Selasa, 31 Maret 2015

stress anak TK

Setelah hampir dua tahun bekerja di Koperasi tantangan justru semakin bertambah, dan perlu ada pendekatan baru, cara berpikir baru, sistem baru untuk menghadapi tantangan itu dan mengelola Koperasi saat ini. Ada banyak perkembangan dibanding dua tahun yang lalu, di sisi lain masih banyak juga hal-hal yang menjadi PR untuk saya. PR yang rasanya saya akan merasa bersalah dan gelisah jika meninggalkan organisasi ini dengan meninggalkan PR tersebut. Di bidang keuangan pengelolaannya masih belum termonitor dengan baik. Di bidang permodalan masih belum bisa memenuhi kebutuhan modal yang ada. Di bidang akuntansi belum diterapkan prosedur akuntansi. Di bidang perpajakan belum bisa memenuhi semua kewajiban perpajakan. Di bidang SDM tata kelolanya masih belum sepenuhnya profesional, dan PR di bidang-bidang lain.

Jika diibaratkan manusia, koperasi ketika saya pertama kali bekerja adalah seorang bayi - masih belum bisa dan belum punya apa-apa, tidak ada siapapun yang menuntut apapun dari seorang bayi kecuali kesehatannya. Saat ini Koperasi bisa diibaratkan anak TK yang sebentar lagi masuk SD. Selain harus sehat, sudah ada banyak tuntutan bagi si anak, sudah harus kenal angka, sudah harus kenal huruf, sudah harus bisa mandi, pakai baju sendiri, makan sendiri. Tidak ada masalah dengan tuntutan-tuntutan tersebut selama orang tua dan guru sang anak memberi pengarahan serta perhatian yang dibutuhkan dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi sang anak untuk belajar dan berkembang. Dan menjadi tidak adil jika menuntut anak TK untuk bisa kenal huruf angka jika orang tua dan guru memberi sedikit sekali perhatian dan bimbingan. Meskipun tidak ada yang menyampaikan tuntutan-tuntutan secara langsung namun saya sebagai manajer merasa cukup sadar bahwa itu tugas dan tanggung jawab saya.

Di koperasi yang menjadi orang tua dan gurunya adalah anggota dalam hal ini diwakili oleh pengawas dan pengurus, saya dalam hal ini secara personal sebagai manajer merasa seperti anak TK yang merasakan tuntutan untuk bisa baca tulis tanpa perhatian yang memadai dari orang tua dan guru. Kalau saja si anak TK itu tidak stress dan masih sehat-sehat saja itu sudah bagus.


#jalani saja

Senin, 30 Maret 2015

tidak cukup satu PEMIKIR

Koperasi jika ingin berkembang terus menghadapi tantangan-tantangan yang ada di masa depan, maka perlu lebih dari satu orang yang aktif memikirkan koperasi, menantang status quo, mengkritisi sistem yang ada, memikirkan apa yang nanti akan terjadi, mengeksploitasi peluang, mengatasi tantangan, membawa koperasi ke tingkat yang lebih tinggi. Tentu koperasi bisa berjalan dengan apa yang ada sekarang, namun kita tak akan jauh kemana-mana jika hanya berjalan. Koperasi perlu berlari, melompat, menaiki kendaraan jika ingin mencapai tujuan-tujuan yang lebih jauh. Tentunya diperlukan pengorbanan yang lebih untuk bisa tidak sekedar berjalan, dan pengorbanan yang paling berharga dari seorang manusia adalah pemikirannya.

Perlu ada orang-orang yang tidak hanya melakukan apa yang biasa dilakukan, tapi juga bertanya dan berpikir bagiamana kita bisa melakukannya dengan lebih baik, lebih cepat, lebih mudah, lebih efisien. Perlu ada orang-orang yang tidak hanya bereaksi terhadap masalah, tapi juga mengantisipasi masalah. Perlu ada orang-orang yang tidak hanya berpikir apa yang terjadi saat ini, tapi juga berpikir apa yang terjadi di masa depan. Perlu ada orang-orang yang tidak hanya ingin tahu, tapi juga peduli. Perlu ada orang-orang yang tidak hanya berpikir sempit di satu bidang, tapi juga berpikir secara keseluruhan.


Tidak peduli organisasi apapun, jika didalamnya cuma ada satu orang pemikir, organisasi tersebut tidak akan pergi jauh layaknya orang yang berjalan kaki.

Minggu, 29 Maret 2015

Tugasmu TUGASKU Juga, Tugasku Tugas Siapa?

Saya seringkali mengatakan kepada rekan-rekan staf bahwa tugas kalian adalah tugas saya juga, tanggung jawab kalian adalah tanggung jawab saya juga. Jika pada akhirnya kalian tidak mengerjakan tugas dengan benar maka saya yang pada akhirnya memperbaiki tugas tersebut agar menjadi benar. Jika ternyata kalian tidak memenuhi tanggung jawab yang harusnya kalian laksanakan, saya juga ikut bertanggung jawab. Jadi saya harus bisa mengerjakan tugas dan memikul tanggung jawab sembilan orang staf. Saya terima itu, meskipun berat, karena memang itu bagian dari tugas dan tanggung jawab seorang manajer. Itu mengapa manajer dibayar berkali-kali lipat dari staf, karena tuntutan kerjanya juga berkali-kali lipat dari staf.

Lalu pertanyaannya, jika ternyata waktu dan pikiran saya habis untuk memperbaiki tugas staf yang kurang sempurna, membimbing mereka supaya mereka bisa mandiri, memfasilitasi mereka supaya pekerjaannya lancar. Lalu kapan waktu saya untuk mengerjakan tugas saya: yaitu membangun sistem. Membangun sistem bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi dibuat dari nol dan dikerjakan seorang diri. Siapa yang membantu saya membuat sistem? Siapa yang menggantikan saya membuat sistem jika saya berhalangan? Disitu kadang saya merasa sedih.

Bahkan pekerjaan membangun sistem itu sendiri pekerjaan yang saya berikan kepada diri sendiri, tidak ada yang memerintahkan saya untuk membangun sistem, tidak ada yang mengontrol saya dalam membangun sistem, ketika sistem ini selesai saya tidak punya kewajiban melaporkan hasilnya kepada siapa-siapa.


Apakah salah mereka yang belum punya kesadaran membangun suatu sistem? Atau salah saya yang belum mengajak mereka bersama-sama membangun sistem? Waktu dan energi akan habis jika harus menyalahkan ini itu. Sebaiknya waktu yang ada digunakan untuk melaksanakan tugas yang ada, sebisa mungkin meskipun seorang diri.

Sabtu, 28 Maret 2015

segerombolan ANAK BARU

Sungguh luar biasa koperasi ini menurut saya, dikelola oleh segerombolan anak-anak baru yang tidak berpengalaman, termasuk manajernya. Orang-orang yang tidak punya pengalaman di koperasi, orang-orang yang tidak punya pengalaman bekerja di kantoran, orang-orang yang tidak punya pengalaman bekerja sama sekali, orang-orang yang tamatan SMA. Orang-orang itu lah yang diserahkan tanggung jawab untuk mengelola koperasi, bisa dibayangkan bagaimana kacaunya. Pada kenyataannya, untungnya tidak sekacau itu. Tentu masih banyak hal yang belum dilakukan segerombolan anak-anak baru ini, namun kembali lagi: apa yang kamu harapkan dari segerombolan anak baru?

Segerombolan anak-anak baru yang tidak berpengalaman ini ditugaskan mengelola Koperasi layaknya segerombolan domba yang ditugaskan memburu babi hutan, entah kenapa berhasil menangkap beberapa babi hutan. Saya percaya segerombolan domba ini kelak kemudian akan menjelma menjadi sekelompok serigala. Segerombolan anak-anak baru ini kelak akan menjadi tim yang terdiri dari para profesional. Bagaimanapun juga sampai saat ini, anak-anak baru ini mampu mengelola koperasi sampai dengan seperti ini.

Tidak ada lagi yang harus diperintah untuk pekerjaan yang sifatnya rutin. Tidak ada lagi yang masalah miskomunikasi karena pekerjaan yang tidak terkoordinasi dengan baik. Tidak ada lagi lingkungan kerja, tumpukan berkas dan file yang berantakan. Tidak ada lagi yang bekerja dengan lambat. Tidak ada lagi yang tidak jelas mengenai tugas dan tanggungjawabnya. Tidak ada lagi masalah kedisiplinan. Pada akhirnya segerombolan akan-anak baru ini yang tadinya tidak tahu apa yang harus dilakukan, yang harus selalu diingatkan, yang pekerjaannya kurang memuaskan, akan menjadi profesional yang tahu betul apa tugas dan tanggung jawabnya, mampu bekerja secara mandiri dan dapat memberikan hasil kerja yang memuaskan.


Entah bagaimana caranya saya cuma punya firasat bahwa anak-anak baru ini akan menjelma menjadi para profesional dan membawa koperasi menjadi organisasi yang profesional.

Jumat, 27 Maret 2015

I'm sorry GOODBYE

Maafkan jika nanti saya harus mengundurkan diri dari koperasi.
Bukan karena saya tidak cinta dengan koperasi, organisasi yang telah bersama-sama kita besarkan.
Bukan karena saya tidak ingin bersama-sama dengan kalian lagi, meskipun menyenangkan.
Bukan karena saya tidak sanggup lagi, saya masih sanggup.
Bukan karena saya tidak dibayar cukup, sedari awal saya bekerja disini saya tidak terlalu mempersoalkan bayaran.
Bukan karena tugas saya selesai, tugas memelihara dan mengembangkan koperasi tidak akan pernah selesai.
Dan bukan karena alasan-alasan lainnya yang kalian pikirkan.

Hanya saja jika nanti saya harus mengundurkan diri dari koperasi.
Karena memang sudah sunatullah ada pertemuan dan ada perpisahan, dan ini adalah waktunya perpisahan.
Karena memang sudah cukup waktu saya di koperasi, jangan tanyakan mengapa.
Karena memang ada jalan lain yang harus saya tempuh, dan itu bukan di koperasi ini.
Karena manusia harus senantiasa hijrah dari tempat yang baik ke tempat yang lebih baik.
Dan terkadang sebuah perpisahan tidak butuh alasan supaya kita bisa menerimanya.

Kelak Ini adalah sebuah perpisahan antara saya dan koperasi.
Kelak ini adalah sebuah perpisahan antara saya dan rekan-rekan semua.
Tidak perlu ada jawaban atas pertanyaan mengapa.
Hanya butuh pengertian dan penerimaan.
Dan saya titipkan koperasi ini kepada rekan-rekan semua.


Koperasi bukan sekedar koperasi. Koperasi adalah alasan mengapa kita bertemu, kenal satu sama lain dan menjadi keluarga.

Kamis, 26 Maret 2015

FIRST to come

Salah satu alasan mengapa saya tidak ikut bis jemputan untuk pergi pulang kerja adalah karena seringkali bis jemputan sampai kantor lebih dari pukul 7.30 pagi, bahkan bisa lebih dari pukul 7.45 pagi, yang berarti terlambat. Meskipun belum masuk kategori terlambat, namun saya lebih memilih untuk datang lebih pagi, pukul 7.00 atau paling lambat 7.15 sudah tiba di kantor. Untuk apa? Untuk shalat dhuha, untuk mempersiapkan kerja, untuk mengetahui siapa-siapa yang punya kebiasaan datang lebih pagi. Secara psikologis datang lebih  pagi membuat kita lebih siap untuk menghadapi pekerjaan di hari itu, ada waktu 15 sampai 30 menit sebelum jam kerja resmi yang dapat kita gunakan untuk beres-beres meja kerja, merencanakan pekerjaan, sarapan dan lain-lain. Datang di waktu pas-pasan juga membuat efek psikologis kita tidak siap untuk kerja.





Lagipula sebagai seorang pemimpin, harus bisa mencontohkan apa yang baik-baik bagi bawahannya. Jika saya menginginkan rekan-rekan staf, bahkan karyawan koperasi datang pagi dengan disiplin, saya harus mencontohkan lebih dari itu.

Rabu, 25 Maret 2015

kehilangan PRODUKTIVITAS

Ada kalanya saya kehilangan gairah dan semangat kerja yang berakibat pikiran buntu, level energi rendah dan menurunkan produktivitas. Bahkan ada waktu ketika produktivitas hilang sama sekali, di waktu kerja yang harusnya dialokasikan untuk pekerjaan malah melakukan hal lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Apa mau dikata, saya bekerja menggunakan pikiran, jika pikiran mandek apa yang mau dikerjakan. Ibarat tenaga kerja yang bekera murni dengan tenaga jika ia sakit dan tidak punya tenaga mau bekerja bagaimana?


Disinilah letak pentingnya mengelola pikiran, mengelola gairah dan semangat kerja yang terus menerus.

Selasa, 24 Maret 2015

everything CHANGE

Kemarin saya baru saja melewati SD tempat saya dulu bersekolah, SD yang sudah lebih dari 10 tahun telah  lulus darinya. Banyak yang berubah dari bangunannya, terlebih lagi isinya. Murid-muridnya sudah pasti berubah, guru-guru yang mengajar mungkin sudah berganti, ada yang pensiun, pindah mengajar, pindah profesi, dan bisa jadi ada yang sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Bangunannya sudah tidak berwarna merah coklat lagi, sekarang berwarna hijau. Sudah tidak lagi satu tingkat, sekarang sudah dua lantai. Struktur bangunannya pun sudah di rombak total. Banyak yang berubah.


Jalan-jalan yang biasa dulu saya lewati ketika sekolah pun sudah banyak berubah. Yang tadinya lapangan jadi ruko, yang tadinya rumah jadi kios, yang tadinya sawah jadi pabrik, daerah sepanjang jalan jadi tempat komersil semua. Tidak ada lagi lapangan, sawah atau lahan kosong di pinggir jalan. Banyak yang berubah.

Setelah 10 tahun lebih tak melewati jalan-jalan tersebut banyak yang berubah. Setelah melihat begitu banyak perubahan di luar, entah darimana ada pertanyaan yang muncul begitu saja pada diri ini. Kalau kamu, apa yang berubah? Sejenak saya termenung mencari jawabannya. Secara umum banyak yang berubah, usia saya pastinya berubah, status perkawinan, alamat, sudah punya anak, pekerjaan, dan lain-lain. Namun bukan itu jawaban yang diinginkan dari pertanyaan tadi. Apa yang benar-benar berubah dari diri saya sejatinya. Apakah saya telah berubah menjadi orang yang tadinya biasa-biasa saja menjadi orang yang telah mampu melakukan hal yang besar. Jawabannya adalah belum, jauh di dalam diri ini masih menjadi pribadi yang seperti orang kebanyakan.


Berubahlah, berubahlah menjadi lebih baik, berubahlah menuju kebaikan, berubahlah untuk membantu orang lain agar berubah menjadi lebih baik

Senin, 23 Maret 2015

TOTALITAS kerja

Dari suatu kejadian yang nanti saya ceritakan, saya jadi teringat kutipan dari Martin Luther King Jr., dia pernah berkata yang artinya kurang lebih: Jika kamu adalah penyapu jalan, maka bekerjalah sedemikian rupa sehingga malaikat-malaikat di langiit tercengang dengan baiknya hasil kerjamu. Sebuah kutipan yang sangat mengena mengenai totalitas dalam bekerja. Bahkan di jenis dan posisi seperti apapun kita mesti memberikan yang terbaik, memberikan segala yang kita mampu, bekerja tanpa perhitungan, bekerja extra, beyond job description, bekerja sampai-sampai malaikat pun terkagum-kagum dengan hasil kerja kita. Karena bukan hanya pekerja profesional yang butuh totalitas, komitmen, dan dedikasi penuh. Tak peduli apapun profesi dan posisi kita saat ini, apakah supir, buruh pabrik, penjaga warung, pelayan restoran, staf kantoran, penyanyi, dokter, manajer, semuanya perlu totalitas dalam bekerja, diri kita dan orang disekeliling kita dapat merasakan apakah kita telah total dalam bekerja atau bekerja hanya sekedarnya saja. Perilaku luar mungkin dapat ditiru, namun manusia punya sensor yang dapat merasakan apakah dirinya atau orang lain telah bekerja dengan sepenuh hati dan usaha.

Totalitas berarti bersedia berpikir, bersikap dan berbuat lebih. Lebih dari apa yang diperintah, lebih dari apa yang dibutuhkan, bahkan lebih dari apa yang diharapkan. Saya pernah membaca buku dari Hermawan Kertajaya, seorang maestro marketing di Indonesia. Bahwa perusahaan yang sukses dengan produknya adalah perusahaan yang tidak hanya memproduksi apa yang dibutuhkan oleh konsumen, juga bukan perusahaan yang hanya memproduksi apa yang diinginkan konsumennya. Perusahaan yang sukses dengan produknya adalah perusahaan yang mampu membuat produk yang bahkan konsumen sendiri tidak menyadari kalau mereka membutuhkan dan menginginkannya. Oke, kalau secara definisi terdengar rumit, langsung saya beri contoh: Ipod, siapa konsumen yang menyatakan keinginan memerlukan device portabel yang dapat menyimpan dan memutar ratusan bahkan ribuan lagu dengan bentuk yang simple dan elegan. Apple memproduksi IPod jauh melebihi ekspektasi dari konsumennya.

Sebagaimana perusahaan yang ingin produknya sukses, begitu juga pribadi kita jika ingin sukses harus bisa memberikan lebih dari yang diharapkan. A willingness to give something beyond expectation.


O iya, hampir terlupa. Tulisan ini terinspirasi dari Pa Jafar, supir koperasi tempat saya bekerja. Ketika beliau mendapat perintah untuk menjemput jam 5 pagi, beliau sudah sampai di rumah saya jam 5 kurang 15. Sementara yang dijemput masih baru bangun tidur, sedangkan rumah pa Jafar jaraknya 1,5 jam dari rumah saya jika ditempuh dengan mobil. Saya salut terhadap beliau yang paling tidak jam 3 pagi sudah berangkat dari rumah untuk bekerja. Ya, memberikan totalitas berarti menuntut pengorbanan lebih. Entah itu harus berangkat lebih pagi dari rumah, meninggalkan keluarga untuk jangka waktu lama, lembur di kantor sampai malam atau bahkan sampai pagi, mau mengerjakan tugas orang lain yang berhalangan, mau membantu pekerjaan rekan kerja, memberikan dan menjalankan ide-ide baru, dan lain-lain. 

Minggu, 22 Maret 2015

the SECRET life of walter mitty

Film minggu ini yang saya tonton dan saya jadikan bahan tulisan berjudul the secret life of walter mitty yang diperankan oleh Ben Stiller. Yang pada akhir film baru saya ketahui bahwa Ben bukan hanya bertindak sebagai aktor, namun juga sebagai sutradara dan produser. Tentunya kehadiran Ben Stiller di film ini memastikan bahwa film ini mengandung unsur komedi. Satu hal yang membuat saya tertarik menonton film ini adalah tema ceritanya. Yaitu mengenai si Walter Mitty yang menjalani kehidupan biasa-biasa saja, yang terkadang berkhayal di siang hari (day dreaming) mengenai petualangan dan heroisme yang seandainya dapat ia lakukan dan membuat hidupnya jadi tidak biasa. Petualangan tersebut hanyalah khayalan dalam pikiran Mitty hingga akhirnnya ia memutuskan untuk menjalani petualangan yang sesungguhnya. Menariknya, bukankah kebanyakan kita seperti itu, ya termasuk saya sendiri. Kita mengkhyalkan menjalani hidup yang luar biasa, hidup yang hebat, pergi ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Intinya bukan hidup yang penuh rutinitas seperti yang selama ini kita jalani. Lalu, mengapa kita tidak seperti Mitty yang memutuskan untuk melangkah menuju petualangan yang sesungguhnya? Film ini menginspirasi saya untuk keluar dari zona nyaman, keluar dari rutinitas biasa. Walaupun tidak langsung membuat saya memutuskan untuk mendaki Himalaya, paling tidak ada beberapa hal yang dari dulu ingin saya lakukan, akan saya lakukan secepatnya.

Jalan cerita filmnya sendiri bisa dicari via google atau langsung ke IMDB, trailernya bisa dilihat di youtube. Tapi buat yang malas nyari-nyari okelah saya ceritakan sedikit. Ceritanya si Mitty ini adalah Manajer bagian Negative Asset, tahu kan negative asset? Oh kalo ga tahu saya juga awalnya ga tahu. Namun seiring berjalannya film saya jadi tahu kalau negative asset adalah aset film-film negative. Udah ngerti? Oke, buat yang terlahir di zaman kamera digital mungkin ga tau apa itu negative film dan bukan tempatnya juga saya jelasin disini, bisa cari sendiri di google. Lanjut... Terus si Mitty ini punya kebiasaan day dreaming, atau bahasa Indonesianya; mengkhayal. Tiba-tiba dia bengong ga bergerak, sementara di pikirannya dia lagi nyelametin temen kantor yang dia taksir dari ledakan, atau lagi berkelahi ala superhero dengan atasan yang ga disukainya. Mungkin saking biasa-biasa banget kehidupannya, Mitty ini menjadikan khayalannya sebagai bahan pelariannya. Dan kantor tempat Mitty kerja, yaitu Life Magazine sedang melakukan perubahan dari media cetak menjadi murni media online. Sehingga karyawan Life Magazine sebagian akan ada yang di PHK. By the way, tugas Mitty disini adalah menyiapkan negative film dari sampul terakhir edisi cetak Life Magazine, negative film yang dikirimkan oleh kontributor Life Magazine bernama Sean O Conell. Sean ini sudah belasan tahun menjadi kontributor Life Magazine dari berbagai belahan dunia. Uniknya Sean ini walaupun kontributor terkenal namun tidak punya telepon genggam, tidak tahu dimana keberadaannya dan tidak mau bertemu manajemen Life Magazine. Negative film yang dikirimkan Sean ke Mitty ternyata keselip, entah dimana, padahal negative itu mau dijadiin cover terakhir. Akhirnya dari sinilah petualangan Mitty dimulai, ia langsung pesan tiket pesawat ke Greenland mencari petunjuk keberadaan Sean. Mulai dari naik helikopter yang dipiloti oleh orang mabuk, terjun dari helikopter ke laut, dikejar-kejar hiu di laut, lalu bersepeda puluhan kilometer melalui landscape yang Subhanalloh indahnya, lalu menuju gunung berapi yang akan mengeluarkan awan panas dengan skateboard. Tepat saat Mitty sampai desa dimana Sean berada, Sean malah melintas dengan pesawat dan seketika itu juga awan panas turun ke desa tempat Mitty berada. However, Mitty still alive until the end of movie.

Setelah kejadian di Greenland dimana Mitty gagal bertemu Sean dan akhirnya kecewa lalu membuang dompet pemberian Sean. Akhirnya ia mendapat petunjuk lain dari ibunnya bahwa Sean pernah mampir ke rumah ibunya minta dibuatkan kue sebagai syarat masuk kawasan yang dikuasai warlord. Dari petunjuk itu mengarahkannya ke Afganistan, dimana ia harus mendaki gunung sendirian, dengan dibantu porter sampai titik tertentu, dan akhirnya bertemu Sean yang sedang asik nongkrong nungguin ghost cat.

Beberapa poin yang menurut saya menarik untuk di tulis. Pertama, petualangan Mitty mungkin terlihat ekstrem buat orang seperti saya. Maksudnya buat orang seperti saya yang tidak punya cukup uang untuk langsung beli tiket pesawat ke Greenland seketika itu juga, dan meninggalkan semuanya dibelakang. Mungkin belum waktunya. Namun buat orang yang bukan seperti saya, orang yang kalau mau beli mobil tinggal datang ke dealer tanpa harus memikirkan berapa-berapanya. Buat orang-orang yang sudah memiliki ekonomi seperti itu mungkin ketika malamnya habis nonton The Secret Life of Walter Mitty paginya langsung pesan tiket pesawat ke Greendland, atau besoknya langsung memutuskan untuk mendaki Himalaya. Bisa jadi.

Kedua, motto dari LIFE magazine dimana Mitty bekerja, yaitu: To see the world, things dangerous to come to, to see behind walls, draw closer, to find each other, and to feel. That is the purpose of life. Tak usah diartikan secara harfiah, cukup dimaknai filosofi yang terkandung di dalamnya. Mirip-mirip iklan susu balita. disamping quote-quote yang ada dalam film seperti: Life is about courage and going into the unkown ( Cheryl Milhoff ), Beautiful things don't ask for attention ( Sean O Conell )

Sabtu, 21 Maret 2015

hopeless INTERNET connection

Ketika kita sedang bekerja dan berkaya dan membutuhkan koneksi internet. Sementara koneksi internet lambat sering saya berharap tinggal di negara yang koneksi internetnya cepat. Koneksi internet cepat 4G yang digembor-gemborkan di iklan TV, di negara lain udah biasa banget ga perlu diiklanin. Mungkin di suatu negara di luar sana koneksi internet cepat sudah menjadi hak asasi warga negaranya. Jadi kalau ada orang yang koneksi internetnya lemot dia bukan lapor ke provider, tapi langsung ke Komnas HAM.


Secara logika, koneksi internet yang lambat bisa mengurangi tingkat kerusakan peralatan komputer seperti PC, tab dan hape. Karena ketika koneksi internet lambat, seseorang yang kurang sabar bisa memukul-mukul keyboard, menendang cpu, menggampar layar monitor, membanting tab, etc. Semoga orang-orang Indonesia bisa terlatih menjadi lebih sabar dengan lambatnya koneksi internet di Indonesia. I'm not complain for I can do nothing about it, I'm going move from this country someday to download a lot of file from internet. 

Jumat, 20 Maret 2015

start CREATING something

Diantara ribuan judul buku di Gramedia tidak ada satu pun buku tulisanmu?
Ketika ribuan bisnis kecil menengah berdiri tidak ada satu pun milikmu?
Ketika ribuan orang berdikari menjadi wirausaha kamu tidak termasuk didalamnya?
Ketika ribuan orang menjual sesuatu yang kamu pikirkan hanya membeli?

So shame
Sayang sekali
Where have you been
Kamu kemana aja selama ini?

Tidak jadi masalah jika nantinya buku karanganmu tidak laku
Atau bahkan tidak diterbitkan
Yang menjadi masalah adalah...
Kamu menulis buku atau tidak?

Tidak jadi masalah jika nantinya bisnis yang kau mulai lantas gagal
Paling tidak kamu telah berani memulai
Yang menjadi masalah adalah ...
Mana bisnis yang kamu ciptakan?

Ini bukan waktunya lagi menjadi hanya sekedar konsumen atau pelanggan
Ini bukan waktunya lagi menjadi sekedar buruh
Ini waktunya kamu menciptakan dan menjual sesuatu yang dibutuhkan orang
Ini waktunya kamu menciptakan peluangmu sendiri

Mulai menciptakan sesuatu
Start creating something
From right now
From right here

Kamis, 19 Maret 2015

karena saya bukan KELEDAI

Ada orang yang hidupnya berjalan dari satu kesalahan ke kesalahan yang lain
Kesalahan yang sama dalam bentuk yang sedikit berbeda
Atau bahkan kesalahan yang sama persis
Kesalahan yang sudah terprogram di pikiran bawah sadar

Orang itu tahu bahwa itu adalah sebuah kesalahan
Orang itu tahu bahwa ia tidak boleh mengulanginya lagi
Orang itu tahu bahwa keledai pun tidak mengulangi kesalahan yang sama
Namun, tetap ia mengulangi kesalahan yang sama lagi

Orang itu tidak dapat menjelaskan kenapa mengapa
Hanya entah mengapa ia berbuat seperti itu lagi
Orang itu hanya tersenyum kecut dan berkata ...

Karena saya bukan keledai

MAHAKARYA dari kegalauan

Kata Raditya Dika, seorang ...
Ah, saya tidak mau menjelaskannya disini
Kamu cari sendiri saja di google
Semuanya bisa dicari di google sekarang, kecuali anak hilang

Kata Raditya Dika materi stand up comedy yang hebat timbul dari kegalauan penulisnya
Saya pikir itu benar, bukan hanya untuk stand up comedy, namun untuk hal lain
Buku, lagu, film, lukisan bahkan bisnis muncul dari kegalauan, kebutuhan yang tak terpenuhi
Yang akhirnya rasa frustasi atas kebutuhan yang tak terpenuhi dituangkan dalam karya berguna




Sisi positif dari sebuah kegalauan :
It's not about what it is
It's about how you make something from it

Membuat kegalauan menjadi mahakarya, a masterpiece