Selasa, 26 Januari 2016

There's No Growth in Comfort Zone and No Comfort in Growth Zone, Benarkah?

There is no growth in comfort zone, and no comfort in growth zone. Kalimat ini saya dapat dari buku Notes from Qatar-nya Muhammad Assad. Meskipun beliau lebih muda dari saya, akan tetapi saya lebih pantas memanggilnya sebagai beliau daripada menyebutnya sebagai 'dia'. Karena apa yang telah beliau lakukan, manfaat yang telah diberikannya kepada dunia lebih banyak dibanding apa yang sudah saya kerjakan dan saya berikan. Jangankan kepada dunia, kepada diri sendri dan keluarga pun saya masih merasa belum memberikan manfaat yang optimal. Belum mengerahkan seluruh kemampuan yang saya miliki.

Disini saya mencoba mengulas kalimat tersebut. Bagi saya kalimat tersebut quite true. Cukup benar dalam konteks tertentu, akan tetapi tidak bisa dimaknai secara umum. Benar karena saya pernah mengalaminya sendiri, ketika punya penghasilan cukup lumayan, ketika rezeki berupa harta sedang di lapangkan, ketika sedang berada di tengah-tengah keluarga. Ketika itu pula saya lalai untuk mengembangkan diri, malas belajar, terlena mempersiapkan masa depan yang lebih jauh lagi. Lupa untuk memperbanyak ibadah, lupa untuk berbagi ke sesama, lupa bahwa hidup itu bukan tujuannya untuk mendapatkan kenyamanan. My life was simply trap in comfortness.

Sampai suatu ketika Allah angkat kenyaman-kenyamanan tersebut, saya dikeluarkan dari pekerjaan. Yang tadinya kemana-mana diantar oleh supir dengan mobil dinas, sekarang kemana-mana harus bawa motor sendiri. Yang tadinya tidak peduli jika di luar hujan atau panas, sekarang cuaca menjadi faktor penentu untuk berpergian kemana-mana. Yang tadinya punya bawahan untuk disuruh-suruh, sekarang tidak ada lagi yang bisa disuruh-suruh. Hidup memang begitu, roda kehidupan pasti berputar, jadi ya tidak perlu terlalu heran dalam menghadapinya. Kalau tadinya di atas sekarang di bawah, yang sekarang di bawah pastinya juga nanti bisa ke atas lagi, iya kan? Yang penting kita tidak berhenti ikhtiar, beramal dan tawakal.

And when my life suddenly not in comfort zone again, I realize that there's the moment I'm growing much more. Ketika sudah tidak ada rutinitas ke kantor lagi, dari pagi hingga sore bahkan malam hari. Hari-hari saya diisi dengan lebih banyak shalat sunnah, menghafal quran, baca Al-Quran 1 juz per hari, olahraga pagi, membaca buku di perpustakaan, menulis, bertemu orang-orang baru, meluangkan waktu bersama keluarga, mengunjungi orang tua dan kerabat. Yang itu semua sedikit atau bahkan tidak sempat saya lakukan ketika masih bekerja. Aktivitas-aktivitas yang memperkaya pribadi saya secara spiritual, keilmuan, sosial, keluarga dan kesehatan. Itu semua malah jauh lebih baik meskipun harus ditimbang dengan menurunnya sisi finansial dari kehidupan saya. Yang saya yakin, segi finansial atau rezeki insyallah sudah dijamin.

Jadi hati-hati dengan comfort zone, jangan sampai kenyamanan membuat kita lupa bertumbuh. Memang hidup itu bukan untuk mencari kesengsaraan atau kesulitan, tetapi juga bukan untuk mencari kenyamanan semata. Tidak ada salahnya menjadi nyaman sesekali, juga jangan lupa untuk terus bertumbuh.

0 komentar:

Posting Komentar