Rabu, 03 November 2010

Kalau harta bukan apa2, mengapa saya ingin memilikinya?

Ada satu dari banyak hal yang menggelitik nalar saya. Yaitu bahwa kekayaan duniawi sebenarnya bukanlah apa-apa. Hanyalah ilusi, dan sama sekali tak ada bandingannya dengan kekayaan di akhirat. Bahkan shalat dua rakaat sebelum subuh pun lebih berarti dari dunia dan seisinya. Syahdan, dunia ini harganya sepadan dengan sebelah sayap lalat. Pun di dunia ini, kekayaan duniawi tidak menjamin kebahagiaan ketika masih di dunia. Terlebih kekayaan dunia menjadi ganjalan di akhirat kelak karena harus dipertanggungjawabkan. Bahkan Rasulullah sendiri menolak tawaran malaikat atas kekayaan melebihi kerajaan Persia dan Romawi. Jadi kekayaan harta sebenarnya tidak bernilai apa-apa, bahkan cenderung merugikan dan menjadi cobaan. Jika dibandingkan kekayaan hakiki yang ada di hati dan kekayaan abadi yang ada di akhirat, seisi dunia tak ada nilainya.

Namun, yang menjadi ganjalan di hati saya. Mengapa dalam hati kecil saya masih ingin memperoleh kekayaan duniawi? Padahal saya tahu bahwa kekayaan itu bukan apa-apa. Mengapa saya tidak menginginkan sesuatu yang cukup-cukup saja, yang sederhana seperti kehidupan Rasulullah. Mengapa saya tidak bisa tidak bermimpi untuk hidup bekecukupan?


Jawabannya ada di kepala saya, namun belum bisa saya ungkapkan dengan kata-kata. Karena sulit untuk menggambarkan perasaan.

0 komentar:

Posting Komentar