Saya mulai tulisan ini dengan sebuah cerita. Di suatu kuil, ada seorang guru yang setiap hari mulai pagi hingga malam selalu tersenyum dan tampak bahagia. Tahun berganti tahun, senyum sang guru tak pernah luntur. Akhirnya para biksu tidak tahan untuk menanyakan rahasia yang membuat sang guru selalu tersenyum dan bahagia. Lalu pada suatu hari datanglah utusan para biksu menghadap sang guru dan bertanya 'Mengapa Anda selalu tampak bahagia setiap hari?' dan sang guru menjawab dengan singkat 'Mengapa tidak?'.
Bingung dengan makna cerita diatas? Saya juga ketika pertama kali membacanya. Let me explain it a bit. Karena kebahagiaan tidak disebabkan oleh apa-apa. Kebahagiaan adalah sifat alami manusia. Lihatlah seorang bayi, ia selalu tampak bahagia, tanpa khawatir, tanpa rasa cemas. Tangisannya bukan berarti ia tidak bahagia, tangisannya hanya berarti ia butuh seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Seiring kita bertumbuh, tanpa sadar kita diajari bahwa kebahagiaan itu memiliki sebab. Bahwa jika kita makan enak kita akan bahagia, bahwa jika kita punya uang banyak kita akan bahagia, bahwa jika kita dicintai oleh orang lain kita akan bahagia, dan omong kosong lainnya. Jadinya kita menolak untuk bahagia jika kita tidak mendapatkan ini dan itu.
Happiness is uncaused. Jadi apa yang mesti kita lakukan untuk mendapatkan kebahagiaan? pertanyaan yang bodoh. Sama seperti ikan yang bertanya dimana ia bisa mendapatkan air. Kebahagiaan sudah ada didiri kita sejak kita lahir, kita tak perlu melakukan atau mendapatkan apapun untuk bahagia. To be happy just happy, we not doing or having something in order to be happy. Namun kebanyakan kita telah terprogam untuk hanya bahagia karena sesuatu. Sangat disayangkan. Life is a banquet. And the tragedy is that most people are starving to death.
Sejuta buku tak kan mampu menjelaskan tentang kebahagiaan. Karena kebahagiaan tak dapat dijelaskan, hanya dapat dialami. So don't ask why I'm happy?
0 komentar:
Posting Komentar