Rabu, 15 Januari 2014

EMPAT orang tokoh

Novel yang nanti saya buat terdiri dari empat orang tokoh utama, yaitu : tapi sebelumya mohon maaf jika ada kesamaan nama jangan geer dan minta apalagi sampai menuntut royalty dari buku ini, ini bener ga disengaja... suerr deh. Yaudah kalo yang namanya sama ga papa gue ajak makan-makan... di warteg... American Warteg (AW)... jangan lupa bawa KTP yang dilegalisir kelurahan, dan harus lurahnya sendiri yang tanda tangan... ga boleh diwakilkan sama sekdes. Kembali ke yaitu :
  1. Budi :
Nama lengkapnya Budi Santoso waktu SD dipanggilnya Boncel... ga tahu kenapa bisa begitu. Dia orangnya polos, sampe-sampe pas SMP masih ngira kondom itu sejenis makanan, dan sempet nanya ke kantin sekolah pas jam istirahat: bu ada kondom ga, yang rasa strawberry ada ga? Langsung besoknya dipanggil kepala sekolah... disuruh jadi kenek tukang bangunan di rumah kepala sekolah, yang tugasnya ngelemparin genteng dari bawah ke atas... tau kan? Yang tau berarti pernah ngelakuin. Bukan karena si Budi nanyain kondom ke tukang kantin, tapi karena badannya Budi yang 11 12 sama Ade Rai kalo sebulan puasa ga makan telor dan kebetulan si kepala sekolah lagi mempraktikan hidup hemat.
Suka makan tapi badannya segitu-gitu aja, suka tidur, suka jalan-jalan, suka cewek... karena menurutnya cewek itu juga salah satu ciptaan Tuhan yang harus dikagumi sebagaimana ciptaan-ciptaan Tuhan yang lain, fisiknya kuat, kadang males, bergairah dalam hidup, ga suka mikir panjang kalau melakukan sesuatu
  1. Cecep :
Nama lengkapnya Cecep Fatahillah waktu SD dipanggil Ncep, nama panggilan standar seluruh Indonesia bagi yang terlahir dengan nama Cecep. Namanya sempat terkenal sekaligus tercemar waktu ada sinetron yang dibintangi Anjasmara, tau kan? Kalo tau berarti lo dah tua. Si Cecep ini memiliki kekurangan fisik, ia tak mampu berjalan dan harus menjalani harii-harinya di kursi roda. Beruntung Cecep punya sahabat-sahabat yang mengerti. Cecepp ini orangnya bijaksana, sabar, cerdas, punya banyak nasehat, suaranya kecil jadi terkadang ketika sahabat-sahabatnya saling berargumen suaranya tak terdengar. Cecep orangnya pendiam, dia bicara hanya ketika yang lainnya berheti bicara
  1. Amir :
Nama lengkapnya masih menjadi perdebatan antara ibu dan bapaknya, antara Amirudin atau Amirulloh. Begitu juga adiknya yang namanya Amira, namanyapun masih menjadi perdebatan antara Amirawati dan Amirastuti, kenapa ga sekalian dinamain Amirasndah? Soalnya Amirasndah waktu itu belum terkenal, masih SD kelas 4. Amir adalah pimpinan geng. Amir punya visi yang jelas, sebagai bentuk pelampiasan balas dendam atas namanya yang tidak jelas. Amir terobsesi untuk menguasai bahasa inggris lantaran waktu kelas dua SMP masih ga tahu arti kata hospital dan diledek sama temen-temenya yang juga sama-sama ga tahu. Soalnya waktu itu gurunya cuma ngasih satu tugas yaitu beli kamus. Amir dah beli kamus tapi tetep ga bisa-bisa bahasa inggrisnya, setelah ditelusuri ternyata yang dibeli kamus Indonesia - Arab, parahnya lagi kamusnya udah expired jadi ga bisa dipake. Kemampuan bahasa inggris siswaw SMP saat itu masih rendah/parah soalnya waktu itu belum ada google translate atau transtool. Berkat kursus bahasa inggris yang diambilnya waktu kelas 2 SMA sekarang Amir tahu arti kata hospital... artinya petugas hotel.
  1. Dudu :
Dudu adalah penyeimbang, mediator. Nama lengkapnya Dudu. Serius... cuma Dudu. Ga ada embel-embel apa-apa lagi. Waktu itu sempet ada yang nawarin gelar ke si Dudu tapi ditolak, padahal lumayan dapet gelar gratis. Setelah ditanya gelar apa yang ditawarin, ternyata yang ditawarin gelar alm. di depan namanya. Dudu ini orang yang ga banyak mikir, selalu jadi penengah, bersama dengan Cecep melerai pertikaian antara Budi dan Amir yang seringkali berselisih.

Rencananya novel pertama sebagai intro atas cerita empat orang sahabat tersebut. Novel kedua sampai kelima menceritakan lebih detail mengenai Amir, Budi, Cecep dan Dudu. Novel ke enam menceritakan ketika keempat sahabat tersebut melakukan perjalanan yang jauh bersama-sama. Novel ke tujuh menceritakan keempat orang tersebut ketika sudah berkeluarga. Novel ke delapan menceritakan ketika keempat sahabat tersebut beranjak tua. Novel ke sembilan saya ga tega nulisnya karena kayanya antara keempat orang itu udah ada yang meninggal, lagipula di novel ke delapan aja saya dah kaya raya kaya JK Rowling yang dah cape nulis Harry Potter. Dan sepertinya dah cukup nyari duitnya tinggal banyakin ibadah sambil nungguin Izrail.


to be continued...

0 komentar:

Posting Komentar