Nitip doa itu sudah
suatu hal yang wajar. Biasanya kita meminta doa dari orang soleh, kyai, guru,
ustadz atau ulama. Atau ke orang tua, ibu, ayah, kakek, nenek atau orang lain
yang kita tuakan. Bisa juga kita minta doa ke orang yang akan melakukan ibadah,
seperti minta doa ke orang yang mau berangkat ke tanah suci atau yang
berdakwah. Bulan ini saya nitip doa kepada ayah saya, beliau adalah orang yang
rajin beribadah, selalu solat lima waktu ke masjid, selalu baca quran, zikir
dan talim tiap hari. Orang tua saya juga saat ini sedang melakukan perjalanan
dakwah selama empat bulan ke Kalimantan, mensyiarkan agama Allah, mengajak
orang-orang untuk memperbaiki imannya. Sebelum ayah berangkat, saya sempat
nitip doa agar saya ini dijadikan hambanya yang soleh. Terus terang, beberapa
tahun belakangan ini saya seperti hamba yang angot-angotan,
kalau kata orang betawi bilang. Kadang rajin ke masjid, terkadang lebih betah
solat di rumah. Kadang rajin baca quran, terkadang lebih rajin baca koran.
Kadang memikirkan akhirat, terkadang juga lebih banyak merisaukan dunia. Saya
ingin menjadi orang yang soleh dalam arti sebenarnya, orang soleh yang
istiqomah.
Menjadi orang soleh,
itulah yang saya minta agar ayah mendoakan saya. Dan sepertinya doa ayah
manjur, karena selain beliau adalah orang tua kandung, beliau juga sedang
melakukan perjalanan suci mengemban dakwah Illallah. Akhir-akhir ini saya jadi
merasa ingin lebih banyak beribadah. Lebih betah di masjid. Mengurangi maksiat
dan hal-hal yang tidak berguna. Sedikit-demi sedikit namun terasa perubahannya.
Padahal saya tidak mendengarkan ceramah, atau membaca buku agama, atau
input-input positif yang membuat saya seperti ini. Hanya saja hati ini jadi
lebih condong ke arah kebaikan, tanpa sebab yang kelihatan. Saya bertanya pada
hati saya, dan jawabannya adalah: Ini adalah berkat doa ayahmu.
Terima kasih ayah,
doamu telah sampai. Teruslah berdoa untuk anakmu ini, jangan bosan-bosan.
Itulah pemberian terbaik melebihi segala bentuk pemberian berbentuk materi. Doa, trust me... It works.
0 komentar:
Posting Komentar