Novel yang nanti
saya buat terdiri dari empat orang tokoh utama, yaitu : tapi sebelumya mohon
maaf jika ada kesamaan nama jangan geer dan minta apalagi sampai menuntut
royalty dari buku ini, ini bener ga disengaja... suerr deh. Yaudah kalo yang
namanya sama ga papa gue ajak makan-makan... di warteg... American Warteg
(AW)... jangan lupa bawa KTP yang dilegalisir kelurahan, dan harus lurahnya
sendiri yang tanda tangan... ga boleh diwakilkan sama sekdes. Kembali ke yaitu
:
- Budi :
Nama
lengkapnya Budi Santoso waktu SD dipanggilnya Boncel... ga tahu kenapa bisa
begitu. Dia orangnya polos, sampe-sampe pas SMP masih ngira kondom itu sejenis
makanan, dan sempet nanya ke kantin sekolah pas jam istirahat: bu ada kondom
ga, yang rasa strawberry ada ga? Langsung besoknya dipanggil kepala sekolah...
disuruh jadi kenek tukang bangunan di rumah kepala sekolah, yang tugasnya
ngelemparin genteng dari bawah ke atas... tau kan? Yang tau berarti pernah
ngelakuin. Bukan karena si Budi nanyain kondom ke tukang kantin, tapi karena
badannya Budi yang 11 12 sama Ade Rai kalo sebulan puasa ga makan telor dan
kebetulan si kepala sekolah lagi mempraktikan hidup hemat.
Suka
makan tapi badannya segitu-gitu aja, suka tidur, suka jalan-jalan, suka
cewek... karena menurutnya cewek itu juga salah satu ciptaan Tuhan yang harus
dikagumi sebagaimana ciptaan-ciptaan Tuhan yang lain, fisiknya kuat, kadang
males, bergairah dalam hidup, ga suka mikir panjang kalau melakukan sesuatu
- Cecep :
Nama
lengkapnya Cecep Fatahillah waktu SD dipanggil Ncep, nama panggilan standar
seluruh Indonesia bagi yang terlahir dengan nama Cecep. Namanya sempat terkenal
sekaligus tercemar waktu ada sinetron yang dibintangi Anjasmara, tau kan? Kalo
tau berarti lo dah tua. Si Cecep ini memiliki kekurangan fisik, ia tak mampu
berjalan dan harus menjalani harii-harinya di kursi roda. Beruntung Cecep punya
sahabat-sahabat yang mengerti. Cecepp ini orangnya bijaksana, sabar, cerdas,
punya banyak nasehat, suaranya kecil jadi terkadang ketika sahabat-sahabatnya
saling berargumen suaranya tak terdengar. Cecep orangnya pendiam, dia bicara
hanya ketika yang lainnya berheti bicara
- Amir :
Nama
lengkapnya masih menjadi perdebatan antara ibu dan bapaknya, antara Amirudin
atau Amirulloh. Begitu juga adiknya yang namanya Amira, namanyapun masih
menjadi perdebatan antara Amirawati dan Amirastuti, kenapa ga sekalian dinamain
Amirasndah? Soalnya Amirasndah waktu itu belum terkenal, masih SD kelas 4. Amir
adalah pimpinan geng. Amir punya visi yang jelas, sebagai bentuk pelampiasan
balas dendam atas namanya yang tidak jelas. Amir terobsesi untuk menguasai
bahasa inggris lantaran waktu kelas dua SMP masih ga tahu arti kata hospital
dan diledek sama temen-temenya yang juga sama-sama ga tahu. Soalnya waktu itu
gurunya cuma ngasih satu tugas yaitu beli kamus. Amir dah beli kamus tapi tetep
ga bisa-bisa bahasa inggrisnya, setelah ditelusuri ternyata yang dibeli kamus
Indonesia - Arab, parahnya lagi kamusnya udah expired jadi ga bisa dipake.
Kemampuan bahasa inggris siswaw SMP saat itu masih rendah/parah soalnya waktu
itu belum ada google translate atau transtool. Berkat kursus bahasa inggris
yang diambilnya waktu kelas 2 SMA sekarang Amir tahu arti kata hospital...
artinya petugas hotel.
- Dudu :
Dudu
adalah penyeimbang, mediator. Nama lengkapnya Dudu. Serius... cuma Dudu. Ga ada
embel-embel apa-apa lagi. Waktu itu sempet ada yang nawarin gelar ke si Dudu
tapi ditolak, padahal lumayan dapet gelar gratis. Setelah ditanya gelar apa
yang ditawarin, ternyata yang ditawarin gelar alm. di depan namanya. Dudu ini
orang yang ga banyak mikir, selalu jadi penengah, bersama dengan Cecep melerai
pertikaian antara Budi dan Amir yang seringkali berselisih.
Rencananya novel
pertama sebagai intro atas cerita empat orang sahabat tersebut. Novel kedua
sampai kelima menceritakan lebih detail mengenai Amir, Budi, Cecep dan Dudu.
Novel ke enam menceritakan ketika keempat sahabat tersebut melakukan perjalanan
yang jauh bersama-sama. Novel ke tujuh menceritakan keempat orang tersebut
ketika sudah berkeluarga. Novel ke delapan menceritakan ketika keempat sahabat
tersebut beranjak tua. Novel ke sembilan saya ga tega nulisnya karena kayanya
antara keempat orang itu udah ada yang meninggal, lagipula di novel ke delapan
aja saya dah kaya raya kaya JK Rowling yang dah cape nulis Harry Potter. Dan
sepertinya dah cukup nyari duitnya tinggal banyakin ibadah sambil nungguin
Izrail.
to be continued...
0 komentar:
Posting Komentar