Jumat, 15 Mei 2015

mendengar PEPOHONAN BERBICARA

Bagaimana cara memasukkan seekor gajah ke dalam kulkas? Buka pintu kulkasnya, masukkan gajahnya, tutup pintu kulkasnya. There! problem solved, simple isn't it! Bagaimana cara mendengarkan pepohonan berbicara? Dengarkan. Ya, sesederhana itu. Anda tidak perlu punya ilmu kebatinan untuk mendengarkan pepohonan bicara. Anda hanya perlu hening, diam, biarkan kesan-kesan dari pepohonan itu memasuki pikiran Anda tanpa di proses. Dan pepohonan akan menceritakan ceritanya untuk Anda. Cerita yang membuat Anda terkesan. Pepohonan akan menuturkan rahasianya. Rahasia yang membuat kita sebagai manusia merasa malu. Pepohonan akan mengisahkan kisahnya. Kisah yang bisa membuat kita menitikkan air mata. Pepohonan akan mengungkapkan kekuatannya. Sehingga manusia yang mendengar merasa kurang pantas menjadi khalifah di bumi.

Kalau Anda menganggap ini omong kosong, saya yakin seumur hidup Anda belum pernah mendengarkan pepohonan. Kalau Anda belum pernah mendengarkan pepohonan, saya yakin Anda adalah tipe orang yang sulit untuk hening, diam dan tidak berpikir. Bukankah manusia dan pepohonan diciptakan oleh Pencipta yang sama. Tidak aneh jika antara sesama ciptaan ada benang merah yang menghubungkan semua ciptaan. Yang dengannya antar ciptaan dapat saling berkomunikasi melampaui batasan bahasa dan indrawi.

Jika Anda benar-benar ingin mendengarkan pepohonan, Anda tidak perlu berusaha keras dan menunggu waktu lama. Yang diperlukan hanya diam dan mendengarkan sambil memandang pepohonan. Anda bisa langsung mendengar pepohonan berbicara atau butuh beberapa hari. Tergantung tingkat keterbukaan hati Anda.

Ada sedikit tips yang bisa langsung Anda praktekkan. Esok hari atau nanti sore, ketika Anda pergi atau pulang kerja perhatikan pohon-pohon yang Anda lewati selama perjalanan. Perhatikan keseluruhan pepohonan, bukan hanya satu pohon, tapi keseluruhan pohon-pohon yang Anda  melewati. Perhatikan saja dan katakan dalam hati 'saya ingin dan siap mendengarkan perkataanmu, lalu tunggulah'. Masa penantian ini bisa hanya daalam hitungan menit, jam atau hari, tergantung tingkat kesiapan dan kepasrahan Anda. He will talk when he talk. Nikmati proses menunggu jawaban dengan mengagumi pepohonan di sepanjang jalan. Betapa ada pepohonan yang mungkin sudah bertahan puluhan atau ratusan tahun. Bagaimana pohon tersebut menjadi saksi sejarah peristiwa-peristiwa penting di negeri ini. Bagaimana pohon tersebut menyaksikan pergantian generasi dan perubahan gaya hidup. Bagaimana pohon tersebut tetap tenang tak bergeming ditengah hiruk pikuknya manusia, di tengah penatnya para manusia pencari nafkah hilir mudik hampir setiap hari di hadapannya. Ia akan mulai berbicara ketika Anda tulus mendengar dan berhenti berpikir. Sebaliknya, ia akan berhenti berbicara ketika Anda berhenti mendengar dan sibuk dengan pikiran sendiri.


Jadi, selamat mendengarkan.

Kamis, 14 Mei 2015

filosofi BIS JEMPUTAN

Saya dulu punya cita-cita yang konyol, yaitu pergi pulang kerja naik bis jemputan. Sungguh saya sempat iri dengan istri saya yang di perusahaanya memfasilitasi transportasi pergi pulang kerja dengan bis jemputan. Rasanya enak naik bis jemputan, tidur di bis, sampai-sampai sudah di depan kantor. Ga perlu khawatir terlambat, ga perlu takut kelewatan dan yang paling penting ga perlu ditagih kondektur. Cita-cita itu akhirnya tercapai juga di 2012 dan saya menikmatinya. Hanya untuk sementara waktu.

Seperti layaknya sebuah hubungan, saya dengan bis jemputan juga mengawali hubungan kami dengan harmonis, tidak ada masalah, fine-fine aja. Tiap hari naik bis jemputan rasanya enak, bisa dapat tambahan jam tidur, bisa menghemat biaya transport, bisa sambil denger musik, baca buku, ngemil, liat pemandangan, ngobrol. Sampai suatu ketika kejenuhan melanda, di titik itu sebuah suara filosofis terlempar begitu saja entah dari sudut pikiran yang mana. Suara itu berkata :

'Naik bis jemputan itu nyaman memang, tapi kamu tidak bisa menentukan kapan mulai berangkat, kapan mulai pulang, kapan dan dimana mau berhenti di tengah jalan untuk sholat, tidak bisa kentut semaumu. Kamu tidak punya kontrol. Ketika naik bis jemputan kamu harus meninggalkan rumah setengah jam lebih awal dan tiba di rumah setengah jam lebih telat, dibanding dengan menggunakan kendaraan sendiri. Memang benar naik bis jemputan lebih hemat, tapi bukankah uang dapat dicari dan waktu takkan terulang. Berapa rupiah yang bersedia kamu tukar dengan satu jam tambahan di rumah untuk keluargamu? Sadar atau tidak, naik bis jemputan membuatmu punya kebiasaan baru yang kurang baik, yaitu tidur di pagi dan sore hari. Lebih dalam lagi, tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang naik bis jemputan. Mereka adalah golongan para karyawan, golongan yang mengisi lapangan pekerjaan. Bukankah kamu tidak ingin menjadi golongan itu, bukankah kamu justru ingin menjadi golongan yang membuka lapangan pekerjaan. Di sisi lain kamu tidak bisa menyalahkan mereka yang naik bis jemputan. Kita semua punya peran masing-masing. Dan jelas sekali peranmu bukan diantara mereka. Peranmu bukan berada di kursi bis jemputan yang membuatmu kehilangan kendali. Peranmu bukan di perusahaan yang dapat mengatur kerjamu. Takdirmu adalah memegang kendali, bukan terbawa arus.'

Terkadang ada mimpi yang terlihat indah dari kejauhan, dan ketika mimpi itu terwujudkan ternyata mimpi itu hanya sekedar fatamorgana.

Rabu, 13 Mei 2015

Hal positif yang bisa kita lakukan di PERJALANAN PERGI PULANG KERJA

Jika mengendarai mobil sendiri :
  • Mendengarkan murottal Alquran
  • Mendengarkan audio motivasi atau ceramah
  • Mendengarkan pelajaran bahasa asing
  • Mendengarkan audio untuk meningkatkan kompetensi
  • Mendengarkan lagu-lagu yang meingkatkan semangat
  • Mendengarkan siaran radio yang bermanfaat
  • Mendiskusikan hal-hal yang positif
  • Brainstorming ide

Jika menggunakan angkutan umum :
  • Semua hal positif yang bisa dilakukan ketika mengendarai mobil
  • Membaca buku atau tulisan lain yang bermanfaat
  • Menulis hal yang bermanfaat
  • Mengerjakan tugas kantor

Hal umum yang bisa dilakukan setiap orang selama di perjalanan :
  • Mengambil hikmah dari apa yang kita lihat dan alami selama di perjalanan
  • Berdzikir
  • Berdoa

Selasa, 12 Mei 2015

terjebak rutinitas PERGI PULANG KERJA

Adakah Anda jenuh dan bosan melewati jalan yang sama berulang kali, ratusan kali bahkan ribuan kali? Melewati kemacetan yang sama, melalui jarak yang tidak dekat, melintasi jalan rusak yang itu-itu saja hampir setiap harinya. Tanpa makna yang kita berikan pada perjalanan, tentu kita jenuh.

Apakah tidak ada pilihan lain dalam hidup sehingga kehidupan kita bagai sebuah cuplikan film yang diputar berulang-ulang? Senin, berangkat kerja, pulang kerja, istirahat di rumah, berangkat, pulang kerja lagi, weekend dan pola yang sama terulang kembali. Jika kita bosan dengan rutinitas seperti itu maka pilihan untuk keluar dari rutinitas selalu ada. pertanyaannya; beranikah kita untuk memilih? Beranikah kita untuk melangkah keluar dari zona rutintas yang nyaman?

Dimanakah semangat, antusiasme dan gairah ketika pertama kali kita diterima kerja? Luapan energi dan adrenalin ketika hari pertama bekerja di perusahaan yang saat ini telah kita diami bertahun-tahun. Tertelan oleh rutinitas yang entah berarti atau tanpa arti.

Siapakah yang bertanggungjawab atas habisnya waktu kita di perjalanan? Bukankah kita sendiri yang memutuskan untuk bekerja disitu dan bertempat tinggal disana. Lalu mengapa kita mengeluh atas keputusan yang kita ambil sendiri. Sudah jelas kita sendiri yang bertanggung jawab.

Mengapa kita tidak mengambil pilihan lain untuk tidak terjebak dalam perjalanan yang sama setiap harinya? Pindah kerja atau mulai usaha sendiri. Mungkin kita terlalu takut atau sekedar cari aman.

Kapan kita mulai sadar akan jebakan rutinitas yang melumpuhkan jiwa petualang dalam diri kita? Menunggu di PHK, atau pensiun, atau terkena penyakit kronis. Tak perlu seperti itu untuk mulai sadar. Semoga ketika selesai membaca buku ini kita menjadi tersadar.

Bagaimana mengakhiri siklus pergi pulang yang seakan baru akan berhenti di hari pensiun? Meskipun mengakhiri pola dan kebiasaan pasti tidak mudah. Bukan berarti hal yang tak mudah tak pantas dicoba. Mungkin yang dibutuhkan hanya persiapan dan keberanian untuk mengambil langkah atau bahkan lompatan baru.

Senin, 11 Mei 2015

Apa yang kita lakukan diantara RUMAH DAN KANTOR

Beberapa orang membaca judul diatas mungkin terbesit suatu 'persinggahan', entah itu maknanya positif atau negatif. Tapi bukan apa yang kita lakukan di 'persinggahan' yang akan saya bahas disini. Yang ingin saya bahas adalah apa yang kita lakukan selama di perjalanan itu sendiri. Waktu yang kita habiskan untuk tua di jalan

Ada tiga tipe orang dari cara mereka menggunakan waktunya di perjalanan. Pertama, mereka yang sibuk dengan pikirannya sendiri. Orang seperti ini menggunakan waktu di perjalannya untuk memikirkan apapun yang bisa mereka pikirkan. Permasalahan pribadi, persoalan kantor, memikirkan utang, membayangkan bertemu seseorang, berandai-andai, mengeluh, merasa kesal dan lain-lain. Intinya selama diperjalanan otaknya bekerja, entah itu untuk sesuatu yang positif atau merusak diri mereka sendiri. Tipe orang seperti ini baik atau buruk tergantung apa yang dipikirkannya. Kalau yang dipikirkannya adalah plot novel yang sedang ditulis dan akan menjadi bestseller maka perjalanan pergi pulang membawa manfaat.

Tipe orang yang kedua adalah tipe mereka yang sibuk dengan tools pribadi, seperti gadget, buku atau bahkan laptop. Entah itu membaca status orang lain, membaca berita, main game, posting di media sosial atau lain-lain. Lagi-lagi tipe orang seperti ini bisa positif bisa juga negatif. Jika yang dilakukan dengan gadget Cuma membaca dan membalas komentar-komentar tidak penting maka apa yang dilakukan selama perjalanan juga menjadi tidak penting. Namun jika waktu yang dihabiskan dengan gadget selama diperjalanan adalah untuk menulis artikel atau posting yang dapat memberikan manfaat atau inspirasi untuk orang lain maka waktu kita selama di perjalanan akan bermanfaat.

Tipe orang yang ketiga, dan sepertinya yang paling jarang, yaitu mereka yang berdzikir sambil memperhatikan ayat-ayat Allah selama di perjalanan. Mereka yang mendengar dan merenungkan apa yang mereka lihat dan mereka alami selama di perjalanan. Mereka yang bertanya 'Apa maksud Allah membuat saya melakukan perjalanan ini berulang-ulang kali hingga ratusan bahkan ribuan kali?' Mereka yang curiga atas maksud Allah menempatkan mereka pada waktu antara pekerjaan dan keluarga.  Mereka yang berpikir keras untuk memetik hikmah dari pengalaman dan penglihatan selama di perjalanan. Mereka yang ketika tiba di kantor atau di rumah menjadi lebih bijaksana.


Sudahkah kita memutuskan apa yang kita lakukan diantara perjalanan rumah dan kantor? 

Minggu, 10 Mei 2015

DITILANG karena telat bayar pajak

Ilustrasi (bukan pelaku sebenarnya)
Tanggal 8 Mei saya berangkat ke Bandung untuk mengikuti workshop kewirausahaan koperasi yang diadakan Era Mandiri Consultan. Hotel Takashimaya Lembang menjadi tujuan saya. Tepat sebelum mengarah ke Lembang, di depan roemah madu, kalau saya tidak salah. Ada razia kendaraan, mobil dan sepeda motor. Dan mobil saya yang berplat B pun tidak luput diberhentikan petugas poilisi. Saya cukup pede karena surat-surat kendaraan lengkap, SIM dan STNK ada. Namun ternyata pa polisi cukup teliti melihat STNK, pajak kendaraan mobil saya yang belum dibayar menjadi incarannya. Saya pun diminta keluar mobil.

Sepengetahuan saya, telat membayar pajak bukan ranah kepolisian tapi ranah samsat. Jadi polisi tidak berhak menilang mereka yang pajaknya telat. Kecuali yang mati kaleng (kalau ga tahu apa itu mati kaleng, googling sendiri apa artinya. Jadi orang jangan disuapin aja). Kurang lebih, ini percakapan saya dengan pa polisi :

Polisi (P) : Kamu belum bayar pajak ya? (Sambil menggiring saya ke tempat yang agak jauh dari keramaian)

Saya (S) : Iya pa

P : Kenapa? Kamu tahu ini kan kelalaian!

S : Iya pa, saya lupa sudah kelewat bulannya. Tapi pa, kalo pajak bukannya urusan samsat ya pa?

P : Iya memang, tapi ini tetap kelalaian. Memang bukan pidana tapi bisa masuk perdata. Tetep bisa ditilang. Kamu tahu ga undang-undang perdata?

S : Ga tahu pa (dalam hati: bukannya kalo perdata karena perselisihan antar pihak, bukan karena melanggar peraturan)

P : Terus jadi kamu maunya gimana nih?

S : (dalam hati: wah ini polisi beneran mau nilang apa mancing supaya damai? Beneran ga sih bisa ditilang karena telat bayar pajak?) Yaudah pa tilang aja

P : Beneran kamu bisa sidang tanggal 22?

S : (dalam hati: Waduh! Beneran nih polisi mau nilang, mana rumah gue jauh lagi di Serang mesti sidang di Bandung, hari kerja pula! Apa gue kasih aja ya)

"Disini saya sempat bimbang antara damai atau ditilang. Tapi entah kenapa saat itu saya malas untuk ngasih uang damai ke polisi. Bukan apa-apa, kasihan keluarganya makan uang haram"
S : Yasudah pa ga apa-apa, ditilang aja. (posisi SIM sudah dipegang polisi, kemudian pa polisi memanggil rekannya yang membawa surat tilang)

P : (bicara ke polisi yang bawa surat tilang, kemudian SIM saya diserahkan ke rekan polisinya. Rekan polisi itu sudah membuka surat tilang, siap-siap menulis di surat tilang)

S : (Aduh apes gue, sekalinya ke Bandung bawa mobil sendiri langsung ditilang)

Polisi 2 : (Menyerahkan SIM ke gue) Yasudah lain kali diperhatikan. (Gue sempet beberapa detik bingung, dan dalam hati berkata: Ga jadi di tilang nih pa?

Langsung aja gue ke mobil, tutup kaca, langsung gue ngakak sendiri di mobil. Dalam hati. Lagak lo tuh, berharap gue kasih uang damai kali ya. Bener kan polisi ga bisa nilang kalau cuma telat pajak. Jadi kesimpulannya guys, pajak kendaraan tetep jangan lupa dibayar biar lo ga dikerjain sama oknum polisi. Terus terang dari pengalaman gue itu emang kayanya telat pajak ga bisa ditilang. Tapi meskipun ga ditilang, tetep aja ga enak disuruh turun dari mobil sama polisi, meskipun ga sambil ditodong pistol ya. Tapi tetep aja waktu kita kan abis buat ngelayanin polisi yang mancing-mancing buat 'damai'. Kalo ga kuat-kuat mental, melayang tuh duit cepe, minimal. Soalnya ini kejadian sama supir di perusahaan gue yang badannya gede tapi nyalinya kecil, ketika 'diancam' ditilang sama polisi karena pajaknya telat, dia langsung ngasih uang damai. Karena ga tahu atau karena emang udah budaya. Terus besoknya minta reimburse kantor. Reimburse matamu!

Maaf ya pa polisi di seluruh Indonesia, terutama Polantas. Saya tahu tidak semua polantas meminta 'uang damai'. Saya tahu masih ada polantas jujur dan berintegritas di luar sana. Tapi saya juga tahu, dan semua orang juga tahu, sudah jadi rahasia umum. Kalau urusan pelanggaran lalu lintas, kalau bukan razia gabungan, kemungkinan bisa diajak 'damai'. Mungkin polantas yang seperti itu salah mentafsirkan ketika dapat instruksi dari komandannya untuk mengusahakan kedamaian.

Sekali lagi maaf pa polisi, jangan tersinggung. Mungkin apa yang saya tuliskan disini hanya prasangka buruk saya. Mungkin pa polisi memang berniat menjaga ketertiban lalu lintas dan menegakkan peraturan. Terima kasih sudah mengingatkan saya untuk membayar pajak kendaraan.

Sabtu, 09 Mei 2015

mendefinisikan kembali kata JAUH

Pertama kalinya saya menyusuri jalan dari rumah ke tempat kerja seakan tidak sampai-sampai. Dari Serang ke Tangerang terasa sangat jauh sekali. Selang beberapa bulan bekerja, pergi pulang rumah kantor seakan menjadi lebih singkat. Saat ini setelah 2 tahun lebih pergi pulang, entah mengapa jarak mulai terasa jauh lagi. Pastinya tanah tidak memanjang dan ukuran kilometer tidak berubah. Karena rumah atau kantor saya tidak pindah. Namun perasaan jauh itu riil terasa ketika pertama kali menempuh perjalanan ke kantor dan ketika telah 2 tahun menempuh perjalanan yang sama. Anehnya, peasaan jauh itu tidak terasa ketika baru beberapa bulan bekerja.

Kalau begitu ukuran jauh seharusnya bukan kilometer. Karena kilometer yang saya tempuh selama dua tahun terakhir ini sama. Namun hati tak bisa dibohongi, saya merasa perjalanan ini bertambah jauh. Ada benarnya juga jika mendefinisikan 'jauh' itu bukan sekedar dari ukuran kilometer, tapi dari ukuran hati juga. Ketika kita punya perasaan semangat, antusias, ikhlas, tulus dan cinta maka ukuran kilometer menjadi kurang relevan. Ketika perasaan tersebut meredup maka ukuran kilometer mulai menjadi masalah. Jalan rusak, macet, jauh, panas dan kendala-kendala di perjalanan mulai menjadi keluhan kita ketika perasaan tersebut perlahan hilang.

Bahkan jarak 90 kilometer pergi pulang yang saya tempuh setiap harinya bukan apa-apa jika dibanding dengan orang lain di belahan dunia ini yang bisa menempuh perjalanan pergi pulang ratusan bahkan ribuan kilometer. Dari tempatnya mencari nafkah menjuju tempat dimana keluarganya berada. Padahal sepanjang perjalanan, jika kita cukup berani untuk merenung, bersedia untuk berpikir dan mau berendah hati untuk mendengar. Ada banyak guru-guru utusan Allah yang siap mengajarkan kita makna-makna  kehidupan diantara jarak rumah dan kantor. Guru-guru berupa pepohonan di tepi jalan, lubang dan kubangan di tengah jalan, pengendara motor yang ugal-ugalan, bahkan pengemis yang duduk di trotoar. Mereka hadir disitu bukan sekedar untuk kita lewati, barangkali ada secuil mutiara kehidupan yang kita ambil darinya.

Jadi lain kali kita merasa perjalanan pergi pulang kita terasa jauh, jangan mengukur kilometer, ukurlah hati kita. Jauh itu bukan masalah kilometer tapi lebih pada hati.

Jumat, 08 Mei 2015

Moment 'AKU MAU NGOMONG'

Ketika istri mulai berkata 'Yah, ada sesuatu yang bunda mau omongin...' atau 'Pah, aku mau ngomong sesuatu'. Dengan nada yang serius di ruangan tanpa kehadiran anak-anak. Saat itu pula jantung kita para suami sejenak berhenti untuk kemudian di detik berikutnya detak jantung meningkat drastis. Level adrenalin meninggi, tubuh mulai menyiapkan respon 'lawan atau lari'. Namun sayangnya dikebanyakan moment, kita para suami tidak bisa lari. Beda tipis dengan bertemu harimau atau penampakan hantu yang membuat otot kaku.

Kata-kata 'aku mau ngomong sesuatu' yang keluar dari mulut istri mungkin menempati peringkat kedua dari kata-kata yang paling menakutkan setelah kata-kata 'kamu dipecat' yang keluar dari mulut bos. Paling tidak ketika bos berkata 'kamu dipecat', kita para suami tahu apa yang menjadi konsekuensinya, apa yang harus dilakukan selanjutnya. Beres-beres meja, pamitan pada rekan kerja, menenangkan diri, mulai cari pekerjaan baru dan jangan lupa beritahu keluarga.

Tapi jika kata-kata 'aku mau ngomong sesuatu' yang kita dengar. Maka kita para suami saat itu juga seakan kehilangan kendali atas hidup. Kita tidak tahu apa konsekuensinya nanti, kita tidak tahu apa yang harus dilakukan, kita tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Persis adegan pada film thriller ketika detik-detik sang korban akan dibunuh oleh pelaku. Pada saat itu juga kita sebagai suami tidak lagi berperan sebagai imam dalam keluarga, kita tidak lain berperan laksana manequin yang sebentar lagi akan diam membatu mendengar lontaran kalimat yang membabi buta. Karena segala respon dan argumen yang akan kita kemukakan nantinya tidak akan banyak berarti mengubah jalan cerita. Diinterogasi seperti saksi yang dipaksa mengaku bersalah.

Jika Anda suami, apakah anda ingat moment ketika anda dimarahi oleh guru karena belum mengerjakan PR, atau datang terlambat, atau karena  merokok. Moment ketika anda tidak sanggup memandang mata guru dan pasrah menerima apapun hukuman yang akan diberikan nantinya. Persis seperti itulah momen ketika istri berkata 'aku mau ngomong sesuatu'. Yah, paling tidak dimarahi guru lebih baik, karena setelahnya kita bisa membanggakan diri dihadapan teman-teman betapa kita mampu melewati hukuman guru. Tapi jika dimarahi istri... Bahkan kepada semut pun kita tak berani bercerita.

Untuk Anda para istri, tidak bisakah kalian membicarakan sesuatu yang penting atau serius tanpa menggunakan intro 'aku ingin ngomong sesuatu'. Memangnya tidak bisa ya jika istri langsung bertanya 'kamu kemarin makan siang berdua sama perempuan lain ya?' atau 'kamu transfer ke adik kamu tanpa ngasih tau ke aku?'. Atau memang kata-kata 'aku ingin ngomong sesuatu' ini semacam mantra ajaib atau intro wajib yang disepakati oleh wanita-wanita di seluruh dunia. Semacam 'assalamualaikum' atau 'bismillah' nya kaum hawa sebelum memulai sesi penghakiman kepada orang yang katanya bisa jadi imam.

Kita akui sebagai kaum adam, bahwa matra itu manjur. Beda jika para istri langsung to the point bilang 'kamu minggu kemarin jalan ke mal sama perempuan kan!'. Terlepas dari benar atau tidak tuduhan tersebut, kita para suami bisa langsung merespon dengan 'Kok kamu bisa ngomong kaya gitu?'. Paling tidak ada enam kata yang keluar dari mulut kami para suami. Namun jika kalimat pertama yang keluar adalah 'aku mau ngomong sesuatu', maka kemungkinan besar respon yang keluar tidak jauh dari enam huruf, yaitu 'O...oooow'. Lalu jika lelaki punya alarm di kepala maka alarm tersebut mulai menyala, seisi otak panik tidak mampu berpikir jernih. Andai saja otak pria itu sebuah kapal laut maka seisi otak langsung berteriak 'abandon the ship'.

Apa saja yang memicu kalimat 'aku ingin ngomong sesuatu'? Bukan hanya sesuatu yang menurut kami, kaum lelaki, juga hal yang besar. Seperti perselingkuhan atau ngutang ke rentenir. Namun sesuatu yang menurut kami hal-hal sepele, yang tabu dan tak layak untuk diinterogasi panjang lebar. Seperti pesan yang tak dibalas, telepon yang tak ditanggapi, tranfer ke keluarga tanpa pemberitahuan, beli barang diluar anggaran rumah tangga, pulang telat tanpa  pemberitahuan dan daftar ini jika ditempel di kulkas dua pintu bisa memanjang dari atas kulkas sampai lantai. Dengan catatan daftar itu harus ditulis dengan font ukuran 8 dan spasi setengah.

Pada akhirnya saya tidak bisa panjang lebar lagi membicarakan tema 'aku ingin ngomong sesuatu'. Bukan karena sudah kehabisan ide namun karena sudah kehabisan waktu... Ada istri. Untuk para suami dan istri yang kebetulan membaca tulisan ini, jangan dianggap terlalu serius. Juga jangan juga dianggap terlalu bercanda.

Kamis, 07 Mei 2015

GELISAH

Apa yang membuatku gelisah?
Dosa-dosa yang pernah ku perbuat?
Nafkah tidak halal yang pernah ku makan?
Harta yang bukan milikku yang pernah ku ambil?
Amanah yang tidak kupenuhi?

Apa yang membuatku gelisah?
Niat jelek yang masih bersarang di dada?
Pikiran kotor yang tak kunjung lepas?
Kecintaan yang berlebihan kepada dunia?
Rasa memiliki yang teramat kuat terhadap harta?

Apa yang membuatku gelisah?
Kecemburuanku terhadap rezeki yang didapat orang lain?
Ambisiku untuk mengatur takdir?
Permintaan maaf yang belum terucapkan?

Kesalahan orang lain yang masih belum kumaafkan?

belajar dari PELAYAN HOTEL

Sudah beberapa kali saya makan di hotel. Ada hal sederhana yang dilakukan pelayan hotel. Yang saya ketahui namun luput dari perhatian. Baru sekarang saya bisa mengambil hikmahnya. Pernahkah Anda memperhatikan ketika kita selesai makan, pelayan hotel langsung membereskan peralatan makan bekas kita. Mengapa tidak dibereskan sekaligus? Mengapa harus langsung dibereskan segera setelah kita selesai makan? Berbeda dari pelayan restoran yang membereskan bekas makanan kita setelah kita beranjak dari meja.

Dari situ saya jadi tersadar. Pekerjaan akan lebih mudah, lebih ringan, lebih sederhana jika dikerjakan satu demi satu. Tidak sekaligus. Pekerjaan yang menumpuk sangat menghabiskan energi. Jangankan untuk melakukan pekerjaan tersebut, membayangkan beratnya pekerjaannya saja sudah menghabiskan energi.


Jadi seperti yang dilakukan pelayan hotel yang segera membereskan peralatan makan tamunya. Bereskan apa yang berantakan dari hidup kita sesegera mungkin. Satu demi satu. Peka terhadap apa yang tidak beres dan segera bereskan. Jangan menunggu semua berantakan baru melakukan suatu tindakan besar. Tindakan hebat bukanlah satu tindakan besar, namun berupa kumpulan dari dari tindakan-tindakan kecil yang konsisten dilakukan.

Rabu, 06 Mei 2015

fenomena IP BTTS

Apa itu IP BTTS? Dan mengapa saya menyebutnya sebagai fenomena? IP BTTS kepanjangan dari Indonesia Power Bebas Tanpa Tips dan Suap. Yaitu program dari PT. Indonesia Power (yang selanjutnya dalam tulisan ini disebut IP), untuk mencegah pegawai IP menerima imbalan gratifikasi dari pihak ke-3 atau mitra kerja. Dan saya menyebutnya sebagai fenomena karena saya ragu lima tahun kedepan program ini masih berjalan konsisten dan menghasilkan budaya bersih.

Tulisan ini dibuat oleh penulis yang bukan merupakan karyawan IP namun telah bekerja berdampingan dengan IP selama lebih dari 9 tahun, sejak 2006. Menurut pengamatan dan pengalaman penulis, budaya menerima gratifikasi dari mitra kerja kepada karyawan IP telah teramat membudaya dan berurat akar. Sehingga program IP-BTTS yang dicanangkan oleh direksi ini pun kemungkinan tidak efektif. Terutama di bagian-bagian yang erat kaitannya dengan mitra kerja seperti di bidang pemeliharaan, rendal (perencanaan dan pengendalian), logistik/procurement sampai dengan keuangan.

Mengapa IP BTTS menjadi kurang efektif? Paling tidak menurut pandangan penulis yaitu belum ada mekanisme sanksi yang tegas bagi yang terbukti menerima gratifikasi. Contoh kasusnya:
Bagaimana jika yang menerima gratifikasi ternyata adalah karyawan IP yang kompeten secara teknik, memiliki skill tinggi, sangat dibutuhkan oleh perusahaan dan memiliki pengaruh yang luas. Apakah IP berani menghukum atau melepas orang tersebut?
Bagaimana jika yang menerima gratifikasi bukan hanya satu atau dua orang, namun seluruh jajaran personil di bidang pemeliharaan melakukannya. Beranikah IP merestrukturisasi dan mengganti orang-orang yang terlibat gratifikasi? Kalaupun berani, apakah IP memiliki orang-orang yang kompeten dan bersih untuk mengganti banyak posisi tersebut?
Bagaimana jika yang terbukti menerima gratifikasi adalah level eksekutif? Seperti jabatan manajer, general manager sampai direksi. Apakah IP berani bertindak tegas kepada jajaran level eksekutifnya?

Di budaya Indonesia pada umumnya masih ada budaya 'enak ga enak'. Meskipun kita tahu orang yang kita kenal melakukan tindakan KKN, seperti menerima gratifikasi, yang jelas-jelas dilarang dalam peraturan perusahaan. Kita masih ragu, sungkan dan tidak enak melaporkan orang tersebut. Mengingat, toh dia 'cuma' menerima gratifikasi, pekerjaannya lancar tidak ada masalah, selama tidak mencuri. Kita juga masih memandang keluarga orang tersebut. Bagaimana jika orang yang menerima gratifikasi tersebut kita laporkan lantas ia dikenai sanksi diberhentikan secara tidak hormat. Bagaimana nasib keluarganya? Kita masih berpikir seperti itu.

Lagipula, sudah menjadi rahasia umum jika praktik suap-menyuap, pemberian gratifikasi masih ada di IP. Meskipun tidak sesubur dulu. Memang dari karyawan IP tidak terang-terangan meminta bagian. Tapi terasa bagi mitra kerja, jika mitra kerja terbiasa memberikan sesuatu maka pekerjaan dan proses administrasi lainnya terasa lebih lancar. Beda jika mitra kerja memutuskan untuk menjadi 'bersih' mengikuti prosedur yang ada. Ada saja hal-hal kecil yang menjadi penghalang. Bahkan salah ejaan di penawaran harga atau tagihan saja bisa jadi alasan mengapa kontrak belum diproses atau tagihan belum dibayar. Yang itu semua sebenarnya tidak terlalu penting jika ada gratifikasi.

Gratifikasi bukan hanya dalam bentuk amplop dan tidak harus jumlahnya besar. Gratifikasi yang dilarang IP juga termasuk ajakan makan bersama, memberikan barang/makanan/rokok. Maaf kali ini penulis belum bisa memberikan alternatif solusi bagi permasalahan penerimaan gratifikasi yang ada di IP. Karena masalah ini sudah terlampau rumit dan berurat akar. Usulan yang mungkin bisa saya berikan antara lain dengan merestrukturisasi karyawan IP, mengganti personil-personil tua dengan personil muda, melakukan doktrinisasi anti KKN, melakukan fit & proper test, mendatangkan KPK.

Saya tahu, memberantas budaya gratifikasi ini mudah untuk dikatakan namun sulit untuk dilakukan. Namun sulit sebenarnya bukan masalah jika keinginan kita cukup kuat.

Selasa, 05 Mei 2015

ALHAMDULILLAH sakit

Apa yang kita ucapkan ketika menderita sakit? Innalillahi wa innailaihi roojiun. Segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepadaNya. Lalu biasanya kita mengucap astagfirullohalazim, memohon ampun kepada Allah karena teringat dosa dan kelalaian kita selama sehat. Sakit mengingatkan kita akan kematian, kematian mengingatkan kita akan tobat. Betapa ketika diberi nikmat sehat kita menjadi lupa betapa besarnya nikmat tersebut. Dan sengaja atau tak sengaja menggunakan nikmat sehat untuk hal-hal yang tidak disukai Allah. Atau lebih tepatnya menyia-nyiakan nikmat sehat.


Adakah dari kita yang mengucap alhamdulillah ketika sakit. Jika sakit itu sebuah ujian, maka ujian akan menghantarkan kita kepada tingatan yang lebih tinggi, maka ucapkanlah alhamdulillah. Jika sakit itu sebagai sebuah musibah, maka jika kita ikhlas menjalaninya akan berbuah pahala dan menggugurkan dosa, maka ucapkanlah alhmadulillah. Saya jadi teringat suatu adegan di film GI Jone ketika sang komandan memotivasi para tentara yang dilatihnya. Sang komandan berkata 'Kamu tahu apa hal baik dari rasa sakit? Rasa sakit merupakan tanda bahwa kamu masih hidup. Alhamdulillah ya Allah saya masih hidup. Meskipun sakit tak apa, asal masih bisa mengucap namaMu. Subhanalloh, Alhamdulillah, Allahuakbar.

Senin, 04 Mei 2015

jangan mau KAYA sendiri

Insyaallah saya ditakdirkan untuk memiliki perusahaan sendiri. Dan ketika saat itu tiba, saya akan memberikan porsi kepemilikan perusahaan kepada karyawan. Karena niat awal saya memiliki perusahaan sendiri adalah untuk membuka lapangan pekerjaan untuk orang banyak dan meningkatkan kesejahteraan mereka yang bekerja pada perusahaan saya. Dengan dimilikinya saham perusahaan oleh karyawan, karyawan berhak menerima deviden. Yang membuat harta kekayaan pribadi mereka meningkat seiring dengan meningkatnya nilai saham perusahaan. Sehingga kesejahteraan yang mereka dapat turut meningkat.


Salah satu tujuan saya mendirikian perusahaan memang untuk menjadi sejahtera secara materi, namun saya tidak ingin sejahtera sendirian. Dan itu pun bukan tujuan satu-satunya saya memiliki perusahaan. Orang yang ingin kaya sendiri seperti orang yang tidak peduli disebelah rumah gedungnya terdapat rumah petak milik mereka yang berpenghasilan pas-pasan. Tujuan dari memiliki perusahaan bukanlah menjadi kaya sendiri, namun untuk menciptakan nilai tambah, membuka lapangan pekerjaan, mensejahterakan masyarakat, sarana belajar dan membantu pemerintah meningkatkan perekonomian negara.

Lagipula, rezeki kita sebenarnya bukan saldo di rekening bank atas nama kita. Rezeki kita yang sebenarnya adalah yang sudah kita nafkahkan dan sedekahkan di jalan Allah.

Minggu, 03 Mei 2015

modal INSPIRASI

Bagi seorang penulis modal utamanya adalah inspirasi.Bagaimana mengambil hikmah dari benda-benda dan kejadian yang kemudian disusun apik menjadi paket bacaan yang dapat menginspirasi. Bagaimana menyusun imajinasi dan kahayalan menjadi kisah petualangan yang menghanyutkan. Bagaimana merangkai memori dan kreativitas menjadi deretan kalimat yang bermakna. Bukan pulpen, kertas atau laptop yang menjadi modal, itu semua dengan mudah dapat dicari, dibeli atau dipinjam. Bukan pula waktu, tempat atau fasilitas lain yang membuat penulis dapat menulis. Seorang penulis sejati dapat menulis dimanapun, kapanpun dengan keterbatasan fasilitas selama ada inspirasi. Seorang penulis dapat berhenti mengendarai sepeda motor, meminggirkannya ke tepi jalan dan mulai menulis kala sang inspirasi menghampirinya. Tanpa peduli orang disekeliling yang melihat aneh. Seorang penulis dapat mengorbankan waktu istirahat kerja kantorannya untuk menulis disaat inspirasi merangsek masuk pikiran tanpa izin. Bagi seorang penulis, menulis bukanlah pekerjaan. Menulis adalah bagian tak terpisahkan dari hidup sebagaimana bernafas, makan dan minum.  Ketika orang lain bertanya; mengapa kamu menulis?  Seorang penulis bingung sebagaimana orang bingung ketika ditanya 'mengapa kamu bernafas?'

Sabtu, 02 Mei 2015

WALK the Talk

Salah satu hal yang dikhawatirkan manajer adalah kalau anak buah tidak mau mendengarkan arahan dari atasannya. Masuk kuping kanan keluar kuping kanan. Jadi tidak ada waktu untuk masuk ke otak. Jangankan dilaksanakan, didengarkan saja sepertinya enggan. Kejadian ini pernah terjadi dengan saya. Ketika saya mendengar selentingan bahwa apa yang saya katakan tidak dianggap.

Saya pernah bilang ke anak buah untuk men-standby-kan HP. Jika suatu saat atasan, rekan kerja atau pihak terkait menghubungi bisa langsung kita respon. Atau minimal menelpon atau mengirim pesan balik ke pihak yang menghubungi. Pada saat di kantor maupun di luar kantor. Tapi arahan saya itu ternyata hanya dianggap angin oleh anak buah saya. Mengapa? Karena HP saya, beberapa bulan terakhir, jarang bisa dihubungi. Apalagi kalau sudah diluar kantor. Saya seperti hilang dari peredaran. Anak buah yang ingin menelpon saya untuk menanyakan keputusan, meminta saran atau meminta pertimbangan, tidak bisa bisa menghubungi saya. Itulah penyebabnya.


Karena saya tidak melakukan apa yang saya katakan. Kalau istilah kerennya tidak walk the talk. Antara pembicaran dan tindakan tidak sejalan. Padahal apa yang saya katakan ke anak buah adalah apa yang saat ini dan akan saya lakukan. Tapi anak buah tidak melihat itu, mereka tidak bisa melihat apa yang akan saya lakukan. Anak buah hanya bisa melihat apa yang pernah dan selalu saya lakukan di masa lalu. Betapapun semangat saya untuk berubah saat ini, itu kurang berarti dibanding apa yang selama ini telah mereka lihat dari tingkah lalu atasannya. Karenanya penting sekali bagi seorang pemimpin untuk mencontohkan apa-apa yang mereka ingin lihat dari bawahannya. Jika atasan memberi teladan yang baik, pasti ada anak buah yang mengikuti, terinspirasi, termotivasi dari teladan yang diberikan oleh pimpinan. Meskipun tidak semua anak bisa dan mau mengikuti. Jika kita tidak memberikan teladan yang baik kepada anak buah, maka dipastikan kita tidak bisa medapatkan sikap yang diinginikan.

Ada kutipan yang sangat mengena sekali, talk is cheap, walk the talk. Ya, bicara itu mudah, gampang, gampil. Yang sulit itu bertindak secara konsisten sesuai apa yang dibicarakan.

Jumat, 01 Mei 2015

POLITIK Kantor

Dengan semakin besar ukuran sebuah perusahaan, dengan semakin kompleksnya susunan organisasi, dengan semakin bertambahnya jumlah karyawan. Ada satu fenomena yang mungkin tak terhindarkan, yaitu politik kantor. Dalam tulisan ini saya ingin membahas dari sudut pandang pribadi mengenai politik kantor. Berdasarkan pengalaman, hal yang menimbulkan poltik kantor adalah :
  1. Adanya kepentingan individu yang berbeda dari kepentignan organisasi
  2. Rasa egoisme yang berlebihan
  3. Sikap mau menang sendiri, tidak mencari win-win solution
  4. Ketidakcocokan atau kesalahpahaman dengan sesama rekan kerja, atasan atau bawahan
  5. Sistem, peraturan, kebijakan atau keputusan yang dinilai tidak adil bagi sebagian orang atau kelompok di kantor
  6. Rasa senioritas
  7. Gosip
  8. Rasa tidak aman

Dampak dari politik kantor adalah :
  1. Dapat memecah belah individu maupun kelompok yang ada di suatu perusahaan
  2. Membahayakan kerjasama tim
  3. Membuat karyawan tidak fokus terhadap tujuan perusahaan, lebih terfokus pada ambisi pribadi maupun kelompok
  4. Menurunkan tingkat kenyamanan kerja
  5. Membuat karyawan yang berorientasi terhadap hasil tidak betah

Politik kantor ini seperti wabah penyakit. Mudah timbulnya namun sulit untuk diobati. Namun begitu, keberadaan politik kantor baik sedikit atau banyak, pasti ada di setiap kantor. Politik kantor hampir tidak dapat dihindari. Pertanyaannya bukanlah bagaimana cara menghindarinya. Pertanyaannya adalah bagaimana cara agar kita sebagai pemimpin atau manajer cepat tanggap dan cepat menangani politik kantor agar dampaknya tidak menyebar kemana-mana dan tidak menjadi penyakit akut.

Di saat organisasi sibuk memikirkan tantangan-tantangan dari luar, seperti pesaing, kondisi ekonomi makro, tuntutan pelanggan dan lain-lain. Ada tantangan dari dalam yang lebih berbahaya dan mematikan bagi sebuah organisasi, yaitu politik kantor. Jika diibaratkan penyakit, maka politik kantor ini adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi rawan terhadap banyak penyakit lainnya. Dengan adanya politik kantor yang tidak terkendali. Maka penyakit seperti kemalasan, ketidakdisiplinan, sabotase pekerjaan, gosip, KKN, ketidakjujuran, dll dapat mudah hinggap.


Beware of office politic! You can't avoid it, but you can handle it. So, handle with care.