Sabtu, 09 Mei 2015

mendefinisikan kembali kata JAUH

Pertama kalinya saya menyusuri jalan dari rumah ke tempat kerja seakan tidak sampai-sampai. Dari Serang ke Tangerang terasa sangat jauh sekali. Selang beberapa bulan bekerja, pergi pulang rumah kantor seakan menjadi lebih singkat. Saat ini setelah 2 tahun lebih pergi pulang, entah mengapa jarak mulai terasa jauh lagi. Pastinya tanah tidak memanjang dan ukuran kilometer tidak berubah. Karena rumah atau kantor saya tidak pindah. Namun perasaan jauh itu riil terasa ketika pertama kali menempuh perjalanan ke kantor dan ketika telah 2 tahun menempuh perjalanan yang sama. Anehnya, peasaan jauh itu tidak terasa ketika baru beberapa bulan bekerja.

Kalau begitu ukuran jauh seharusnya bukan kilometer. Karena kilometer yang saya tempuh selama dua tahun terakhir ini sama. Namun hati tak bisa dibohongi, saya merasa perjalanan ini bertambah jauh. Ada benarnya juga jika mendefinisikan 'jauh' itu bukan sekedar dari ukuran kilometer, tapi dari ukuran hati juga. Ketika kita punya perasaan semangat, antusias, ikhlas, tulus dan cinta maka ukuran kilometer menjadi kurang relevan. Ketika perasaan tersebut meredup maka ukuran kilometer mulai menjadi masalah. Jalan rusak, macet, jauh, panas dan kendala-kendala di perjalanan mulai menjadi keluhan kita ketika perasaan tersebut perlahan hilang.

Bahkan jarak 90 kilometer pergi pulang yang saya tempuh setiap harinya bukan apa-apa jika dibanding dengan orang lain di belahan dunia ini yang bisa menempuh perjalanan pergi pulang ratusan bahkan ribuan kilometer. Dari tempatnya mencari nafkah menjuju tempat dimana keluarganya berada. Padahal sepanjang perjalanan, jika kita cukup berani untuk merenung, bersedia untuk berpikir dan mau berendah hati untuk mendengar. Ada banyak guru-guru utusan Allah yang siap mengajarkan kita makna-makna  kehidupan diantara jarak rumah dan kantor. Guru-guru berupa pepohonan di tepi jalan, lubang dan kubangan di tengah jalan, pengendara motor yang ugal-ugalan, bahkan pengemis yang duduk di trotoar. Mereka hadir disitu bukan sekedar untuk kita lewati, barangkali ada secuil mutiara kehidupan yang kita ambil darinya.

Jadi lain kali kita merasa perjalanan pergi pulang kita terasa jauh, jangan mengukur kilometer, ukurlah hati kita. Jauh itu bukan masalah kilometer tapi lebih pada hati.

0 komentar:

Posting Komentar