Pisah ranjang merupakan salah satu metode untuk mendidik istri dan menyelesaikan masalah rumah tangga. Ketika cara-cara lain seperti nasehat dan komunikasi telah buntu. Jauh lebih baik daripada terjadi kekasaran secara verbal maupun fisik. Pisah ranjang juga berfungsi memberikan waktu pribadi kepada pasangan masing-masing untuk mengintrospeksi diri, menurunkan kadar emosi dan berpikir dengan lebih jernih. Diharapkan setelah periode pisah ranjang, yang disarankan tidak lebih dari tiga hari, masing-masing akan lebih menyadari porsi kesalahannya terhadap masalah yang timbul. Karena setiap permasalahan yang terjadi dalam rumah tangga mustahil diakibatkan hanya oleh satu pihak saja. Keduanya pasti punya andil dalam munculnya permasalahan tersebut.
Dalam periode pisah ranjang janganlah berpikir untuk mencari, mengungkit atau memperbesar kesalahan pasangannya. Walaupun pikiran semacam itu cenderung timbul, namun perlu ditepis jauh-jauh. Maksud dari pisah ranjang justru adalah untuk meyadari porsi kesalahan diri kita, memaafkannya dan kemudian memperbaikinya. Akan lebih mudah untuk memaafkan pasangan jika kita telah memaafkan diri sendiri. Jika keduanya melakukan hal yang sama, maka ketika bertemu kembali tidak ada satu pihak pun yang perlu minta maaf. Karena semua sudah termaafkan.
Tinggal mencari jalan keluar agar permasalahan serupa tidak terjadi, tanpa menyalahkan salah satu pihak. Kalaupun ada pihak yang perlu berbenah diri, janganlah mengkoreksinya dengan nada menyalahkan. Karena tidak ada seorang pun, bahkan mereka yang terbukti bersalah, ingin disalahkan.
Selama masa-masa pisah ranjang, seharusnya juga timbul kesadaran bahwa tidak adil untuk menggantungkan kebahagiaan personal kita kepada pasangan. Karenanya pasangan akan merasa terbebani untuk membahagiakan kita. Urusan kebahagiaan, adalah lebih kepada tanggung jawab kita sebagai pribadi. Karenanya ketika kita merasa tidak bahagia, tolak semua pemikiran atau perasaan yang cenderung ingin menyalahkan faktor external, seperti orang lain atau keadaan. Umumnya yang terjadi, target utama yang paling sering disalahkan adalah orang terdekat, yaitu pasangan sendiri.
*Penulis saat ini sedang mengalami masa-masa pisah ranjang. Ketika berangkat dari rumah hati masih terasa berat dan dongkol. Malam pertama penulis habiskan dengan menyenangkan diri sendiri, melupakan masalah yang terjadi. Besoknya pikiran lebih ringan dan mampu memandang permasalahan dari sudut pandang yang lebih luas dan bijaksana. Malam Kedua (which is tonight) penulis merancang rencana untuk membangun ulang semua yang telah runtuh oleh pertikaian yang terjadi, dan mempersiapkan mental jikalau terjadi yang terburuk. Besok pagi penulis akan pulang ke rumah dengan hati lapang. Semoga dia disana baik-baik saja dan lebih ringan hatinya.
Sabtu, 19 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
jangan lama2 pisah ranjangnya
Posting Komentar