Minggu, 24 Oktober 2010

BERGURU pada POHON MANGGA (part 2)

part 2
Me: Bagimu hidup itu mudah. Kau hanya perlu menjadi pohon mangga sekali untuk seumur hidupmu. Dari sejak benih hingga kau tumbang nanti. Dan lagi kau tak perlu pusing-pusing memikirkan nasibmu di akhirat nanti. Setahuku kau juga tak punya beban dan tanggung jawab. Hidup menjadi sangat sederhana bagimu. Lalu bagaimana dengan aku. Aku harus berperan menjadi seorang anak, seorang suami, ayah, kakak, adik ipar, anggota masyarakat, karyawan, dll. Aku punya tanggung jawab yang mesti ditunaikan. Tanggung jawab yang jika tidak dipenuhi akan memberatkanku di akhirat.


Manggo Tree: Kamu, memang telah diamanati oleh Sang Pencipta dengan tugas dan tanggung jawab yang berat. Jauh lebih berat dari tanggung jawab setiap makhluk yang ada di bawah sinar matahari. Tapi... Tanggung jawab tersebut diiringi dengan anugerah berupa hati, pikiran, dan kebijaksanaan yang lebih luas daripada yang dimiliki semua tumbuhan dan binanatang yang pernah diciptakan. Kamu adalah naga yang dibesarkan sebagai cacing. Pikiranmu yang menciptakan semua masalah dikehidupanmu dan di bumi ini.

Me: Okay, ure right. Lalu bagaimana dengan aku? Apakah aku harus menerima diriku yang seperti ini? Apakah aku harus mengikuti pepatah "You must "receive" your demons, because when you fight them, you empower them." Lalu jika begitu bagaimana dan kapan aku bisa berubah? Aku, bisa sabar menunggu perubahan itu terjadi, namun istri dan atasanku sangat mungkin tidak sabar menunggu bertahun-tahun dalam ketidakpastian. Kalau aku tidak melawannya bagaimana aku mengubahnya? Aku tahu, dengan memahaminya. Namun proses pemahaman adalah proses yang tak terukur. Sementara aku dituntut untuk berubah dalam kerangka waktu tertentu. How could I change?


Manggo Tree: (sambil tersenyum) the answer is in front of you

Me: Can you be more specific?

Manggo Tree: Look at me. Look how I change. Look how I grow. Then you'll understand. The understanding that beyond the thought

Me: (speechless..... and start to think it useless to write this down, and more useful to understand. sambil kembali memandangi pohon mangga)

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Mantap Mas, walapun sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna, sudah seharusnya belajar banyak dari Makhluk hidup lainnya, seperti juga pohon mangga :D

Bayah Traveller mengatakan...

I'm just listening to the tree

Posting Komentar