Bunda msh marah m ayah,ayah dah buat tersinggung tp g minta maaf,Begitu tepatnya bunyi pesan singkat yang kubaca tadi pagi di ruang tamu. Tidak lain tidak bukan pengirimnya adalah istriku sendiri yang sedang ada di kamar tidur. Yah, wanita... wanita... Kalau sedang 'normal' ia bisa mengeluarkan berondongan kata tiap harinya, tapi kalo pas lagi marah kaya gini... dengan pangeran tercintanya pun ia enggan mengeluarkan sepatah kata. Posting ini bukannya untuk menyebarluaskan permasalahan keluarga ke ranah publik, bukan sama sekali. Posting ini dimaksudkan untuk mengabadikan sebuah pelajaran penting, pelajaran apakah itu? Mari sama-sama kita terus membaca...
Sebenarnya permasalahannya sepele, biasalah hidup berumah tangga selalu ada riak-riak kecil. Aku akui aku memang punya kontribusi dalam pertikaian kecil ini (dibaca: bersalah), tapi sesuai dengan kaidah yang umum berlaku 'permasalahan dalam keluarga tidak timbul hanya dikarenakan salah satu pihak'. Jadi intinya, tanpa panjang dan lebar lagi, segera saja saya jabarkan apa yang terjadi, yaitu: 'Ada perselisihan diantara kami, aku salah, mengaku salah tapi tidak minta maaf, dan dia salah, tanpa tahu dia mengaku salah atau tidak, dan tentunya dia belum/tidak minta maaf'.
Sesuai dengan judul posting ini. Aku, saya tidak meminta maaf bukan karena sombong, tinggi hati, atau tidak mengakui kesalahan. Aku tidak meminta maaf karena ingin dia belajar satu hal, which is: MEMAAFKAN. Ya, memaafkan tanpa harus orang lain yang menyakitinya terlebih dahulu meminta maaf. Karena memaafkan bukan untuk diri orang lain tapi untuk kepentingan dan kenyamanan dirinya sendiri. Dalam kasus ini, siapa yang paling dirugikan kalau ia tidak memaafkan daku? Aku fine-fine aja dari kemarin, enak makan, enak tidur. Sedang dia; gelisah, tidur balik kanan balik kiri, makan tak selera, mau ngomong tapi gengsi, dan pastinya sejuta perasaan tak nyaman nyantol di benaknya. Cuma karena ia menunda memberi maaf, hanya karena aku belum meminta maaf makanya dia belum memberi maaf.
Come on girl, my honey bunny sweety. Kamu sendiri yang rugi kalau terus menyimpan kemarahan itu. Tanpa memandang orang lain ternyata minta maaf atau tidak, tanpa memandang orang lain mengaku salah atau ngotot ngerasa bener, MAAFKANLAH. Aku memaafkanmu, walau kamu bikin aku kesel. Aku memaafkanmu, tanpa kamu perlu ngaku salah apalagi minta maaf. Aku dah bersikap biasa lagi kok. Karena aku sadar bahwa kemarahan hanyalah kentang busuk yang kita bawa kemana-mana.
Aku ingin kau belajar tentang hal ini. Aku ingin kamu mengalami bagaimana tidak enaknya membawa kemarahan itu dalam dadamu. Aku ingin tahu sampai berapa lama kau mampu menyimpan kekesalan itu... semua tergantung padamu. Karena aku tak akan minta maaf, bukan karena ku tak mengaku salah. Tapi karena aku ingin kau mempelajari suatu hal yang akan sangat menolongmu menjalani kehidupan ini.
0 komentar:
Posting Komentar