Kemarin saya menemukan postingan menarik dan inspiratif di Kaskus. Postingan yang memaksa saya mengingat kembali makna rezeki yang sebenarnya. Sebuah tulisan yang menyentil kesadaran saya betapa Allah Maha Pemberi Rezeki yang rezekiNya tidak akan habis dibagi kepada manusia dan seluruh makhluknya sampai hari kiamat. Postingan yang berjudul 'REJEKI GAK AKAN KEMANA GAN' diposting oleh akun mosesrio99. Semoga pahala kebaikan dari orang yang tergerak hatinya atas tulisan ini mengalir kepada beliau. Berikut postingan lengkapnya :
REJEKI BANYAK BENTUKNYA
Kemarin hujan mulai jam 9 pagi, seorang tukang rujak numpang berteduh di teras ruko saya.
Masih penuh gerobaknya, buah-buah tertata rapi. Kulihat beliau membuka buku kecil, rupanya Al Quran. Beliau tekun dengan Al-Qurannya. Sampai jam 10 hujan blm berhenti.
Saya mulai risau karena sepi tak ada pembeli datang.
Saya keluar memberikan air minum.
“Kalau musim hujan jualannya repot juga ya, Pak… ” .. “Mana masih banyak banget.”
Beliau tersenyum, “Iya bu.. Mudah-mudahan ada rejekinya.. .” jawabnya.
“Aamiin,” kataku.
“Kalau gak abis gimana, Pak?”. tanyaku.
“Kalau gak abis ya risiko, Bu.., kayak semangka, melon yang udah kebuka ya kasih ke tetangga, mereka juga seneng daripada kebuang. kayak bengkoang, jambu, mangga yang masih bagus bisa disimpan. Mudah-mudahan aja dapet nilai sedekah,” katanya tersenyum.
“Kalau hujan terus sampai sore gimana, Pak?” tanyaku lagi.
“Alhamdulillah bu… Berarti rejeki saya hari ini diizinkan banyak berdoa. Kan kalau hujan waktu mustajab buat berdoa bu…” Katanya sambil tersenyum.
“Dikasih kesempatan berdoa juga rejeki, Bu…”
“kalau gak dapet uang gimana, Pak?” tanyaku lagi.
“Berarti rejeki saya bersabar, Bu… Allah yang ngatur rejeki, Bu… Saya bergantung sama Allah.. Apa aja bentuk rejeki yang Allah kasih ya saya syukuri aja. Tapi Alhamdulillah, saya jualan rujak belum pernah kelaparan.
“Pernah gak dapat uang sama sekali, tau tau tetangga ngirimin makanan. Kita hidup cari apa Bu, yang penting bisa makan biar ada tenaga buat ibadah dan usaha,” katanya lagi sambil memasukan Alqurannya ke kotak di gerobak.
“Mumpung hujannya rintik, Bu… Saya bisa jalan ..Makasih yaa ,Bu…”
Saya terpana… Betapa malunya saya, dipenuhi rasa gelisah ketika hujan datang, begitu khawatirnya rejeki materi tak didapat sampai mengabaikan nikmat yang ada di depan mata.
Saya jadi sadar bahwa rizki hidayah, dapat beribadah, dapat bersyukur dan bersabar adalah jauh…jauh lebih berharga daripada uang, harta dan jabatan
Suatu pelajaran dan hikmah yang Allah berikan melalui tukang rujak. Tukang rujak yang beriman dan bijaksana sungguh lebih berharga di mata Allah daripada orang-orang berduit yang menjalani hidup tanpa makna dan seringkali lupa akan aturan Allah.
Memang selama ini kita cenderung memaknai rezeki hanya berupa hal-hal yang sifatnya materil semata. Jika kita mendapat uang, mendapat barang-barang, mendapat makanan, baru kita merasa mendapat rezeki dari Allah. Padahal rezeki itu tidak hanya sesuatu yang sifatnya materil, justru rezeki yang tingkatannya tinggi itu lebih banyak bersifat non materil, tidak dapat dilihat.
Teringat ceramah dari seorang ustadz yang nama, tempat dan waktunya saya tidak ingat. Yang tersisa di memori hanyalah pelajaran yang diambil dari ceramah beliau. Yang walaupun saya lupa namanya, tapi saya yakin Allah tak pernah lupa dan mengirimkan aliran pahala yang tidak terputus atas hikmah yang pernah beliau sampaikan kepada saya dan jamaah lainnya.
Dari ceramah tersebut saya mengetahui bahwa rezeki itu ada tiga tingkatan, yaitu :
1. Rezeki dengan tingkatan yang paling rendah. Yaitu rezeki berupa materi, uang, makanan, harta, jabatan, bahkan keluarga pun merupakan rezeki yang paling rendah tingakatannya. Sesuatu yang sayangnya selama ini kebanyakan dari kita berusaha mendapatkannya dengan (hampir) mati-matian.
2. Rezeki dengan tingkatan yang menengah. Yaitu rezeki berupa kesehatan, baik itu kesehatan badan maupun pikiran. Kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani. Kesehatan ini tidak terlihat, non materil, dan bahkan jarang disadari. Tanpa rezeki berupa kesehatan ini, rezeki tingkatan dibawahnya tidak akan terasa. Orang yang terbaring di rumah sakit tidak akan merasakan nikmatnya makanan, nikmatnya uang, nikmatnya jabatan, bahkan nikmatnya punya istri cantik dan seksi.
Dua tingkatan rezeki ini, yang rendah dan menengah; harta, keluarga dan kesehatan diberikan kepada orang yang beriman maupun orang yang tidak beriman, diberikan kepada orang muslim maupun orang non muslim. Disinilah sifat Rohman Allah, sifat Pengasihnya Allah. Bahwa Allah memberi rezeki (tingkatan rendah dan menengah) kepada semua makhluknya tanpa melihat apakah ia beriman atau tidak, apakah ia muslim atau bukan, sesuai dengan sunatullah yang telah ditetapkanNya. Siapa yang berusaha sesuai sunatullahNya maka ia akan diberi rezeki tingkat rendah dan menengah ini, siapapun ia, meskipun perilakuknya seperti Firaun.
3. Rezeki dengan tingkatan tertinggi. Yaitu rezeki berupa iman, ilmu, dan amal soleh. Orang yang yakin bahwa rezeki itu datangnya hanya dari Allah adalah orang yang diberi rezeki yang sangat besar, lebih besar dari orang yang diberi rezeki Pajero Sport sekalipun. Orang yang diberi ilmu dan pemahaman bisa membedakan mana yang halal dan mana yang haram, mana yang wajib, mana yang sunnah, itu adalah orang yang lebih beruntung daripada orang yang punya rumah mewah di Pondok Indah. Orang yang diberi hidayah untuk bisa shalat fardhu berjamaah, bisa shalat sunnah, bisa membaca quran, adalah orang yang lebih punya rezeki dibanding orang yang menjabat CEO di perusahaan besar.
Nikmat ini hanya diberikan Allah kepada hamba-hambanya yang beriman, hanya diberikan kepada hamba-hambanya yang disayang. Disinilah sifat Rahim Allah, sifat Maha Penyayangnya Allah. Tidak layak sama sekali orang yang telah diberi nikmat yang paling tinggi untuk iri kepada orang yang hanya diberi nikmat tingkat rendah dan menengah.
Jika bangun tidur tubuh dan pikiran kita masih sehat maka kita telah diberi rezeki. Jika di pagi hari kita masih menemukan makanan untuk sarapan dan pakaian untuk dipakai maka kita telah diberi rezeki oleh Allah. Jika kita diberi kesanggupan untuk shalat subuh berjamaah maka kita telah diberi rezeki. Jika setelah itu kita diberi hidayah untuk berdzikir, membaca quran, shalat dhuha, maka kita telah diberi rezeki yang banyak hanya dalam waktu pagi yang singkat.
Orang yang berakal manakala ia telah diberi uang satu milyar, maka ia tidak akan memusingkan apakah ia akan diberikan uang seratus ribu atau tidak. Orang yang beriman dan beramal soleh tidak akan
khawatir apakah ia akan diberi banyak harta atau tidak. Karena baginya, iman yang ada di dalam hati dan amal soleh yang ia kerjakan jauh lebih berharga daripada harta sepenuh dunia.
Dan jika besok kita ditanya oleh seseorang 'Kamu sudah dapat rezeki apa saja hari ini?' Semoga kita bisa menjawab 'Alhamdulillah, sudah diberi rezeki bisa bangun malam shalat tahajud, sudah diberi rezeki bisa berangkat ke masjid shalat qabliyah subuh dan shalat subuh berjamaah, sudah diberi rezeki bisa berdzikir di pagi hari, sudah diberi rezeki membaca quran ...'.
Dan jika besok kita gagal mendapat order, kehilangan harta benda atau jabatan, atau usaha sepi. Tetap ucapkanlah 'Alhamdulillah saya masih hidup, masih diizinkan untuk beribadah kepada Allah, masih diizinkan untuk bertobat dan meminta ampun atas dosa-dosa saya, masih diizinkan untuk shalat, dzikir, membaca quran, menuntut ilmu'
Terakhir saya ingin mengutip kembali perkataan tukang rujak yang bijaksana, semoga bisa mengingatkan kita.
Kita hidup cari apa, yang penting bisa makan biar ada tenaga buat ibadah dan usaha
Semoga kita semua diberi hidayah dan hikmah dari Nya, Allah Sang Maha Pemberi Rezeki. Aamiin.