Rabu, 03 November 2010

terlatih untuk tidak puas

Pernahkah Anda merasa kerja keras yang telah Anda lakukan belum cukup maksimal?

Pernahkah Anda merasa harta benda yang Anda miliki masih kurang?

Pernahkah Anda merasa sifat, sikap dan kebiasaan yang sekarang Anda miliki perlu diubah?

Kalau Anda merasakan hal itu, saya dan juga jutaan manusia di planet kita ini merasakan hal yang sama. Ketidakpuasan akan hal yang ada saat ini. Karena kita umat manusia, entah bermula dari mana, di didik dan di latih untuk merasa tidak puas. Kita diajarkan untuk mencapai 'ideal'. Kita di nasehati untuk menjadi seperti seseorang. Kita dilatih untuk mencapai lebih dan lebih. Namun sayangnya Itu semua tidak diimbangi dengan pendidikan yang bertemakan 'Merasa puas dengan apa yang ada'.

Karena ada ketakutan kolektif, ketakutan yang tidak nyata. Bahwa jika kita merasa puas dengan apa yang ada maka kita tidak terdorong untuk berusaha lebih dan lebih. Lebih baik, lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat, lebih banyak, lebih dari orang lain. Tidak ada salahnya untuk menjadi 'lebih' selama itu dalam makna yang positif. Yang keliru adalah jika kita beranggapan perlu 'rasa tidak puas' untuk melakukan yang lebih.

Seorang mahasiswa yang harus bekerja extra hingga larut malam untuk membiayai kuliahnya sendiri, di saat yang sama mempunyai kewajiban menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya yang sama sekali tidak sederhana dan ringan. Mahasiswa itu merasa tidak puas dengan tugas-tugas yang ia kerjakan apa adanya karena keterbatasan waktu dan tenaga yang harus dibagi dengan pekerjaan part timenya.

Seorang karyawan kontrak yang memberikan tenaga dan waktunya pada sebuah perusahan selama bertahun-tahun namun tak kunjung dihargai pengabdiannya. Tak ada tanda sedikitpun ia akan diangkat menjadi karyawan tetap. Karyawan itu merasa tidak puas dengan perusahaan dan pekerjaanya saat ini.

Selalu dengan peristiwa dan kondisi yang tidak ideal. Selalu ada tangga keatas untuk diinjak. Selalu ada orang lain yang memiliki lebih. Selalu ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam hidup kita.

Tak bisakah kita hening sejenak dari kehidupan ini dan merenung tentang arti kepuasan. Mari kita membuang apa-apa yang telah kita pelajari tentang kepuasan. Dan kita belajar kembali tentang arti kepuasan. To unlearn and then to relearn. Kita harus menumpahkan dulu apa yang sudah ada agar kita bisa mengisi kembali apa yang belum ada. Bukankah begitu?

Bagaimana jika kita mulai dengan membuang pelajaran tentang 'Berfokus pada apa yang ingin kita capai atau apa yang ingin kita miliki?'. Bukankah kita selama ini sudah terlatih untuk membuat rencana, target, cita-cita, kondisi ideal, utopia, dan apapun itu. Mari kita buang itu semua, mari kita berkata pada diri sendiri. "Saya tidak harus menjadi apapun selain saya yang ada sekarang ini, saya tidak harus memiliki apapun selain yang saya miliki saat ini, saya tidak harus berubah. Saya tidak punya keinginan untuk menjadi atau memiliki atau mencapai sesuatu yang lain dari yang ada saat ini". Tidak ada target, tidak ada cita-cita. Yang ada hanya: MENIKMATI APA YANG ADA, APAPUN ITU. Status Quo untuk sejenak. Bahkan jika apa yang ada terlihat jauh dari ideal, jauh dari baik. Terima dan nikmati saja.

Apa yang ada saat ini adalah sempurna. Situasi yang ada saat ini adalah sempurna. Diri Anda yang ada saat ini adalah sempurna. Dan sama sekali tidak ada alasan untuk merasa kurang atau tidak puas. Sama sekali tidak ada alasan untuk merasa sedih, cemas atau khwatir. Though everything is a mess, all is well, all is well. Semua sempurna tak perlu ada yang diubah.

Suatu pemikiran yang radikal bukan? Tapi tahan komentar yang siap-siap meluncur dari mulut Anda karena Anda belum mengikuti pelajaran seutuhnya. Ingat kalimat Tiada Tuhan Selain Allah. Dan saat ini Anda baru pada kalimat 'Tiada Tuhan ....

  • Kalimat-kalimat berikut kan menjawab pertanyaan: Kalau kita selalu merasa puas, bagaimana kita bisa terdorong untuk menjadi lebih baik?
  • Kalau kita merasa segalanya telah sempurna untuk apa merencanakan dan membuat target, dan terlebih berusaha untuk melakukan hal-hal positif dan mulia?
  • Kalau kita telah merasa puas buat apa lagi kita menetapkan impian-impian, toh semua sudah ada disini?
  • Kalau kita puas dengan pribadi kita saat ini, mustahil untuk bisa menjadi pribadi yang lebih positif yang kita inginkan?Kalau kita merasa dunia ini sudah baik-baik saja, untuk apa lagi mengubahnya?
  • Bukankah rasa tidak cukup/tidak puas mendorong orang untuk berubah dan berbuat lebih, dalam artian positif?
Sebelum saya menjawab pertanyaan diatas. Saya ingin bertanya balik: "Bagaimana sebuah pohon, dari sebuah benih kecil tumbuh menjadi pohon raksasa? Apakah di satu waktu benih itu merasa tidak puas menjadi benih dan ingin menjadi pohon? Apakah pohon kecil merasa tidak puas dan lantas ingin menjadi pohon besar? Apakah pohon tersebut tumbuh karena didasari ketidakpuasan? Apakah pohon tersebut itu memiliki target untuk mencapai tinggi sekian dan bobot sekian? Apa kira-kira jawabannya menurut Anda?

...

Tumbuhlah seperti pohon. Berubahlah seperti pohon berubah. Jadilah lebih baik seperti pohon yang dengan perlahan namun pasti menjadi lebih baik dari hari ke hari. Jadilah seperti pohon yang terus tumbuh sesuai gambaran Sang Pencipta. Pertumbuhannya tidak didorong oleh rasa tidak puas atau tidak cukup atas yang telah Allah berikan padanya pada satu waktu. Pertumbuhannya TERJADI karena sifat asli (nature) pohon adalah untuk tumbuh. Pohon tidak seperti manusia yang bisa dicemari oleh nafsu dan pikiran-pikiran negatif. Karenanya pohon tidak memiliki kendala untuk melaksanakan sifat aslinya. To growth is their nature. Tugas manusia hanyalah mengatasi nafsu dan pikiran-pikiran negatifnya, kemudian hal-hal baik akan terjadi dengan sendirinya.

Jadi jika Anda masih beranggapan 'kita butuh rasa tidak puas/tidak cukup untuk kemudian berbuat lebih baik dan berubah menjadi lebih positif' berpikir ulanglah. Karena kecenderungan untuk lebih baik dan lebih positif adalah sifat asli kita yang sebenarnya tidak perlu didasari oleh emosi lain yang negatif. To be good is our nature.

catatan penulis:
Sejujurnya saya merasa kurang puas dengan tulisan yang acak adul begini. Namun saya menyadari untuk tidak mengait-ngaitkan kebahagiaan, kepuasan hidup, dan rasa syukur saya karena ada hasil kerja atau kerja itu sendiri yang kurang sempurna. Sekali lagi maafkan saya untuk tulisan yang absurd struktur penulisannya. Bukankah hidup juga penuh dengan ke-absurd-an.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

aku juga masih banyak ga puasnya, semoga ketidak puasan itu membuat kita semakin giat berusaha dan melakukan yang terbaik yah, dan bukan malah membuat kita tidak bersyukur, amiiin...

Bayah Traveller mengatakan...

oh iya, posting ini sudah saya edit lagi

Posting Komentar