Sabtu, 04 April 2015

hidup ini SEMENTARA

Hidup ini sementara, akhirat selama-lamanya. Seorang sufi pernah duduk diam di sebuah jembatan, ia makan tidur di jembatan itu. Kemudian ada orang yang terusik dengan tingkah laku sufi tersebut kemudian bertanya 'wahai syekh mengapa kamu makan tidur di jembatan? bukankah lebih nyaman jika kamu melanjutkan perjalananmu dan makan tidur setelah kamu sampai di rumah? Syekh itu menjawab, aku hanya menirukan apa yang dilakukan orang banyak terhadap kehidupan dunia ini, bukankah kehidupan dunia ini laksana jembatan, dan akhirat laksana rumah kita yang sebenarnya. Banyak orang yang lupa rumahnya dan justru nyaman berada di jembatan, tidak sadar bahwa jembatan tersebut sudah ditakdirkan untuk dirubuhkan suatu saat.

Ada lagi cerita mengenai seorang sufi yang mendapat tamu dari negeri yang jauh, kemudian tamu tersebut heran di rumah sufi tersebut tidak banyak perabotan, hanya alas tidur dan pakaian serta alat makan seadanya. Kemudian sang tamu bertanya, wahai tuan, dimanakah perabotanmu? kulihat rumahmu kosong. Kemudian sang sufi balik bertanya, dimanakah perabotan kamu? sang tamu dengan refleks menjawab, saya kan hanya bertamu disini, saya tidak perlu membawa perabotan. Sang sufi langsung menyahut 'begitupun aku, aku juga seorang tamu di dunia ini'


Imam Ghazali pernah ditanya mengenai selama-lamanya itu seperti apa? Kemudian ia membuat perumpamaan seperti ini: Seandainya bumi ini dipenuhi biji jagung, dari palung laut terdalam hingga puncak gunung tertinggi. Dan setiap seribu tahun sekali ada seekor burung yang turun dari langkit ke bumi kemudian mematuk satu biji jagung, kemudian kembali lagi seperti itu pula setiap seribu tahun. Sampai dengan biji jagung di muka bumi ini habis sama sekali, maka akhirat itu lebih lama dari itu.

0 komentar:

Posting Komentar