Film minggu ini yang saya tonton
dan saya jadikan bahan tulisan berjudul the
secret life of walter mitty yang
diperankan oleh Ben Stiller. Yang pada akhir film baru saya ketahui bahwa Ben
bukan hanya bertindak sebagai aktor, namun juga sebagai sutradara dan produser.
Tentunya kehadiran Ben Stiller di film ini memastikan bahwa film ini mengandung
unsur komedi. Satu hal yang membuat saya tertarik menonton film ini adalah tema
ceritanya. Yaitu mengenai si Walter Mitty yang menjalani kehidupan biasa-biasa
saja, yang terkadang berkhayal di siang hari (day dreaming) mengenai
petualangan dan heroisme yang seandainya dapat ia lakukan dan membuat hidupnya
jadi tidak biasa. Petualangan tersebut hanyalah khayalan dalam pikiran Mitty
hingga akhirnnya ia memutuskan untuk menjalani petualangan yang sesungguhnya.
Menariknya, bukankah kebanyakan kita seperti itu, ya termasuk saya sendiri.
Kita mengkhyalkan menjalani hidup yang luar biasa, hidup yang hebat, pergi ke
tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Intinya bukan hidup yang
penuh rutinitas seperti yang selama ini kita jalani. Lalu, mengapa kita tidak
seperti Mitty yang memutuskan untuk melangkah menuju petualangan yang
sesungguhnya? Film ini menginspirasi saya untuk keluar dari zona nyaman, keluar
dari rutinitas biasa. Walaupun tidak langsung membuat saya memutuskan untuk
mendaki Himalaya, paling tidak ada beberapa hal yang dari dulu ingin saya
lakukan, akan saya lakukan secepatnya.
Jalan cerita filmnya sendiri bisa
dicari via google atau langsung ke IMDB, trailernya bisa dilihat di youtube.
Tapi buat yang malas nyari-nyari okelah saya ceritakan sedikit. Ceritanya si
Mitty ini adalah Manajer bagian Negative Asset, tahu kan negative asset? Oh
kalo ga tahu saya juga awalnya ga tahu. Namun seiring berjalannya film saya
jadi tahu kalau negative asset adalah aset film-film negative. Udah ngerti?
Oke, buat yang terlahir di zaman kamera digital mungkin ga tau apa itu negative
film dan bukan tempatnya juga saya jelasin disini, bisa cari sendiri di google.
Lanjut... Terus si Mitty ini punya kebiasaan day dreaming, atau bahasa
Indonesianya; mengkhayal. Tiba-tiba dia bengong ga bergerak, sementara di
pikirannya dia lagi nyelametin temen kantor yang dia taksir dari ledakan, atau
lagi berkelahi ala superhero dengan atasan yang ga disukainya. Mungkin saking
biasa-biasa banget kehidupannya, Mitty ini menjadikan khayalannya sebagai bahan
pelariannya. Dan kantor tempat Mitty kerja, yaitu Life Magazine sedang
melakukan perubahan dari media cetak menjadi murni media online. Sehingga
karyawan Life Magazine sebagian akan ada yang di PHK. By the way, tugas Mitty
disini adalah menyiapkan negative film dari sampul terakhir edisi cetak Life
Magazine, negative film yang dikirimkan oleh kontributor Life Magazine bernama
Sean O Conell. Sean ini sudah belasan tahun menjadi kontributor Life Magazine
dari berbagai belahan dunia. Uniknya Sean ini walaupun kontributor terkenal
namun tidak punya telepon genggam, tidak tahu dimana keberadaannya dan tidak
mau bertemu manajemen Life Magazine. Negative film yang dikirimkan Sean ke
Mitty ternyata keselip, entah dimana, padahal negative itu mau dijadiin cover
terakhir. Akhirnya dari sinilah petualangan Mitty dimulai, ia langsung pesan
tiket pesawat ke Greenland mencari petunjuk keberadaan Sean. Mulai dari naik
helikopter yang dipiloti oleh orang mabuk, terjun dari helikopter ke laut,
dikejar-kejar hiu di laut, lalu bersepeda puluhan kilometer melalui landscape
yang Subhanalloh indahnya, lalu menuju gunung berapi yang akan mengeluarkan
awan panas dengan skateboard. Tepat saat Mitty sampai desa dimana Sean berada,
Sean malah melintas dengan pesawat dan seketika itu juga awan panas turun ke
desa tempat Mitty berada. However,
Mitty still alive until the end of movie.
Setelah kejadian di Greenland
dimana Mitty gagal bertemu Sean dan akhirnya kecewa lalu membuang dompet
pemberian Sean. Akhirnya ia mendapat petunjuk lain dari ibunnya bahwa Sean
pernah mampir ke rumah ibunya minta dibuatkan kue sebagai syarat masuk kawasan
yang dikuasai warlord. Dari petunjuk itu mengarahkannya ke Afganistan, dimana
ia harus mendaki gunung sendirian, dengan dibantu porter sampai titik tertentu,
dan akhirnya bertemu Sean yang sedang asik nongkrong nungguin ghost cat.
Beberapa poin yang menurut saya
menarik untuk di tulis. Pertama, petualangan Mitty mungkin terlihat ekstrem
buat orang seperti saya. Maksudnya buat orang seperti saya yang tidak punya
cukup uang untuk langsung beli tiket pesawat ke Greenland seketika itu juga,
dan meninggalkan semuanya dibelakang. Mungkin belum waktunya. Namun buat orang
yang bukan seperti saya, orang yang kalau mau beli mobil tinggal datang ke
dealer tanpa harus memikirkan berapa-berapanya. Buat orang-orang yang sudah
memiliki ekonomi seperti itu mungkin ketika malamnya habis nonton The Secret
Life of Walter Mitty paginya langsung pesan tiket pesawat ke Greendland, atau
besoknya langsung memutuskan untuk mendaki Himalaya. Bisa jadi.
0 komentar:
Posting Komentar