Pertama kalinya saya
menyusuri jalan dari rumah ke tempat kerja seakan tidak sampai-sampai. Dari
Serang ke Tangerang terasa sangat jauh sekali. Selang beberapa bulan bekerja,
pergi pulang rumah kantor seakan menjadi lebih singkat. Saat ini setelah
2 tahun lebih pergi pulang, entah mengapa jarak mulai terasa jauh lagi.
Pastinya tanah tidak memanjang dan ukuran kilometer tidak berubah. Karena rumah
atau kantor saya tidak pindah. Namun perasaan jauh itu riil terasa ketika
pertama kali menempuh perjalanan ke kantor dan ketika telah 2 tahun menempuh
perjalanan yang sama. Anehnya, peasaan jauh itu tidak terasa ketika baru
beberapa bulan bekerja.
Kalau begitu ukuran
jauh seharusnya bukan kilometer. Karena kilometer yang saya tempuh selama dua
tahun terakhir ini sama. Namun hati tak bisa dibohongi, saya merasa perjalanan ini bertambah jauh. Ada
benarnya juga jika mendefinisikan 'jauh' itu bukan sekedar dari ukuran kilometer, tapi dari ukuran hati juga. Ketika kita punya perasaan semangat, antusias, ikhlas, tulus
dan cinta maka ukuran kilometer menjadi kurang relevan. Ketika perasaan
tersebut meredup maka ukuran kilometer mulai menjadi masalah. Jalan rusak,
macet, jauh, panas dan kendala-kendala di perjalanan mulai menjadi keluhan kita
ketika perasaan tersebut perlahan hilang.
Bahkan jarak 90
kilometer pergi pulang yang saya tempuh setiap harinya bukan apa-apa jika
dibanding dengan orang lain di belahan dunia ini yang bisa menempuh perjalanan
pergi pulang ratusan bahkan ribuan kilometer. Dari tempatnya mencari nafkah
menjuju tempat dimana keluarganya berada. Padahal sepanjang perjalanan, jika
kita cukup berani untuk merenung, bersedia untuk berpikir dan mau berendah hati
untuk mendengar. Ada banyak guru-guru utusan Allah yang siap mengajarkan kita
makna-makna kehidupan diantara jarak
rumah dan kantor. Guru-guru berupa pepohonan di tepi jalan, lubang dan kubangan
di tengah jalan, pengendara motor yang ugal-ugalan, bahkan pengemis yang duduk
di trotoar. Mereka hadir disitu bukan sekedar untuk kita lewati, barangkali ada
secuil mutiara kehidupan yang kita ambil darinya.
Jadi lain kali kita
merasa perjalanan pergi pulang kita terasa jauh, jangan mengukur kilometer,
ukurlah hati kita. Jauh itu bukan masalah kilometer tapi lebih pada hati.
0 komentar:
Posting Komentar