Minggu, 07 November 2010

aku ingin menikahi keheningan

Keheningan, kesunyian that's all what i needed. Di saat-saat seperti ini, when I looking for an answer, when I looking for myself. Solitude, that's the name of my savior. Manusia, entah apa namanya, entah apa julukannya, tak peduli seperti apa rupanya. I'm tired, I'm sick of it.Aku lelah mengandalkan manusia, di satu waktu ia begitu baik, cocok, like an angel from heaven. And one time, they just look like .... tikus yang menggerogoti emosi dan energiku, makhluk yang menuntut ini itu. Homo sapien yang menyandra dirinya sendiri menjadi tidak bahagia jika aku tak memenuhi kebutuhan emosionalnya. God, sometimes I hate my own race!. Tapi tak mengapa, pun aku juga manusia. Aku juga egois, aku juga bodoh, aku juga tolol. Berharap manusia lain untuk peduli, empati, baik hati or whatever adalah suatu ketololan yang luar biasa. You know, I'm human they human, I'm idiot they too.

"You have to suffer enough in relationship to make you say ENOUGH". Cukup atas semua harapan tak masuk akal terhadap sesama manusia. Cukup untuk berharap manusia bersikap selamanya baik. Bukan berarti aku kehilangan harapan atas kebaikan umat manusia. Pada beberapa kesempatan mereka menjadi baik, namun mereka tidak pernah baik padamu. Mereka baik karena mereka dalam kondisi emosi yang bagus atau karena aku tipe orang yang cocok dengan mereka. Otherwise, they would turn to someone else. In some case, human are very predictable, when you say 'I dont care' they surely turn sour to you. But when you say 'I'm sorry, you're right' and then they start giving you a litle bit smile. Human are that simple, you press one button and they turn good on you, and then you press another and then they turn into evil. Am I correct?

Karenanya aku lebih memilih keheningan sebagai sahabat setiaku. Bahkan, sepertinya aku lebih memilih untuk menikahi keheningan daripada manusia. Entah di pinggir pantai atau di kamar kos yang kosong, ia hadir. Ketika di tengah jam kerja atau di tengah malam, ia siap sedia. You know what, aku pernah melewatkan semua waktu-waktu istimewa bersama keheningan. Aku dan keheningan hanya berdua saja ketika hari raya idul fitri, ketika tahun baru, ketika aku ulang tahun, ketika aku DO dari universitas, ketika aku pertama kali diterima kerja, ketika aku pertama kali naik gaji, ketika besok harinya aku akan menikah. Dan ia ada disini bersamaku malam ini.

Satu hal yang paling aku suka dari keheningan adalah: Ia tak membutuhkanku, dan karenanya ia tak bergantung padaku. Jadi, dalam kondisi apapun aku datang padanya, she is welcome. Eventhough I admit that I often came to her when I'm a mess. Aku merasakan seolah-olah ia duduk di sisiku ketika aku duduk di tepi pantai, aku dapat merasakan kehadirannya di depan meja kerjaku ketika aku kerja lembur, aku dapat merasakan ia membonceng di jok sepeda motorku ketika aku pulang malam hari. Namun ia berkata selamat tinggal ketika aku tiba di depan pintu rumah, aku bahkan dapat mengingat senyum sedihnya di hari pernikahanku. Dan di malam ini aku baru tersadar mengapa dia bersedih di hari yang seharusnya bahagia itu. Mulai hari itu, aku tak bisa menghadirkan keheningan kapanpun dimanapun aku mau.

Malam ini rasanya kami seperti mantan pacar yang sudah lama tidak bertemu. Dan kembali bertemu sebagai sepasang sahabat. Satu pesan terpenting yang kuingat dari keheningan adalah ketika ia berkata: "Kamu harus mencintai dan berbuat baik manusia bukan karena mereka juga mencintai dan berbuat baik padamu. Kamu harus tetap mencintai dan berbuat baik kepada sesama manusia tanpa melihat perlakuan mereka padamu. Dan kamu hanya bisa mencapai hal itu ketika kau tidak lagi membutuhkan dan menggantungkan emosi dan kebahagiaanmu pada manusia lain".

3 komentar:

Linda mengatakan...

waduh serem banget kata2nya menikah dengan keheningan

terkadang dalam keheningan kita baru menyadari betapa bahagia bisa bersama2 orang yang kita cintai dan mencintai kita (terutama kel dan sahabat)

Bayah Traveller mengatakan...

justru dalam keheningan aku meyadari betapa aku tak membutuhkan siapapun untuk bahagia. Even my parents, my spouse, or my son.

Anonim mengatakan...

terkadang kita membutuhkan keheningan di saat2 kegundahan menghiasi pikiran kita..

Posting Komentar