Rabu, 16 September 2015
atasan yang menyorot KESALAHAN
Saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya saat ini. Meskipun menurut orang jabatan saya saat ini sudah lumayan enak. Menjadi seorang manajer dengan gaji hampir 8 juta rupiah per bulan bukanlah pekerjaan yang mudah didapat. Namun bagi seorang laki-laki, ada hal lain yang jauh lebih penting dibanding materi, jauh lebih penting daripada gaji, yaitu harga diri. Jika di tempat kerja kita sudah tidak dianggap, lebih banyak dilihat kesalahannya dibanding kelebihannya, jasa-jasa terhadap perusahaan dilupakan (yang diungkit hanya kekurangannya), ditegur di depan umum, dicuekin, itu sudah tanda-tanda yang jelas kalau kita harus segera resign dari kantor. Mencari pekerjaan lain yang lebih baik, lebih menghargai kita sebagai manusia, lebih dapat melihat kelebihan dibanding kekurangan.
Ketika bekerja kita sambil belajar, ketika belajar maka adalah wajar kita melakukan kesalahan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Kesalahan adalah salah satu harga yang harus dibayar atas proses pembelajaran. Tapi bagaimana jika di tempat kerja, atasan tidak memberikan ruang bagi kesalahan, no room for error. Mungkin atasan yang seperti itu cocoknya bekerja dengan mesin yang terprogram dengan sempurna, yang kemungkinan salahnya kecil sekali. Selama seseorang bekerja dengan manusia, ia harus bersedia berhadapan dengan kesalahan. Jangan anak buah sudah mengepel seluruh ruangan, lantas ada satu keramik yang masih kotor, kemudian ia disalahkan. Si atasan hanya melihat satu keramik yang kotor, tanpa melihat ratusan keramik lain yang mengkilap.
Ketika Anda di tempat kerja lebih banyak di lihat kesalahannya daripada kebaikannya. Itu isyarat dari Allah kalau Anda harus mulai berpikir untuk mencari tempat kerja baru, mencari tempat baru untuk berkarya. Dimana hasil kerja Anda, karya Anda lebih dihargai. Meskipun tujuan utama kita bekerja dan berkarya bukan untuk dihargai orang. Tapi ketika kita berada di suatu lingkungan dimana hasil kerja Anda kurang dihargai, maka itu tidak sehat, apalagi secara jangka panjang. Terlebih lagi di tempat kerja, Anda menghabiskan kurang lebih sepertiga waktu. Bagaimana jadinya jika Anda menghabiskan sepertiga waktu, bahkan lebih, di tempat yang tidak sehat. Bisa-bisa Anda ikut tidak sehat, bahkan jatuh sakit. Yang tadinya punya banyak ide dan semangat untuk berkarya jadinya melempem dan mentok karena terlalu sering disorot kekurangannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar