Jumat, 3 Juli 2015.
Tidak biasanya saya menyimak khutbah Jumat. Biasanya belum lima menit khotib
memberikan khutbah, saya sudah terseret kantuk. Kantuk yang sekonyong-konyong
hilang ketika bilal mengumandangkan iqomat. Saya punya keyakinan bahwa apapun yang
terjadi pada kita. Apa yang kita dengar, apa yang kita baca, orang yang kita temui,
kantor tempat kita bekerja dan semua yang menjadi bagian dari hidup kita.
Adalah bukan suatu kebetulan. Itu semua memang sudah ditakdirkan seperti itu.
Ada hikmah dan pelajaran yang bisa dan perlu diambil dari setiap moment.
Termasuk tema khutbah kali ini pun bukan suatu kebetulan.
Khutbah Jumat ini,
dimana saya gagal untuk terbawa kantuk. Bertemakan kejujuran. Meskipun khutbah itu
disampaikan untuk umum. Ada pesan pribadi yang memang ditujukan untuk saya,
baik secara gamblang atau tersirat. Pelajaran dari Allah kepada saya melalui sang khatib. Apa makna kejujuran? Apakah jujur berarti
tidak berkata bohong? Belum tetntu. Contoh: Jika seorang pedagang ditanya oleh
pembeli. Apakah barang dagangan Anda ada cacatnya? Pedagang menjawab tidak,
karena memang barang dagangan tersebut tidak cacat. Ia telah berkata benar,
tidak bohong. Namun jika disaat yang sama pedagang tersebut menyembunyikan
informasi dari pembeli. Yang kemungkinan jika informasi tersebut disampaikan ke
pembeli akan menjadi pertimbangan pembeli apakah jadi membeli barang tersebut
atau tidak. Seperti barang tersebut meskipun tidak cacat namun ada barang lain
yang lebih bagus kualitasnya dengan harga yang tidak terlalu berbeda yang tidak
ditawarkan ke pembeli semata-mata karena ingin menghabiskan stok barang yang
pertama. Dalam kasus ini si pedagang tidak bohong, namun juga tidak jujur.
Jadi menurut saya,
kejujuran itu adalah full disclosure. Keterbukaan penuh. Persis seperti yang
dicontohkan Rasulullah. Yaitu ketika beliau menjual barang dagangannya beliau
berkata: Sekian harga dari majikan saya, sekian biaya operasional saya dan
terserah pembeli mau memberi saya keuntungan berapa. Jadi disitu tidak ada yang
ditutup-tutupi, termasuk margin yang didapatkan oleh pedagang. Semua informasi
yang berpotensi memengaruhi keputusan pembelian diungkapkan sepenuhnya. Tidak
hanya informasi yang menunjukkan keunggulan produknya, tapi juga informasi
tentang kelemahan produknya. Jadi dalam hal ini, apakah strategi-strategi
pemasaran merupakan bentuk ketidakjujuran? Bisa iya dan bisa tidak. Hal
tersebut memerlukan pembahasan lebih dalam lagi tentunya.
Begitu juga dalam
pernikahan. Kejujuran adalah full disclosure. Seorang suami yang memiliki
kedekatan dengan wanita selain istrinya mungkin tidak pernah berbohong bahwa ia
memiliki teman wanita, karena ia kebetulan tidak pernah ditanya. Namun apakah
suami tersebut telah berperilaku jujur? Kita sepakat untuk memberikan jawaban
tidak. Kejujuran adalah ketika kita siap memberikan jawaban jujur untuk semua
pertanyaan yang mungkin timbul. Baik pertanyaan itu ditanyakan atau tidak.
0 komentar:
Posting Komentar