollywood kelas dunia. Selamat kepada Indominus Rex, or may I say 'Indomie-nus Rex'.